Chapter 59

373K 18.1K 353
                                    

Jangan lupa vote dulu sebelum baca!

Happy reading!!

.

"Kembar sepasang, laki laki dan perempuan, selamat ya kalian berdua."

Kalimat itu terngiang ngiang di dalam benak Dera. Senyumnya tidak pernah luntur dari wajahnya, tidak banyak berbeda dengan Gerald juga.

Tidak hanya satu, tidak hanya seorang anak laki laki atau perempuan, tapi mereka langsung dianugrahkan dua anak kembar sekaligus. Pantas saja setiap hari Dera selalu dibuat bingung entah mengapa perutnya terlihat sedikit lebih besar dari wanita wanita lainnya yang sedang mengandung 5 bulan juga.

Tapi sejujurnya ada rasa takut saat Dera mendengar mendapatkan bayi kembar sekaligus. Selalu mendengar bagaimana lelahnya memiliki anak pertama, apalagi yang ini kembar.

Dia takut dia tidak bisa menjadi ibu yang baik bagi kedunya.

Tiba tiba Dera merasakan tangan Gerald menyentuh tangannya. Perlahan laki laki itu menggenggam tangan Dera, lalu mencium punggung tangan itu lembut, dengan sebelah tangannya lagi memegang setir mobil. Selalu menjadi kebiasaannya, tanpa Dera beri tahu, laki laki itu seperti sudah tahu jelas saat saat Dera terlihat sedang memiliki masalah, dan dia tidak pernah gagak untuk menghiburnya tanpa Dera ketahui.

Mata Dera menempel lekat pada sosok Gerald yang sedang menyetir. Laki laki itu menatapnya sekilas lalu meletakkan tangannya kembali di atas paha Dera.

"Memikirkan sesuatu?" tanya Gerald.

"Sedikit, bukan apa apa," balas Dera membalik ke arah depan. Jalanan hari itu tidak begitu padat, sangat enak untuk dipakai berjalan jalan mengelilingi kota.

"Kau tidak akan bertanya sesuatu kepadaku?" tanya Gerald tiba tiba. Dahi Dera mengerut kebingungan. Menanyakan apa?

"Apa yang harus kutanyakan padamu?" tanya Dera balik.

"Apakah aku memikirkan sesuatu? Tanyakanlah." Mata Gerald melekat kepda jalanan, sesekali melihat ke arah kaca spion.

Makin hari laki laki ini semakin aneh saja, apa yang diinginkannya? "Baiklah, apa yang kau pikirkan?" tanya Dera.

Gerald tersenyum manis, sebelum akhirnya wajahnya berubah geram. "Katakanlah kepadaku dengan jujur." Nada laki laki itu menegas. "Seharusnya kau bisa mengetahui jika kau mengandung anak kembar sejak 2 bulan yang lalu saat umur kandunganmu masih 3 bulan. Dokter macam apa yang kau datangi di Singapura, hah?"

Dera terdiam. Ternyata ini yang ingin ditanyakan Gerald. Rumah sakit mana yang didatangi Dera.

Perempuan itu hanya mencari rumah sakit asal, yang pasti tidak akan disukai oleh Gerald. Laki laki itu pasti akan menyuruhnya datang kepada rumah sakti besar dan menyuruh dokter dokter terkenal untuk memantaunya.

Dengan biaya yang tidak kalah besar.

Dera tidak mungkin bisa membiayainya saat dia berada di Singapura.

"Aku hanya mencari yang paling dekat dengan rumah, dan ehm... ekonomis, mungkin?" kata Dera ragu ragu. Apa yang bisa dilakukannya, Dera tidak ingin meminjam uang banyak dari Rian, tidak juga kepada Charlotte yang bahkan sampai saat itu pun masih berusaha keras mencari nafkah demi pengobatan ibunya. 

Dera menoleh ke arah Gerald, melihat urat urat sedikit menonjol di sekitar tangan laki laki itu. Dera menelan ludahnya pahit.

"Untung ini berada di tengah jalanan, dan bukan di dalam kamar. Kalau tidak, sudah ku siksa mati matian dirimu dengan caraku sedniri . Kau sepertinya snagat senang memancing emosiku," kata Gerald datar. Gerald mencoba untuk terlihat marah, yang sebenarnya gagal total. Dera mendengarkan nada jahil dalam kalimat Gerald, terutama pada kata kata 'di kamar', dia sedang setengah bercanda.

Yes, Mr Billionaire [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang