"Jihoon."
"Hm?"
Jihoon mendongak menatap sang paman, tanpa melepaskan sendok dari mulutnya. Ia sedang memakan es krim yang dibelikan oleh Guanlin. Guanlin yang melihat tingkah lucu Jihoon pun terkekeh pelan.
Jihoon menatapnya bingung. Matanya mengikuti pergerakan Guanlin yang kini mendudukkan dirinya tepat di samping Jihoon.
"Perayaan kenaikan jabatanku akan dirayakan nanti malam. Apa kau ingin ikut?"
Sudut bibir Jihoon terangkat, mengukir sebuah senyuman cerah.
"Bolehkah?"
Matanya berbinar, menatap Guanlin penuh harap.
"Tentu saja boleh."
Jihoon memekik senang kemudian mengangguk antusias. Mengabaikan layar di depan sana yang tengah menayangkan kartun kesukaan Jihoon.
"Baiklah, aku ikut."
. . .
"Ji? Kau sudah siap?"
Suara sang paman terdengar dari luar sana. Jihoon sedikit tersentak kaget.
"Ah tunggu sebentar."
Jihoon menatap dirinya sekali lagi di depan cermin. Ia sedikit ragu dengan pilihan kemeja biru langitnya. Dan, ia merasa sedikit gugup.
Jihoon menghela napasnya, kemudian beranjak keluar dari kamarnya. Menghampiri Guanlin yang tengah menunggunya.
"Aku siap."
Guanlin berdiri dari duduknya saat mendengar seruan dari arah belakang. Maniknya mendapati Jihoon disana. Guanlin terpaku, menatap Jihoon dalam diam dengan kagum.
Jihoon menggigit bibirnya, takut dengan respon Guanlin. Ia mulai berpikiran buruk tentang pakaiannya.
"A-apa pakaian ini tidak bagus, paman?"
Guanlin membuyarkan lamunannya. Ia mengernyit heran mendengar pertanyaan Jihoon. Dari sisi mana tidak bagusnya?
Kemeja berwarna biru langit, dipadukan dengan celana bahan putih. Terlihat biasa, memang. Namun melihat Jihoon yang memakainya, semuanya terasa cantik dimata Guanlin.
"Apanya yang tak bagus?"
"Penampilanku, bagaimana?"
Guanlin diam, tak bisa menjawab pertanyaan Jihoon sama sekali. Ia ingin mengatakan betapa cantik Jihoon, tapi sesuatu seperti menahan lidahnya untuk mengucapkan hal itu.
"Tolong, dasi ku."
Permintaan itulah yang akhirnya keluar dari bibir Guanlin. Ia masih tak bisa memasang dasinya sendiri. Terbiasa dengan dasi yang lebih mudah dipakai, hanya sesekali Guanlin mengenakan dasi yang bahkan dirinya selalu memasangnya dengan cara yang salah.
Guanlin tak mengalihkan pandangannya dari Jihoon saat lelaki manis itu mendekat. Meraih dasi di tangan Guanlin, memasangkannya pada kerah kemeja Guanlin. Jihoon sedikit mendongak untuk melihat wajah tampan sang paman, namun yang ia dapat adalah Guanlin yang terus menatapnya. Ia pun memilih kembali menunduk dan berkutat dengan dasi hitam milik Guanlin.
Sedangkan Guanlin, ia tak bisa berkata-kata. Sungguh, Jihoon sangat cantik. Menatapnya sedekat ini, membuat Jihoon terlihat berkali-kali lipat lebih cantik.
Tangan besar Guanlin bergerak naik, ingin merengkuh pinggang Jihoon. Namun ia urungkan saat Jihoon merapikan jas nya sembari tersenyum manis.
"Selesai."
Jihoon melangkah mundur, menatap puas pada simpulan dasi yang ia buat.
"Baiklah. Kita berangkat."
.
Langkah Jihoon dan Guanlin tak lolos dari tatapan para tamu yang telah datang lebih dulu. Karena itu, Jihoon memilih untuk berjalan di belakang tubuh tinggi Guanlin. Tetapi Guanlin sendiri malah menariknya untuk berjalan berdampingan. Mengabaikan tatapan kagum orang-orang pada Guanlin.
"Ah ini dia! General Manager kita. Silahkan naik, Tuan."
Suara seorang lelaki manis terdengar di seluruh penjuru ruangan acara. Disana, Bae Jinyoung. Dengan setelan jas formal, terlihat lebih berkelas dibandingkan dengan Jihoon.
"Ji, tunggu disini."
Jihoon menoleh pada Guanlin dan mengangguk setelahnya.
Guanlin melangkah menjauh menuju podium. Ia akan memberikan sambutan-sambutan dan ucapan terima kasih.
Pandangan Jihoon tak teralihkan sama sekali dari paman tampannya itu. Yang tengah sibuk dengan pidatonya. Jihoon bahkan tak mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan sang paman di atas podium sana.Namun kemudian perhatiannya teralihkan saat seseorang menepuk pundaknya.
"Park Jihoon?"
Jihoon menoleh.
"Pam-"
"Donghan saja."
Jihoon terkekeh pelan melihat wajah kesal Donghan. Ia hampir saja kembali memanggil Donghan dengan sebutan 'Paman'.
"Mau ku ambilkan sesuatu? Minuman, mungkin?"
Jihoon menggeleng pelan dan tersenyum.
"Tidak, terimakasih."
"Hei, padahal aku sedang berbaik hati. Karena kau terlihat sangat manis malam ini."
Donghan tertawa kecil dengan perkataannya sendiri. Jihoon mengulum senyumnya, pipinya sedikit bersemu.
"Kim Donghan dengan segala rayuan nya."
Keduanya tertawa bersama, mengabaikan orang-orang di atas podium sana. Dan, Guanlin yang menatap mereka penasaran.
. . .
Nih dari minggu kemaren dikasih manis manisan mulu:3
Gemes akutu:')Sorry for typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCLE GUAN [PANWINK]
FanfictionHanya kisah percintaan picisan antara Park Jihoon dengan sang paman, Lai Guanlin. Warning! (15+)