21.

6.8K 748 98
                                    

Guanlin menatap dalam manik berbinar milik lelaki manis di depannya.

"Katakan padaku. Ada apa? Kenapa kau bersikap seperti ini?"

Jihoon memejamkan matanya kala jemari Guanlin menyentuh lembut pipi gembilnya. Guanlin menangkup wajah Jihoon, mendongakkan wajah itu untuk balas menatapnya. Manik mereka bertemu, saling menatap dalam. Guanlin kembali mengecup bibir manis Jihoon, mencoba membuat Jihoon mau membuka mulutnya dan mengatakan semuanya.

"Kau membiarkanku, sendirian di ladang bunga."

Jihoon menunduk dan memainkan jemarinya. Guanlin diam, menunggu Jihoon untuk melanjutkan.

"Aku terjatuh, tapi kau tak melihatnya dan sibuk bercanda dengan Jinyoung. Lelaki itu membantuku dan mengobati lukaku."

Guanlin kaget, tentu saja. Ia tak tahu Jihoon mengalami kecelakaan kecil.

"Luka di tanganmu? Karena terjatuh disana?"

Jihoon mengangguk, kemudian kembali mendongak menatap sang paman.

"Maafkan aku."

Guanlin meraih tangan Jihoon. Menggenggamnya dan mengusapnya sayang. Membuat Jihoon tersenyum kemudian mengangguk cepat.

"Aku sudah mengatakan jangan berlari. Tapi kau tak peduli dan terus berlari."

Guanlin mencubit kedua pipi gembil Jihoon, membuat pemuda manis itu meringis dan merengek pada Guanlin.

"Jangan pernah sentuh pipiku lagi."

Jihoon mendelik menatap tajam Guanlin sembari mengusap pipinya yang terasa sakit.

"Kau terlalu lucu, Ji."

Tiba-tiba saja, Guanlin mengangkat tubuh Jihoon dan berputar-putar. Jihoon memekik kaget, dan memeluk erat leher Guanlin agar tak jatuh. Ia tertawa puas, begitu pula Guanlin.

Guanlin menjatuhkan Jihoon ke atas ranjangnya, dengan dirinya yang mengurung Jihoon di bawah tubuhnya. Pipi Jihoon seketika bersemu merah saat menyadari posisi dirinya dan Guanlin.

"Menjauhlah."

Ia mendorong tubuh Guanlin, namun tak bisa. Guanlin tetap setia berada di atas tubuhnya. Tersenyum jahil, kemudian mengecup bibir Jihoon berkali-kali. Sedangkan Jihoon hanya bisa tertawa geli dengan tangan yang terus memukul pundak Guanlin.

"Hentikan."

Guanlin tertawa puas, menjatuhkan dirinya di samping Jihoon kemudian memeluk erat tubuh Jihoon.

"Waktunya tidur, Park Jihoon."

Jihoon mengangguk, menghadap Guanlin lalu membalas pelukan lelaki itu. Melesakkan wajahnya pada dada bidang milik Guanlin, menghirup dalam aroma tubuh Guanlin yang menenangkan. Kemudian mulai menjelajah dalam mimpi mereka masing-masing.

. . .

Jihoon dan Kenta memasuki kedai kopi baru yang ada di dekat gedung apartemen mereka. Keduanya terperangah, kedai ini terlihat biasa di luar, namun sangat indah di dalam. Banyak terdapat tanaman-tanaman. Bunga dalam pot kecil di atas meja, tanaman dalam pot besar di setiap sudut, tanaman dengan pot gantung di tempat tertentu, dan dinding dengan tanaman yang menempel disana, juga lukisan-lukisan pemandangan yang indah. Dominasinya adalah hijau. Terasa sejuk dan menyegarkan menurut Jihoon. Ia yakin tempat ini akan menjadi tempat kesukaannya setelah ini.

Kenta dan Jihoon memilih untuk duduk di sudut ruangan.

"Pemilik tempat ini sepertinya suka tanaman dan bunga."

Jihoon mengangguk antusias.

"Sangat cantik."

Jihoon kembali mengedarkan pandangannya mengelilingi seluruh ruangan kedai itu.

"Mau pesan sesuatu, Tuan?"

Jihoon mengalihkan pandangannya pada pelayan kedai yang tengah berdiri di samping Kenta. Namun malah mematung saat melihatnya.

"Hai, Park Jihoon."

Daniel tersenyum pada Jihoon. Sedangkan Kenta menatap bingung mereka bergantian.

"Jihoon, kalian saling kenal?"

Kenta menyadarkan Jihoon, ia pun mengangguk sebagai jawaban.

"Aku bertemu dengannya, kemarin."

Daniel membungkuk dan tersenyum menyapa Kenta.

"Kau bekerja disini?"

Daniel mengangguk sebagai jawaban untuk Jihoon. Kemudian Jihoon dan Kenta memesan makanan dan minuman mereka dengan Daniel yang mencatat semuanya.

"Baiklah. Tunggu sebentar."

Daniel berlalu meninggalkan keduanya.

"Jihoon, darimana kau kenal dengan pria setampan itu?"

Kenta membuat Jihoon tertawa karena berbicara setengah berbisik.

"Menurutmu dia tampan?"

"Hei, tentu saja. Dia sangat tampan. Kau tak lihat proporsi tubuhnya? Ah, semoga aku dapat satu yang seperti itu."

Jihoon mendengus dan tertawa geli mendengar perkataan Kenta. Tak lama, pesanan mereka pun datang. Kenta mengucapkan terima kasih pada Daniel.

"Selamat menikmati."

Senyum Daniel tertuju pada Jihoon. Ia kemudian kembali berlalu pergi.

"Hoon, kurasa dia tertarik padamu."

Jihoon mengernyit bingung.

"Kau tak lihat caranya tersenyum padamu? Terasa berbeda saat dia tersenyum padaku."

Jihoon tertawa pelan.

"Itu tak mungkin. Kau ini selalu menyimpulkan sendiri."

Kenta mendengus karena Jihoon tak percaya.

"Awas saja kalau aku benar."

Keduanya pun tertawa. Tanpa tahu bahwa seseorang memperhatikan keduanya, dari jendela kaca di pintu masuk dapur.

. . .

Nah ini tadi siapa yang minta double up? Nih dikasih nih karena aku baik hati:3
Udah manis kan ya? Udah pastinya wkwk.

Sorry for typo.

UNCLE GUAN [PANWINK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang