chapter 46

365K 18.4K 1K
                                    

"Positif? Sungguhkah?" tanya Charlotte girang sambil memeluk tubuh mungil Dera.

"Iya kak," kata Dera mengangguk tersenyum sangat lebar.

"Akhirnya anak satu ini mau mengabulkan permintaanku! Aku tidak sabar untuk melihatnya," kata Charlotte. Entah mengapa, bukan dirinya yang merasakan, bukan pula dirinya yang dikaruniakan buah hati hari itu, namun rasanya dia begitu bahagia. Mungkin karena dirinya terlanjur menganggap Dera sebagai keluarganya.

Charlotte yang sedari SMA, sudah merantau pergi ke luar negri. Ayahnya sudah tidak ada, hanya menyisakkannya bersama ibunya. Ibunya hanyalah seorang penjual kue dengan toko kecilnya, mereka hidup dari penghasilan ibunya, namun karena usia ibunya yang sudah tua dan begitu sulit untuk bekerja, akhirnya Charlotte yang harus mencari nafkah sejak kecil.

Dengan kuatnya Charlotte mengatakan bahwa semuanya tidak apa apa, namun dalam hatinya yang terdalam, dia ingin sekali menghabiskan masa remajanya bersenang-senang seperti anak biasa tanpa harus memikul beban ekonomi keluarganya.

Maka dari itu, waktu waktunya bersama Dera menjadi sesuatu yang berharga bagi Charlotte. Walaupun baru bertemu beberapa lama yang lalu, namun Charlotte sangat menyukai dampingan Dera.

Dan seperti sekarang pun, dia merasa sangat senang ketika Dera dikaruniakan seorang anak dari seseorang yang dicintainya. Tidak seratus persen Charlotte mempercayai Gerald, setelah apa yang pernah dilakukan lelaki itu kepada Dera. Charlotte hanya bisa berdoa dan memohon kepada Tuhan agar laki laki itu tidak akan menyakiti Dera lagi.

Karena jika iya, dia tidak akan memaafkannya.

"Kau harus menunggu berbulan bulan untuk melihatnya," kata Dera.

"Bibi juga ikut senang, Dera, setelah bekerja di rumah ini sekian tahun, akhirnya bertambah juga satu orang anggota keluarga," kata Bi Sati datang memeluknya. "Jaga kesehatan, selalu berhati hati, dan jangan tidur terlalu malam seperti biasanya. Bibi akan masakkan masakan yang enak setiap hari hanya untuk Dera seorang, selamat Sayang."

Dera mengulurkan tangannya dan membalas pelukan Bi Sati. "Makasih Bi, Sungguh, terimakasih."

Rasanya semuanya seperti melayang, senang menyerbunya, dan bibirnya terus terangkat mengedarkan senyum yang terlihat begitu manis. Hatinya berdetak dua kali lebih cepat. Bahkan sampai sekarang Dera masih tidak bisa mempercayai kalau ada seseorang lain di dalam perutnya.

"Bukankah kau harus mengatakan kepada suamimu?" tanya Charlotte. "Karena pasti mau aku tawarkan sebagaimana pun, kau akan meminta suamimu tersayang itu yang mengantarkanmu ke dokter, bukan?"

Dera terkekeh kecil. Secara tidak langsung, perempuan itu mencoba mengatakan sebagaimana besarnya Dera terikat kepada Gerald.

"Tidak seperti juga lho, Kak. Dengan senang hati aku diantar oleh kak Lotte, hitung hitung kak Lotte itu suster yang mungkin kenal dengan dokternya, sehingga aku bisa mendapatkan diskon pemeriksaan," kata Dera yang dibalas dengan cibiran dari Charlotte.

"Dasar bocah tidak tahu diri," sungut Charlotte. Dera tertawa semakin keras.

"Nanti saja Kak, aku tidak bisa memberitahu kepadanya sekarang, karena dia sekarang pasti sedang berbicara dengan teman kerjanya, dan mengingat kebiasaannya mematikan ponselnya ditengah perbincangan, aku tidak yakin dia akan membaca pesanku jika aku memberitahunya lewat whattsap sekalipun," kata Dera. "Lagi pula aku tidak ingin menganggunya. Akan kuberi tahu nanti saat makan siang. Terlebih lagi tidak mau pula aku memberitahukannya mengenai anak ini saat aku baru melihatnya semalam pulang dengan bekas lipstik di lehernya. Sampai masalah kita selesai, aku tidak berniat mengatakan apa apa."

Ujung bibir Charlotte menaik sedikit. "Kau tahu, kalau kau hamil beberapa lama yang lalu, kau pasti akan masih tersenyum mengatakannya kepada Gerald kalaupun laki laki itu sedang berciuman dengan perempuan lain."

"Aku tidak sebodoh itu kak," protes Dera.

"Mungkin sekarang tidak, namun percayalah, kau sangatnaif." Charlotte mendekat lalu menjitak kepada Dera pelan. "Calon ibu satu ini butuh diberi makan bukan setelah memuntahkan semua sarapannya pagi ini? Bi Sati, tolong ajari aku cara memasak, sesuatu yang simple saja, Bi. Tidak sesusah masakan restauran, namun lebih sulit dari indomie. Karena sampai sekarang perutku selalu diisi dengan makanan luar rumah atau mie instan. Sekali kali aku ingin memasakan bocah ini masakanku, bukan aku yang dimasakannya."

Bi Sati mengangguk pelan. "Siap, kita masak apa, ya?"

"Apa saja, BI," kata Charlotte. "Dera, jangan melakukan apapun, aku tahu kau masih lelah setelah memuntahkan semua isi perutmu itu. Diamlah di sini."

"Aku ingin membantu kalian," kata Dera terdengar lesu.

"Diamlah disini, Ra," kata Charlotte. "Bi, kedapur dulu saja, nanti aku nyusul."

Bi Sati mengangguk lalu pergi ke dapur, meninggalkan Dera berdua saja bersama Charlotte. Dera langsung mengetahui bahwa Charlotte ingin mengatakan sesuatu keadanya, hanya berdua saja.

"Aku senang kau terlihat sangat senang, namun aku memang masih meragukannya kau tau," kata Charlotte. "Kau tahu yang kumaksud adalah lelakimu itu. Apalagi setelah apa yang kau ceritakan semalam. Aku kembali meragukannya."

Ekspresi Dera melemas dan matanya terlihat sedikit sayu.

"Sebenarny aku merasa sangat takut, takut jika rumah tangga yang sangat berharga bagiku akan rusak mengingat apa yang pernah terjadi dan sekarang terjadi. Gerald melakukan kesalahan, dan aku merasa diriku pun belum berubah sekuat itu untuk melawannya, namun seperti yang dikatakan Kak Lotte saat aku tinggal di rumah kakak, aku tidak ingin menjadi perempuan lemah yang hanya bisa dipermainkan oleh perasaanku ini," kata Dera. Charlotte tersenyum lebar. Dia datang untuk memeluknya erat.

"Aku merasa begitu senang untukmu. Datangilah dan selesaikan semuanya karena aku percaya jika memang dia jodohmu yang sudah ditentukan oleh yang di atas, masalah sepele seperti ini akan tidak akan menghalangi kelanjutan cerita cinta kalian."

---

Dera masuk ke dalam lift, menekan angka lantai teratas dimana ruang kerja Gerald berada.

Hatinya berpacu dua kali lipat lebih cepat, dia sangat menantikan bagaimana reaksi Gerald saat tahu bahwa Dera akhirnya hamil anak dari lelaki itu, dan keluarga mereka akan terasa begitu lengkap.

Tangannya menggenggam sebuah tempat makan kecil yang disiapkannya untuk makan Gerald. Kak Lotte membuat sebuah Mie Goreng komplit tadi, dengan sayur, daging ayam, udang, dan daun daunan, namun karena gagal di awal dimana mienya terlalu lembek, akhirnya Dera yang turun tangan untuk membuatnya sendiri.

Karena akhirnya jadi sangat banyak, Dera berpikir untul memberikannya kepada Gerald.

Sampai semuanya selesai, aku tidak berniat mengatakan apa apa

Dera bertekad tidak akan memberitahu Gerald apa apa terlebih dahulu sebelum masalah mereka benar benar selesai, dan tekadnya dipegang erat oleh Dera bahkan sampai dia sampai di depan pintu ruang kerja Gerald.

Dan memang sepertinya Dera tidak butuh mengatakan apapun. Bahkan suara pun tidak seharusnya dibuatnya.

Karena sekarang dihadapannya, dirinya melihat lelaki itu membelakanginya, terduduk di atas kursi kerjanya. Lelaki yang sedang ingin dilihatnya,

sedang berciuman dengan seseorang di pangkuannya.

.

Follow me on instagram

Nnareina

Aku yakin kalian kesel banget sama Gerald abis ini, tapi kontrol bahasanya ya sayang sayanggg wkwkwk XD

Aku juga kesel nih, bikin karakter nyebelin nyebelin amet. Wekekekek

Jangan lupa vote dan komen semuanyaa, thank youuu

Love you all!!

Yes, Mr Billionaire [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang