09.

8.5K 937 52
                                    

Peringatan ya!
Berdo'a dulu lah sebelum baca. Agar tak berdosa wkwk.
Happy reading!

. . .

Jihoon sempat kaget dan berontak. Namun ia tak dapat menolak permainan lelaki yang lebih tua darinya itu. Pada akhirnya, Jihoon memilih untuk mengikutinya.

Tangan Jihoon meremas surai Guanlin lebih kuat saat ia merasa mulai tak bisa bernafas. Dan itu berhasil. Guanlin melepaskan tautan bibir mereka dan beralih pada telinga Jihoon. Guanlin mengecup lembut di sekitar telinga pemuda yang lebih muda. Hingga kecupannya sampai pada daerah perpotongan leher Jihoon, Guanlin menghirup dalam aroma tubuh lelaki manis itu. Saat itu juga, tangan Jihoon meremat kemeja bagian pundak Guanlin. Membuat Guanlin mengangkat kepalanya lalu menyatukan keningnya dengan Jihoon. Ia menatap dalam manik pemuda manis itu.

"Aku tahu aku gila, Park Jihoon."

Jihoon memilih untuk diam dan menghindari tatapan Guanlin dengan menundukkan kepalanya. Guanlin bergerak mendekatkan kepalanya kearah telinga Jihoon dan berbisik pelan disana.

"Kau. Mengacaukanku."

Jihoon meremat kaus yang dipakainya.

"Kita tak seharusnya seperti ini, paman."

Guanlin memejamkan matanya dan mengangguk. Ia memilih untuk menjatuhkan kepalanya pada bahu sempit lelaki yang lebih muda.

"Aku tahu. Tapi aku-"

Suara bel menghentikan perkataan Guanlin.

"Aku akan buka pintunya."

Jihoon mendorong lembut dada Guanlin dan berlalu meninggalkan Guanlin didepan kamarnya. Guanlin mengacak rambutnya frustasi sepeninggal Jihoon dari sana.

.

"Hai!"

Jihoon tersenyum tipis membalas sapaan pemuda di depannya.

"Mencari paman Guanlin?"

Jinyoung mengangguk.

"Silahkan masuk. Dia ada di dalam."

Jihoon membuka pintu lebih lebar dan mempersilahkan Jinyoung untuk masuk.

"Aku akan panggilkan."

Jinyoung tersenyum dan mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu.

Jihoon melangkah kembali menuju kamarnya. Dan benar saja, Guanlin masih berdiri disana.

"Paman."

Guanlin menoleh dan menatap wajah manis itu.

"Jihoon, aku-"

"Jinyoung menunggumu. Menyingkirlah dari pintuku."

Guanlin menggeser tubuhnya dan membiarkan Jihoon yang akan memasuki kamarnya.

"Maafkan aku."

Jihoon terdiam untuk beberapa saat. Ia tak menjawab pernyataan sang paman dan setelahnya berlalu memasuki kamarnya.

.

"Bae, ada apa?"

Jinyoung menoleh dan menangkap Guanlin yang tengah melangkah kearahnya.

"Aku ingin mengajakmu berangkat kerja bersama."

Guanlin berusaha tersenyum dan mengusak pelan surai legam Jinyoung.

"Maaf, Bae. Sepertinya aku tidak bekerja hari ini."

"Kenapa?"

Jinyoung mengernyit heran menatap pria di depannya.

"Kurasa aku perlu istirahat."

"Baiklah aku juga tak akan pergi kerja jika kau tak bekerja."

Guanlin menatap heran pada Jinyoung.

"Ini hari pertamamu bekerja, Bae. Jangan membuat masalah."

"Kakak tak akan memarahiku."

Bae Jinyoung. Adalah adik dari direktur utama perusahaan tempat Guanlin bekerja sebagai Personnel Manager.
Sebenarnya, Jinyoung lah yang membantu Guanlin mendapat pekerjaan disana.

Jinyoung dan Guanlin.
Keduanya berteman sejak masih mengenakan seragam putih abu-abu. Guanlin satu tahun lebih tua dari Jinyoung. Keduanya tak sengaja bertemu saat Jinyoung tengah di hadang oleh teman-temannya yang ingin meminta uang Jinyoung secara paksa di koridor saat jam pulang.
Sampai sekarang, hubungan keduanya tampak baik-baik saja.

"Terserahmu saja, Bae. Lain kali kau tak boleh seenaknya seperti ini."

Guanlin menghela nafasnya dan tersenyum tipis. Setidaknya, mungkin Jinyoung bisa membuatnya melupakan masalahnya dengan Jihoon.

"Aku mengerti, Lin. Aku akan menemanimu disini."

. . .

Maapkan maapkan maapkan.
Anti hujad hujad kleb hwhw.
Sorry for typo.

UNCLE GUAN [PANWINK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang