Gerald mencari Dera ke segala tempat yang terbesit di pikirannya, hampir semua lorong, semua bagian gedung sudah dilaluinya namun sosok perempuan itu tidak kunjung ditemukan Gerald.
Aku sungguh memiliki calon yang merepotkan.
Gerald memijakkan kakinya di lorong terakhir yang belum dikunjunginya, lorong menuju jalur keluar darurat. Awalnya dia berpikir bahwa dirinya bodoh karena Dera tidak mungkin kabur darinya ketika perempuan itu tidak memiliki rumah selain rumah Gerald. Tapi ternyata pikirannya meleset, dia melihat Dera berjalan dengan sempoyongan menuju pintu exit darurat sambil memeluk tubuhnya erat.
"Dera!" sahut Gerald setengah berteriak. Tidak ada jawaban dari perempuan itu, dia terus berjalan pelan menyusuri lorong itu tanpa menghiraukan Gerald yang memanggilnya.
Gerald berlari kecil ke arah Dera, dan lalu dia meraih pundak Dera membuatnya terpaksa melihat ke arahnya. Betapa terkejutnya Gerald saat melihat mata Dera yang sembab dan hidungnya yang memerah.
Dia habis menangis.
"Ada apa?" tanya Gerald kaget. Dera tidak kunjung menjawab, matanya kembali memerah dan setetes demi setetes, air mata berjatuhan dari matanya.
Air mata yang sudah mengering di wajah Dera kembali membasahi permukaan kulit perempuan itu. Isakan tangis terdengar samar samar keluar lewat sela sela bibirnya.
Gerald terpaku bingung, bertanya tanya apa yang membuat perempuan di hadapannya terlihat begitu sedih dan terlukai. Namun satu hal terbesit di kepala Gerald tiba tiba.
Laki laki itu memeluk Dera erat.
"Tidak perlu menangis, hapuslah air matamu," bisiknya lembut. "Kau bisa bercerita kepadaku apa yang terjadi."
Beberapa menit berlalu, Gerald tidak tahu berapa lama tepatnya karena yang dia pikirkan hanya untuk menenangkan Dera secepat mungkin. Dan saat tangis perempuan itu mereda, Gerald menghela nafas panjang. "Sudah tenang?" tanya Gerald lagi.
Dera mengangguk pelan. "Gerald."
"Hm?"
"Bolehkah kau tidak menanyakan kepadaku apa yang terjadi? A-aku tidak yakin aku siap menceritakannya kepada siapapun," ucap Dera sayu. Gerald kembali menghela nafasnya panjang. Tanda tanya sudah memenuhi benaknya, cukup membuatnya sangat penasaran, namun dia tidak bisa memaksa penjelasan dari Dera. Tidak saat keadaannya terlihat sangat lemah seperti sekarang.
"Baiklah, tidak akan kutanyakan," katanya. "Ayo pulang."
"Tapi acaranya?"
"Kau tidak mungkin melanjutkan acara ini dengan keadaan seperti ini. Dan tampang kusutmu, aku yakin kau tidak ingin kembali berbicara dengan orang banyak dengan penampilanmu sekarang. Karena itu kau berjalan hingga pintu keluar, bukan?"
---
Perjalanan menuju rumah Gerald sangat tenang, tidak ada perbincangan apapun diantara mereka,hanya suara lagu yang diputarkan lewat radio yang memenuhi udara. Gerald menitip pesan ke salah satu sopirnya untuk pergi ke aula dan bawakan mobil Gerald hingga ke pintu belakang. Dia tidak ingin membuat Dera semakin tidak nyaman menjadi pusat perbincangan orang orang yang melihat keadaannya.
Perjalanan hanya membutuhkan waktu kira kira 30 menit, tidak butuh lama hingga mereka memijakkan kaki di dalam rumah raksasa itu kembali. Gerald membantu Dera turun, dan mengantarnya hingga ke depan kamar perempuan itu.
"Masuklah dan tidurlah," kata Gerald lembut. "Jangan banyak lakukan hal lain, mandilah cepat dan langsung tidur. Kau mengerti?"
Dera mengangguk lemah, melihat ke arah lantai sembari sosok Gerald pergi meninggalkan kamar perempuan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, Mr Billionaire [COMPLETED]
Romance"Mulai sekarang kau milikku, mengerti?" "Y-yes, Mr. Billionaire" --- Dera Destia, seorang perempuan berumur 18 tahun yang selalu bermimpi menginginkan sebuah keluarga yang bahagia. Mimpinya tidak pernah terkabulkan. Hidupnya sangat berantakan karena...