Chapter 48

369K 21K 1.1K
                                    

Tekan tombol ⭐ di bawah ini sebelum mulai membaca dan jangan lupa KOMEN supaya revisinya makin semangat 😘

Happy reading!!

---

Gerald tanpa henti berdecak keras kepada jalanan yang sangat macet. Perjalnan terasa memakan waktu jauh lebih lama dari biasanya.

Tiba tiba ada pengumuman di depan, ada seorang petugas mengubah arah jalan, membuat banyak mobil mulai menerobos jalannya dan mengakibatkan macet yang berkepanjangan.

Tangan Gerald memukul setir dengan keras dan giginya dia gertakkan dengan kuat.

"Sialan!" bentaknya kesal sambil memencet klakson berkali kali.

Pusing dari mabuk semalam kembali melandanya. Ditengah terik matahari, di sebelah kaca yang begitu panas, tubuh Gerald terasa seperti sednag terbakar.

Terbakar oleh panas Mentari dan terbakar oleh hati penuh kesal dan penyesalannya.

Gerald tidak bisa menyalahkan siapa pun, bahkan dari sudut pandang manapun, dirinya tetap bersalah.

Dia terduduk di atas kursi kerjanya, membalik ke arah jendela, dengan seorang perempuan terpangku diatas pahanya, dan suara nyaring tempat makan yang terjatuh. Dan disana berdirilah Dera dengan amarahnya dengan keterkejutannya.

Gerald berusaha berkata, namun lidahnya berubah kelu, saat disana dia melihat Dera yang berusaha untuk menahan air matanya. Menahan segala tangisannya yang harusnya dicurahkan mata kecilnya di depan lakilaki itu.

Dan Gerald sangat terpengaruh oleh perempuan itu, hanya dengan ekspresinya yang melemah, hatinya langsung melembut.

Gerald melihat keluar jendela melihat antrean mobil mobil di depannya. Dia kembali berdecak kesal. Hatinya memanas, kekesalan kembali terombang ambing, seiring waktu kian berjalan. Rasanya ingin saja Gerald menonjok siapa pun yang lewat ke arahnya sangking kesalnya dia merasa. Frustasi kembali menumpuk di dalam dadanya, hatinya berdesir tidak nyaman. Apapun akan dilakukannya demi sampai ke sebelah Dera, medekapnya erat.

Namun membayangkannya saja sudah terasa salah. Apakah dirinya masih berhak untuk mengklaim bahwa Dera adalah miliknya setelah apa yang dilakukannya? Bahkan menyebut dirinya seorang yang sudah menikah dan memiliki istri pun sudah terdengar tidak benar.

Penyesalan hanya akan datang diakhir cerita.

Gerald begitu memahami pepatah itu sekarang, karena tidak akan ada yang bisa mendeskripsikan sebagaimana besar penyesalannya kini. Seharusnya dia tidak perlu datang ke kantor hari ini. Seharusnya dia tidak perlu saja menerima pertemuan dengan teman kerjanya, dengan begitu masalahnya akan segera diselesaikannya dan dia bisa langsung pulang ke rumah. Kepada Deranya.

Penyesalan terus menghantui, memenuhi dadanya yang terasa sesak. Dan rasa ini sangat menyiksanya.

Kembali Gerald memukul setirnya lalu mengumpat kesal. Rasanya waktu berjalan terlalu lama, dan semua mobil yang menumpuk malah memperburuk keadaan hatinya yang sudah diambang batas sabar.

Penungguannya akhirnya membuahkan hasil setelah dia memarkirkan mobilnya di lobby mansionnya, menyuruh satpam penjaga rumahnya untuk memasukkannya kedalam garasi.

Lelaki itu berlari masuk ke dalam rumah besarnya, mencari dimana Dera. Jelas di GPSnya tergambar bahwa Dera berada di dalam mansionnya. Tempatnya belum berubah dari semenjak sinyal menunjukkan tempatnya di sini. Namun Gerald tahu bahwa istrinya tidak sebodoh itu. mana mau dirinya tinggal di tempat itu setelah apa saja yang dilakukannya.

Gerald semakin panik saat tidak menemukan batang hidung perempuan itu. Dirinya hanya bisa berharap dia bisa menemui perempuan itu lagi.

Gerald berjalan dan menemukan ponsel Dera di atas meja makan, kembali dia mengumpat kesal. Perempuan itu meninggalkan ponselnya di rumah, satu satunya sumber pencarian Gerald.

Yes, Mr Billionaire [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang