Matahari sudah bersinar dengan cerah siap untuk memulai hari yang baru. Pagi itu entah mengapa Dera merasa sangat lelah. Hari itu dia bangun dengan sebuah rasa hangat menyelimuti tubuhnya, beserta dengan sensasi familier rasa nafasnya menghembus membelai lehernya.
Gerald lagi lagi tertidur sambil memelukku.
Deg!
Saaat Dera menyadarinya, jantungnya langsung berdetak dua kali lipat lebih cepat dari seharusnya.
Astaga, kita lagi lagi tidur bersama!
Secepat mungkin Dera bangun dari kasur, dengan perlahan memindahkan tangan Gerald yang memeluknya. Dia beranjak untuk mengganti bajunya dan dia sadar bajunya masih baju kemarin yang dia pakai di toko. Dera masih ingat betapa marahnya Gerald saat dia meliat Dera bersama dengan Rian berdua kemarin. Dera masih ingat ekspresi marah Gerald saat dia membawa paksa pergi Dera dengan amarah yang menggerakkannya.
Dan Dera mengingat bagaimana semalam bibir Gerald melumat bibirnya dengan panas, seksi, dan dengan....
Ah lupakan!!
Dera mencuci mukanya mencoba menghilangkan rona merah di wajahnya, yang tentu tidak berhasil. Dia menggosok giginya dan lalu turun menuju meja makan.
"Nonya Dera." Sebuah suara memanggilnya dan saat Dera menoleh, ada seorang pelayan di sana terlihat masih muda sedang menyengir kuda kepadanya."Kemarin Nonya Dera dan Tuan Gerald pulang sore lalu tidak makan malam ya? Sampai sekarang makanan di atas meja belum sama sekali tersentuh," katanya.
"Ah, iya, kita langsung tidur cepat kemarin, tolong hangatkan saja untuk makan siang nanti," kata Dera. Tiba tiba tatapan pelayan itu berubah menjadi tatapan yang sulit diartikan. Dia tersenyum lebar sembari matanya menatap Dera jahil. Laki laki, perempuan, semalam penuh, berada di kamar, dan bahkan hingga melupakan makan mereka. Dera yakin perempuan itu berpikir kalau mereka melakukan sesuatu aneh aneh semalam suntuk.
"Kami menunggu Tuan muda secepat mungkin di rumah ini, Nyonya," katanya tersenyum semakin melebar.
"Sepertinya kau salah paha-"
"Tidak apa kok, nyonya, tidak perlu merasa malu. Percaya diri saja Nyonya, mencoba berapa bulan atau mungkin sekali coba langsung jadi. Nanti saya yang akan belikan Nyonya testpacknya ya kalau sudah tanda tanda!" katanya. Mulut Dera membuka lebar. Ada apa dengannya tiba tiba?! "Kalau begitu, saya Lastri Hananda pamit dulu. Selamat pagi Nyonya."
Dan dengan begitu perempuan bernama Lastri itu pergi meninggalkan Dera di dapur sendiri sambil berjingkrak jingkrak menyanyikan lagu burung kakak tua menepuk kedua tanganya. Hah!?
Orang aneh memang selalu ada kemanapun kita pergi. Dera mencoba mengabaikannya dan mengalihkan perhatiannya ke dapur. Dia berencana untuk membuatkan Gerald makanan hari ini sebagai permohonan maafnya kepada Gerald kemarin.
Dera memutuskan untuk membuat fish and chip dengan garlic bread, salah satu masakan kesukaannya. Di saat dia sedang sibuk menyiapkan sarapan, tiba tiba sebuah langkah terdengar memasuki dapur dan langsung duduk di meja makan.
Siapa lagi kalau bukan Tuan Gerald yang sudah bangun dari tidurnya.
Laki laki itu tidak mengatakan apa apa, dia hanya menatap punggung Dera yang sedang sibuk memasak lekat lekat. Dera tidak bisa berbicara, pertama, karena tatapan Gerald membuatnya merasa ciut, dan kedua, karena dia tidak tahu apakah Gerald masih marah kepadanya atau tidak. Dia takut memulai pembicaraan.
Dera membawa makanan menuju meja makan. Diletakkannya makanan itu di atas meja dan lalu mulai makan bersama Gerald. Mereka berdua mengawali pagi mereka dengan kecanggungan yang sangat tidak nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, Mr Billionaire [COMPLETED]
Romance"Mulai sekarang kau milikku, mengerti?" "Y-yes, Mr. Billionaire" --- Dera Destia, seorang perempuan berumur 18 tahun yang selalu bermimpi menginginkan sebuah keluarga yang bahagia. Mimpinya tidak pernah terkabulkan. Hidupnya sangat berantakan karena...