Dua minggu telah lewat setelah itu. Hari hari berganti begitu cepat, sangat berarti, dan begitu membekas jika dilewatkan dengan seseorang yang begitu kita cintai.
Segalanya terasa begitu sempurna.
Tidak ada kata kata lagi yang bisa mendeskripsikan hari hari yang dilewati Dera. Dalam kehidupannya, tidak pernah Dera merasa begitu disayang seperti halnya ketika dia menghabiskan waktu bersama Gerald.
Setiap kata kata Gerald begitu membekas, segala sentuhan lelaki itu terasa begitu berarti, dan kasih sayang lelaki itu membuatnya merasa menjadi wanita paling beruntung di dalam hidupnya.
Dan sekarang, Dera sedang terduduk di atas kasurnya, masih lengkap dengan celana pendek rumah, duster tidur, dan rambutnya yang dicepol asal.
Meja makan sudah dipenuhi oleh segala macam makanan, baju kerja sudah diletakkan rapi di atas kasur, semua perlengkapan bekerja Gerald sudah disiapkan oleh Dera dengan begitu rapih.
Namun ada satu hal yang kurang..
Suaminya itu sendiri belom bangun juga padahal ini sudah jam 9 pagi, sedangkan dia harus mengikuti rapat kantornya pada jam 10. Gerald berpesan untuk membangunkannya pagi pagi, namun laki laki itu sendiri lah yang tidak bisa dibangunkan tidak peduli berapa kali pun Dera menyebut namanya.
"Gerald," panggil Dera untuk kesekian kalinya. "Buka matamu, Sayang. Kau sumgguh akan telat."
Gerald membalasnya dengan gumaman tidak jelas.
Dera menepuk nepuk pipi lelaki itu, dan juga mencoba mengusap usap dada bidang Gerald sambil memanggil nama laki laki itu pelan, namun jawabannya selalu sama, gumaman tidak jelas.
"Gimana caranya aku membangunkan kerbau ini?" gerutu Dera. "Gerald bangun."
Akhirnya perannya sebagai seorang istri yang halus sudah kelar, Dera mendekatkan mulutnya ke samping telinga Gerald dan lalu berteriak keras,
"BANGUN GERALDDD!"
Gerald hampir melompat kaget dan terjatuh dari atas kasurnya, membuat Dera tertawa melihatnya. "Mengapa kau berteriak pagi pagi seperti?" gerutu Gerald sambil menutupi wajahnya dengan bantal.
"Itu semua karena kau begitu susah hanya untuk sekedar membuka matamu," kata Dera. "Sungguh bangunlah, kau betulan akan telat."
"Telat apa?"
"Apakah kau tidak ingat kau memiliki rapat hari ini?" kata Dera.
"Rapat tidak akan mulai sampai jam 10," kata Gerald masih tidak ingin keluar dari kasurnya.
"Dan kau tahu, sekarang jam sudah jelas jelas menunjukan ke arah 9," kata Dera. "Oh liat sekarang sudah bertambah 10 menit."
"Aku masih ingat bagaimana aku tidak bisa mempercayaimu soal jam pada pagi hari." Dera menggerutu kecil. Masih soal jam pagi.. Gerald mengintip keluar dari bantalnya, lalu melihat ke arah jam.
Matanya melebar dengan kaget saat melihat jam betulan sudah menunjukkan jam 9.
"Mengapa kau tidak membangunkanku lebih pagi?!" kata Gerald sambil terduduk di atas kasurnya.
"Oh percayalah, aku sudah membangunkanmu dari jam 8, lalu kau kembali tertidur, kubangunkan lagi jam 8.30 dan selama tiga puluh menit selanjutnya aku kembali mencoba membangunkanmu, dan kau tetap saja mendengkur keras seperti seekor beruang. Silahkan salahkan diri Anda sendiri, Tuan."
Gerald mendesah keras, menyandarkan punggungnya di sandaran kasur dan lalu menggeram kesal.
"Mengapa badanku sudah terasa sangat lemas sejak pagi hari," tanya Gerald kepada dirinya sendiri. Rasanya Gerald ingin kembali tidur lagi, merebahkan dirinya diatas kasur empuk sambil menghabiskan sarapan di kasur, menonton berita pagi, dan memeluk Dera di sebelahnya, mencium wangi rambut Dera, sambil sesekali mendapatkan jatah pagi dari istrinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, Mr Billionaire [COMPLETED]
Romance"Mulai sekarang kau milikku, mengerti?" "Y-yes, Mr. Billionaire" --- Dera Destia, seorang perempuan berumur 18 tahun yang selalu bermimpi menginginkan sebuah keluarga yang bahagia. Mimpinya tidak pernah terkabulkan. Hidupnya sangat berantakan karena...