46.

4K 516 78
                                    

"Aku tahu, kau pasti bertanya-tanya tentang margamu yang berbeda denganku. Itu memang marga aslimu, dari Ayah kandungmu. Aku dan Jieqiong sepakat untuk tidak menggantinya, dan menunggu kau mungkin suatu saat akan bertanya tentang hal itu. Tapi aku cukup merasa aneh karena kau tidak pernah bertanya secara langsung padaku atau Jieqiong sampai sekarang."

Jihoon mengangguk paham, lalu membuka suaranya.

"Aku memang penasaran tentang itu. Namun, jika aku memikirkan hal itu, semua pikiran buruk selalu menghantuiku. Misalnya seperti;

'Kalau ternyata aku bukan anak kalian, lalu apa kalian akan membuangku nantinya?'

Pikiran seperti itu membuatku ingin menangis. Aku sangat menyayangi kalian, dan aku takut sewaktu-waktu kalian akan mengusirku."

Mingyu tak dapat menahan kekehannya mendengar pengakuan Jihoon yang terdengar sedikit kekanakan.

"Sebenarnya dari dulu aku menyimpulkan, kalau aku memang bukan anak kalian. Tapi aku tidak berani bertanya, karena aku takut kalian akan menyuruhku pergi. Aku tidak mau berpisah dengan Ibu."

"Ibumu juga begitu, ia tak mau berpisah denganmu. Kau tahu? Saat kau mulai tinggal bersama Guanlin, Ibumu terus merengek dan mengatakan bahwa ia merindukanmu setiap malam. Aku sampai kewalahan. Lalu bagaimana mungkin ia akan tega mengusirmu?"

Jihoon terkekeh pelan, ternyata seharusnya ia tak perlu khawatir. Karena Ibunya, juga sangat menyayangi dirinya.

"Kau lihat? Kenapa ia bisa begitu manis saat tertawa?! Aku penasaran dengan rupa orangtuanya."

Guanlin menginterupsi obrolan serius antara Mingyu dan Jihoon.

Mingyu tertawa pelan, sedangkan Jihoon sudah mencubit pinggang Guanlin, membuat lelaki itu meringis.

"Dulu, aku pernah beberapa kali bertemu Ibu kandungmu. Dan memang, ia cantik. Sepertinya hal itu menurun pada dirimu."

Guanlin berusaha menahan gemas saat melihat Jihoon yang kini tersipu. Tangannya lalu beralih memeluk pinggang lelaki manis itu, tatapan tajamnya mengarah pada Mingyu.

"Jangan merayu anakmu sendiri. Dia milikku."

Mingyu memutar matanya malas. Sungguh kekanakan sekali adik iparnya itu.

"Kau harus bertanggung jawab atas semua ini, anak bodoh. Aku tak ingin wajahmu rusak nantinya, jadi aku yang akan mengatakan tentang calon bayi kalian pada Jieqiong dan Ayah. Aku sungguh baik, bukan?"

Jihoon melompat senang, menghampiri Ayahnya, lalu memeluk erat pria itu.

Mingyu tersenyum, lalu membalas pelukan anaknya.

"Terimakasih, Ayah."

Jihoon mengecup singkat pipi Ayahnya, ia sangat senang.

"Apapun untuk membuatmu senang."

Mingyu menepuk-nepuk puncak kepala Jihoon, matanya menatap ke arah Guanlin, lalu sebuah senyum kemenangan terpampang di wajahnya.

Guanlin mengepalkan tangannya, menatap tajam kakak iparnya itu.

'Jihoon milikku!'

Setidaknya seperti itulah isyarat yang Guanlin sampaikan pada Mingyu.

.
.
.

Jihoon menatap pantulan dirinya di cermin, tangannya lalu bergerak mengusap sayang perutnya.

"Kau sepertinya tumbuh baik, perutku sedikit lebih besar daripada dulu. Entah itu karena dirimu atau makanan yang aku makan."

UNCLE GUAN [PANWINK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang