Chapter 57

359K 17.5K 332
                                    

Dera memejamkan matanya, mengerjapkannya pelan sebelum benar benar terbangun. Terlalu pagi. Bahkan matahari sendiri pun belum bangun.. Jam masih menunjukkan pukul 5 pagi, dan Dera sudah sepenuhnya bangun dari tidurnya.

Perkataan Gerald kemarin kembali terngiang di dalam otaknya. Selalu saja ada orang yang ingin mengusik kehidupan mereka, selalu saja ada orang yang tidak ingin melihat mereka bahagia. Dan mungkin diri Dera sendirinya juga yang membuat keduanya kesusahan mendapatkan kebahagiaan mereka.

Gerald dengan seluruh sifat buruknya, dan Dera yang dengan usianya yang bahkan belum menginjak angka 20 tahun. Perpaduan yang buruk. Namun sebenarnya dalam hati Dera yang terdalam, tanpa disadarinya dia selalu berharap bahwa perpaduan buruk itu, bisa berjalan dengan baik.

Mengapa harus sesulit ini?

Dera menghela nafasnya panjang dan memutuskan untuk beranjak keluar dari kamar. Sembari membawa beban perut besar dan tongkat di tangannya, Dera mendudukkan dirinya sendiri di atas sofa, menyalakan televisi.

Seperti biasa, televisi pagi pagi dihiasi oleh kartun kartun anak kecil. Dera menyelusuri channel berita, hampir semuanya hanya berita tidak jelas, dan Dera kembali mencari channel lain sembari menguap bosan. Namun sampai akhirnya satu berita mengambil perhatiannya.

"Seorang siswa SMA diduga melakukan pelecehan seksual kepada seorang perempuan dewasa. Menurut perkataan perempuan itu, siswa SMA itu bernama Rian Andira, itulah yang dilihatnya di kartu siswanya..."

Dan bla bla bla

Mungkin terdengar seperti penggalan berita biasa bagi orang lain, namun berita kecil benar benar mengejutkan bagi Dera.

Dera begitu mengingat nama panjang Rian, nama belakang yang sangat dibangga banggakan oleh Rian karena dia mengatakan bahwa konon itu adalah salah satu nama cowok tertampan sepanjang sejarah, yang jelas jelas hanya bualan belaka.

Dan apa berita ini sekarang!?

Mengapa masalah terus menerus mendatanginya!?

"Apa apaan ini!?" kata seseorang hampir seperti seruan kaget. Dera membalik dan mendapati Gerald hanya dengan sweat pantsnya berjalan tanpa malu mengelilingi rumahnya sendiri.

"Bocah ingusan itu? Dia bisa bisanya melakukan pelecehan kepada perempuan? Astaga, belajarlah untuk tidak mengompol di kasurmu dulu baru mencoba untuk melecehkan seseorang," kata Gerald membuat Dera mendelik sinis kepadanya.

"Sungguhkah kau harus mengatakan itu sekarang? Ini bukan lelucon, Gerald. Rian tidak mungkin melakukan sesuatu seperti itu. Dia bukan orang seperti itu," kata Dera.

"Mungkin hormonnya terlalu membabi buta," kata Gerald asal.

"Gerald!"

"Iya, iya, aku bercanda. Jangan terlalu membawa ke hati," kata Gerald tiba tiba duduk di sebelah Dera. "Tapi sungguh, ini sungguh mengejutkan."

"Aku yakin ini hanya kesalahan pahaman saja, Rian tidak mungkin..."

Berita mulai teralihkan dengan adanya sesi tanya jawab kepada sisi pandang lain. Orang orang dari studio lain mulai bertukar pendapat satu dengan yang lain.

"Anak jaman sekarang, semuanya sudah tidak memiliki rasa malu. Apa jadinya negara ini jika anak anak sudah semuanya terjerat pergaulan tidak baik seperti ini? Melakukan seks bebas, apalagi sampai melakukan pelecehan seksual. Kemanakah etika semua anak bangs-"

Dera langsung mematikan televisi, dan dengan tongkatnya, bangkit dari sofa. "Ini semuanya salah, aku tidak akan percaya kepada berita bohong belaka seperti ini sebelum aku berbicara kepada Rian secara langsung."

Gerald mencekal tangannya. "Apa yang akan kau lakukan? Tidakkah kau ingat seharusnya kau tidak keluar dari rumah?"

"Tapi ini berbeda. Ini salah! Ini semua hanya kebohongan, ini tidak masuk akal... dan ini semua..."

Tiba tiba sepasang lengan memeluk Dera erat. Pelukan yang selalu mampu membuat semua kecemasan, pening, dan masalah yang bertumpuk dalam Dera menghilang begitu saja.

"Shh, tenanglah," bisik Gerald menarik Dera kedalam dekapannya, menahan perempuan itu agar tidak terjatuh. Dera bahkan tidak memikirkan tentang aturannya kemarin, karena hatinya terokupasi dengan begitu banyak masalah dan sekarang juga ingin rasanya Dera berhenti merasakan ketidaknyamanan di dadanya itu.

Dan perempuan itu tidak sebodoh itu, Dera tahu jelas kalau satu satunya tempat yang bisa menenangkannya hanyalah dekapan Gerald.

"Jika kau terlalu cemas, bisa aku kirimkan seseorang untuk menuju kantor polisi untuk memastikan keadaannya. Semuanya akan baik baik saja. Jangan terlalu memberatkan diri sendiri, kasihan dia yang berada di dalam harus merasakan perasaan berat karena ibunya."

"Lihat lah, Nak, bahkan karena otaknya terpenuhi oleh masalah masalahnya,sampai dia melupakan aturannya sendiri dan membiarkan papahmu ini memeluknya. Bahkan membalas memelukku. Lihatlah betapa tidak berpendiriannya perempuan ini," kata Gerald dengan senyum tercetak di wajahnya. Dera langsung keluar dari pelukan Gerald.

"Oh ayolah, aku begitu nyaman tadi memelukmu." Gerald mulai merengek seperti seorang anak kecil, hati Dera terasa lemah.

Nak, nanti kalau besar jangan menjadi seperti ayahmu ini, ya. Dia memang mahir menyakiti hati perempuan, tapi jauh lebih mahir lagi dalam meluluhkannya. Mamah sangat sebal.

"Maaf, tapi waktumu berenak enakan memelukku sudah habis, Pak," kata Dera balas tersenyum. "Nah sekarang bolehkah kau menghilangkan senyuman mengesalkanmu itu, atau aku akan.."

"Atau kau akan apa?" Gewrald tersenyum pernuh arti

"Aku akan menyiksamu?" Kalimat itu terdengar seperti pertanyaan, dan selanjutnya Dera sadar tidak seharusnya perempuan itu mengatakan itu.

Senyum di wajah Gerald semakin melebar dua kali lipat.

Laki laki itu membuka tangannya lebar lebar. "Kalau begitu, sepertinya aku akan terus tersenyum sepanjang hari. Lakukan apapun sepuasmu kepadaku, Sayang. Hanya kuperingati sekali saja." Ada sebuah jeda sebentar dan mata Gerald tersirat jahil. "Jangan sampai ketagihan." Kata kata itu keluar dengan begitu mulusnya dari mulut Gerald ditambah dengan matanya sebelah berkedip, menggoda.

Hati, berhentilah ber-DJ-ria di dalam sana!!

Kerongkongan Dera terasa sangat kering, dan hatinya... sudah lebih baik jangan ditanyakan.

Dan seringgai semakin dilebarkannya melihat Dera yang gelagapan.

Memang, hanya dialah yang bisa merubah hari Dera menjadi bahagia semudah membalikkan telapak tangannya sendiri.

.

Follow me on instagram
Nnareina

Maapkan chapter ini pendek. Yang selanjutnya aku usahain lebih panjang 💕

Jangan lupa vote dan komen. Thank you!

Love you all!!

Yes, Mr Billionaire [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang