13.

7.4K 892 35
                                    

Jihoon kembali mengarahkan maniknya pada jam dinding. Sudah hampir malam. Ia sedang menunggu Guanlin pulang. Jujur saja, sejak tadi ia kembali terpikirkan dengan apa yang Donghan katakan saat menjemputnya. Ia sedikit khawatir Guanlin melakukan kesalahan dalam pekerjaannya.

Hingga suara beberapa digit angka password memasuki pendengarannya, ia bangkit dari duduknya dan berjalan cepat meninggalkan ruang tengah, tempatnya menunggu Guanlin.

Saat Jihoon hampir sampai, Guanlin baru saja membuka pintu itu. Pandangan mereka saling bertemu untuk beberapa saat.

Guanlin meletakkan sepatunya pada rak yang berada di samping pintu.

"Apa yang terjadi?"

Guanlin mengernyit. Ia beralih menatap Jihoon dengan pandangan heran.

"Apa?"

"Aku dengar kau dipanggil oleh direkturmu. Apa ada sesuatu?"

Guanlin kembali teringat alasan ia tak bisa menjemput Jihoon. Ia tersenyum senang pada Jihoon.

"Tebaklah."

Guanlin merangkul pundak keponakannya itu dan mengajaknya melangkah memasuki apartemen. Jihoon sendiri terlihat biasa saja dan tak keberatan dengan hal itu. Jadi, Guanlin juga tak memusingkan hal yang sama.

"Gaji mu dipotong?"

Jihoon sedikit mendongak untuk menatap wajah sang paman. Guanlin menggeleng pelan.

"Bukan."

Jihoon kembali berpikir keras dengan wajah seriusnya. Terlihat lucu di mata Guanlin.

"Gaji mu dinaikkan?"

Guanlin mendudukkan dirinya dan Jihoon di atas sofa ruang tengah. Ia kembali menggeleng.

"Aku naik jabatan."

Jihoon sontak menoleh pada Guanlin di sampingnya, menatapnya tak percaya.

"Benarkah?"

Guanlin mengangguk, ia lalu melepas rangkulannya pada bahu Jihoon.

"Ya. Aku seorang General Manager, sekarang. Jabatan yang tinggi, bukan?"

Jihoon mengangguk antusias.

"Paman hebat!"

Jihoon berteriak senang. Guanlin hanya bisa menahan rasa gemasnya dengan tingkah lucu pemuda manis itu.

"Jadi paman, ayo rayakan!"

"Rayakan?"

"Makan besar!"

Guanlin hanya bisa pasrah saat Jihoon mulai memesan makanan untuk diantar ke apartemen mereka. Guanlin yang membayarnya tentu saja. Padahal, ia belum mendapatkan gaji dengan jabatannya yang baru itu.

.

"Maaf aku tak bisa menjemputmu tadi sore."

Guanlin dan Jihoon kini tengah duduk bersama menikmati angin malam dan pemandangan kota dari balkon unit apartemen Guanlin.

Sesaat setelah perayaan kecil tadi, Guanlin langsung menapakkan kakinya di balkon. Dan tak lama, Jihoon datang dengan membawa dua cangkir kopi. Untuknya dan untuk Jihoon sendiri.

"Tak apa. Setidaknya kau masih dapat dikatakan menjemputku, dengan Donghan sebagai penggantimu."

Guanlin menyesap kopi itu perlahan, kemudian menoleh pada Jihoon yang terkekeh kecil.

Sangat cantik.

Itulah yang memenuhi kepala Guanlin.

Guanlin meletakkan kopinya ke atas meja. Kemudian meraih cangkir kopi dari tangan Jihoon dan meletakkannya di meja. Jihoon menatap heran ke arahnya, namun apa pedulinya?
Ia berdiri dan menarik pergelangan tangan Jihoon, membuat Jihoon mau tak mau ikut berdiri bersama sang paman.

Guanlin menatap dalam manik berbinar milik Jihoon. Begitu pula Jihoon, yang terbawa oleh suasana tenang milik Guanlin.
Tanpa sadar, Jihoon memejamkan matanya saat Guanlin mulai mendekatkan wajahya. Darahnya berdesir, jantungnya berpacu cepat.

Jihoon dapat merasakan napas Guanlin yang menerpa wajahnya. Tangan besar Guanlin bergerak ke arah pinggang Jihoon, merengkuhnya erat. Sedangkan Jihoon mulai meremat ujung kaos yang dikenakannya.

Guanlin hanya mengecup bibirnya sekilas, namun hal itu berhasil membuat jantung Jihoon rasanya hampir meledak.

"Tidurlah, Ji. Ini sudah larut malam."

Guanlin melepaskan rengkuhannya, lalu mengusak rambut Jihoon pelan. Jihoon merasa sedikit tak suka saat tangan besar itu tak lagi melingkar di pinggangnya. Bahkan sang paman pun menyadarinya, karena wajah Jihoon yang berubah masam. Guanlin terkekeh senang melihat Jihoon dengan wajah seperti itu, sangat lucu.

"Mau aku temani?"

Jihoon langsung mendongak menatap wajah tampan sang paman. Pipinya seketika memanas.

"Tidak! Aku bisa tidur sendiri!"

Jihoon mendelik kesal pada Guanlin dan berlalu meninggalkan Guanlin di balkon.

Guanlin tertawa puas.

"Kau lucu, Ji."

. . .

Cieee double update cieee.
Ini spesial buat para bucinnya Panwink wkwk.
Sekalian perayaan 11k juga sih:3
Gemes sendiri aku ngetiknya heu.

Sorry for typo.

Ini ngebut.

UNCLE GUAN [PANWINK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang