Chapter 10

534K 27.4K 635
                                    

Keadaan makan malam tidak bisa dikatakan yang terbaik. Sepanjang makan, tidak ada pembicaraan diantara mereka, tidak ada pula pembahasan tentang apapun dari keduanya.

Benar benar sunyi, tapi aneh.. 

Biasanya makan malam yang canggung akan sangat tidak menyenangkan dan tidak nyaman, namun tidak dengan mereka. Memang tidak ada siapapaun yang berbicara, tidak ada pula percakapan sepele untuk sekedar menghabiskan waktu, namun mereka tidak canggung bersama. Mereka sebaliknya merasakan sesuatu perasaan nyaman setelah menghabiskan makan malam berduaan saja tidak peduli seberapa sunyi hidangan itu. 

Dan dalam hitungan menit, makanan mereka telah habis dimakan semua bersama sama dengan uang berjumlah besar yang dikeluarkan untuk membayar seporsi daging saja. 

"Sudah selesai?" tanya Gerald. Dera mengangguk sambil membersihkan mulutnya dengan tisu. 

"Ayo kita pergi," ajaknya sambil beranjak dari kursi. 

"Mengapa cepat cepat? Tidakkah kau ingin bersantai dulu sebentar setelah makan?" tanya Dera. 

"Kita masih memiliki satu tempat lagi untuk kita kunjungi."

---

Perjalanan hanya membutuhkan waktu 15 menit. Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam namun kota Jakarta seperti biasa tetap terlihat begitu padat oleh orang orang yang belum lelah beraktivitas seharian penuh. 

Saat keluar dari restauran tadi, sejumlah kamera sudah siap stand by di depan restauran itu menunggu Dera dan Gerald. Sepertinya media berita sangat gigih mencari kabar baru tentang berita tunangannya Gerald Heston yang sedang menjadi bahan pembicaraan dimana mana. 

Keadaan sempat memburuk karena wartawan yang berdesak desakan membuat kericuhan, namun dengan bantuan para staff restauran akhirnya mereka berdua bisa keluar dari kerumunan tersebut. 

Gerald memarkirkan mobilnya di sebuah tempat yang tidak Dera ketahui. 

"Dimana ini?"

"Turunlah dan kau akan tahu."

Dengan sikap gentlemannya, Gerald keluar dari mobil dan berjalan cepat ke samping untuk mebukakan pintu mobil Dera. Laki laki itu menggenggam tangan Dera dan membawanya berjalan masuk ke dalam. 

Tempat itu seperti sebuah taman kecil yang diselimuti rumput pendek dengan tengahnya dipenuhi oleh batu batuan yang tertata rapi sebagai pijakan pendatang. Tempat itu sangat gelap, dan Dera bisa mengatakan dia tidak nyaman dengan suasanya. 

Bebatuan yang mereka gunakan untuk berjalan itu berujung kepada sebuah gazebo putih yang terlihat bersinar karena lampu yang menyinarinya sangatlah terang. 

Gazebo itu sangat cantik, lantainya terbuat dari kayu dan begitu pula atapnya. Langit langit gazebo di cat berwarna putih, bersama juga dengan pillar pillar di sekitarnya yang bernuansa putih pula, bunga bunga bermekaran indah di sekitarnya, mempercantik tempat itu yang terlihat sangat romantis.

Dera memijakkan kakinya ke dalam gazebo itu dan terkejut saat dia melihat taburan petal mawar yang memenuhi lantai kayu gazebo membentuk sebuah hati yang sangat Indah. 

"Apa ini?" tanya Dera. "Sangat cantik."

"Kau menyukainya?" tanya Gerald. 

"Sangat," bisik Dera. "Tapi mengapa kau membawaku ke tempat ini?"

"Karena aku ingin menunjukkan sesuatu kepadamu," kata Gerald. Laki laki itu tiba tiba bersiul singkat dan seketika lampu lampu di taman muncul menutupi malam gelap itu. 

Dan tiba tiba pula, terdengar suara riuh tepuk tangan dari sekeliling Dera, dan saat dia sadar, segerombolan orang sudah berdatangan dengan baju pesta mereka mengerumuni gazebo. 

Bahkan ibunya Gerald pun ada di sana. 

Nyonya Anandya datang dengan serangkaian bunga serta sebuah senyum lebar di mukanya. 

Sejurus kemudian, lampu lampu kecil yang lebih kecil menyala diatas rumput bertulisan: 

WILL YOU MARRY ME? 

Dera terkejut setengah mati, terlebih lagi saat dia melihat Gerald sudah berlutut di depannya dengan sebuah kotak cincin disondorkan kepadanya. Jangan jangan. 

"Dera Hawati," kata Gerald, "maukah kau menjadi istriku?"

Dera ragu menjawab. 

Dera benar benar tahu kalau permintaan, dan lamaran romantis ini hanyalah sebuah bohong belaka yang dibuat oleh Gerald. Dia tahu saat dia sadar, dia hanyalah seorang istri sementara yang akan menghabiskan waktunya dengan laki laki yang bahkan tidak mencintainya. 

Dia tahu itu. 

Namun suatu suara di hatinya mengatakan bahwa dia begitu senang mendapatkan kejutan seperti ini. Dia senang saat ada orang yang bersedia untuk memperhatikannya, ada orang yang akhirnya mau menganggapnya ada. 

Jadi, walaupun ini adalah sebuah sandiwara, walaupun ini hanyalah sebuah bohong belaka, tapi Dera ingin menikmatinya. Dia ingin menikmati rasa hangat di dadanya lebih lama. 

Dera tersenyum, bermimpi kalau ini adalah cerita romansanya sendiri dimana seorang putri akan hidup dengan behagia pada akhirnya bertemu dengan pangeran tampannya. 

Dia ingin tersenyum, menikmati hidup barang sekali saja. 

Karena itu dia menjawab

"Yes, Mr. Billionaire."

.

Follow me on instagram

Nnareina

Jangan lupa untuk vote dan komen yaa, thank youuu

Love you all <3

Yes, Mr Billionaire [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang