Jihoon menuruni anak tangga, berniat mencari makanan ke dapur untuk perutnya yang sedang berteriak lapar.
Saat kakinya menapak diatas anak tangga terakhir, ibunya memanggil.
"Jihoon, kemari sayang."
Jihoon yang merasa terpanggil pun menghampiri ibunya.
Matanya menangkap sosok tampan yang duduk berhadapan dengan ibunya. Ia pun membungkuk sopan pada tamu sang ibu.
"Duduklah sayang." perintah sang ibu.
Jihoon tersenyum manis dan mengangguk. Ia mendudukkan dirinya disamping ibunya.
"Guanlin, kau belum mengenalnya kan?" tanya ibu Jihoon kepada tamunya.
Guanlin mengernyit. Melirik sekilas pada Jihoon, lalu menganggukkan kepalanya.
"Park Jihoon. Keponakanmu. Anakku."
Ibu Jihoon mencubit gemas pipi anaknya.
Guanlin menatap bingung pada kakaknya.
"Anak?" tanya Guanlin.
Ibu Jihoon mengangguk dan tersenyum.
"Bukankah dia manis?" sang Ibu menggoda Jihoon.
"Ibu~ jangan seperti itu." Jihoon merengut tidak suka.
Ibunya terkekeh kecil melihat semburat merah dipipi sang anak.
"Sayang, dia pamanmu. Lai Guanlin."
"Paman Guanlin?" Jihoon beralih menatap Guanlin, bingung.
"Aku tidak pernah melihat paman ini, bu." celetuk Jihoon.
Guanlin berdiri, ditatapnya intens pemuda manis disamping kakaknya itu.
"Dia yang akan ikut bersamaku?" tanya Guanlin.
"Ah iya!"
"Jihoon sayang, kau bisa siapkan barangmu? Kau akan ikut dengan paman. Kau ingat kan?"
Ibu mengusap lembut surai madu milik Jihoon.
"Aku ingat, bu. Tapi aku tidak tahu kalau aku akan ikut dengan paman ini."
Jihoon menatap kurang suka pada pamannya.
"Aku akan menginap dulu disini. Besok kau berangkat bersamaku." ucap sang paman.
"Jie, dimana kamar untukku?"
Guanlin melepas satu kancing teratas kemejanya.
Ibu Jihoon beranjak dari duduknya dan berlalu mengantar Guanlin ke kamarnya.
Jihoon melirik sekilas pada bahu tegap sang paman. Mengedikkan bahunya sebentar dan berlalu.
~⚫⚫⚫~
"Wah! Paman! Pemandangannya bagus sekali!" Jihoon tersenyum ceria.
Jihoon berlari kecil menuju balkon apartemen milik pamannya. Guanlin berdecak malas melihat Jihoon.
"Biasa saja!"
"Lebih baik kau bereskan barangmu. Banyak sekali." celetuk Guanlin.Jihoon berbalik dan merengut kesal berjalan menghampiri sang paman dengan hentakan kakinya.
"Kekanakan sekali." Guanlin berujar sinis.
Jihoon semakin merengut dan merampas kopernya dari tangan sang paman.
"Dimana kamarku?!" Jihoon bertanya ketus.
"Kamar kedua." jawab Guanlin singkat.
~⚫⚫⚫~
Jihoon keluar dari kamarnya. Matanya menangkap punggung lebar sang paman. Sepertinya sedang sarapan.
"Selamat pagi, paman!" sapa Jihoon semangat.
Ia menghampiri meja makan. Matanya berbinar senang melihat makanan telah tersaji diatas meja.
"Apa paman yang memasak ini?"
Jihoon menarik kursi yang berhadapan dengan pamannya.
"Hm." jawab Guanlin.
Guanlin sedari tadi sarapan tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponselnya.
"Cepatlah makan, aku akan mengantarmu." Guanlin melanjutkan.
Ia berdiri, meraih piring kotor miliknya. Membawanya ke wastafel dan mencucinya.
Kemudian melenggang memasuki kamarnya setelah mencuci piringnya.
⚫⚫⚫
Jihoon baru saja menyelesaikan sarapannya saat sang paman keluar dari kamar.
Jihoon hanya melirik sekilas sang paman yang terlihat kesulitan memakai dasinya."Ada apa?" tanya Jihoon.
Guanlin diam tak menjawab dan masih berkutat serius dengan dasinya. Jihoon berdecak kesal dan menghampiri Guanlin.
Mengurungkan niatnya untuk kembali kekamar mengambil tas nya.Ia berdiri dihadapan pamannya. Dirapikannya kerah kemeja milik Guanlin dan dilanjutkan mengambil alih dasi abu itu dari tangan besar Guanlin.
Dengan telaten, ia memasang dan menyimpulkan dasi itu. Guanlin menatap lamat wajah manis Jihoon. Ia menggeleng cepat tepat setelah Jihoon menepuk pundaknya.
"Kau sudah tampan."
Jihoon tersenyum manis dan berlalu ke kamarnya.
Meninggalkan paman tampannya yang tengah memasang wajah bodoh.
⚫⚫⚫
Selamat pagi!
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCLE GUAN [PANWINK]
FanfictionHanya kisah percintaan picisan antara Park Jihoon dengan sang paman, Lai Guanlin. Warning! (15+)