"Lepaskan aku!"
Jihoon menatap kesal ke arah Guanlin yang kini tengah memeluknya, dengan wajah yang menempel pada perutnya.
"Aku tidak ingin pergi bekerja."
"Kau sudah tidak bekerja kemarin!"
Jihoon mendaratkan sebuah pukulan di tangan Guanlin, membuat lelaki itu meringis kecil.
"Hei, kenapa Mama mu ini jahat sekali?"
Jihoon tersentak kaget mendengar perkataan Guanlin.
"M-mama?"
Guanlin mengangguk, mengecup perut Jihoon sekilas. Kemudian beralih ke wajah Jihoon.
"Kuharap kau akan terbiasa dengan panggilan itu."
Jihoon menarik kedua sudut bibirnya, merasakan kembali kebahagiaannya.
"Baiklah."
Jihoon memejamkan matanya, merasakan sebuah kecupan singkat mendarat di pipinya.
"Aku ingin tahu, sudah berapa lama ia berada di perutmu. Apa sebaiknya kita pergi ke rumah sakit? Test pack itu tidak menunjukkan usia kandunganmu."
Jihoon mengangguk antusias. Ia juga ingin tahu, sudah berapa lama janin itu tumbuh di perutnya.
"Aku akan mengatakan pada Jinyoung bahwa aku tidak bisa bekerja."
"Lalu aku?
"Aku akan meminta Donghan memberitahu Kenta."
Jihoon mengangguk, lalu setelahnya hening. Guanlin memejamkan matanya, dan Jihoon menatap langit-langit kamar.
"Guanlin."
Guanlin yang merasa terpanggil hanya bergumam pelan sebagai sahutan.
"Bagaimana dengan Ibu dan Kakek?"
Guanlin diam, mengingat kembali tentang Jieqiong dan Ayahnya.
Jihoon menoleh, menatap Guanlin yang kini juga menatapnya.
"Tugasmu, cukup jaga bayi kita dengan baik. Aku yang akan mengurus semuanya."
Jihoon menatap dalam manik legam milik Guanlin.
"Aku takut."
Guanlin menarik lelaki manis itu ke dalam dekapan hangatnya.
"Aku akan melindungi kalian."
Jihoon menenggelamkan wajahnya pada dada bidang lelaki itu.
"Mungkin, nanti kau akan jauh dari Ibumu. Maafkan aku."
Jihoon menyayangi Ibunya, sangat. Namun jika seperti ini, ia akan memilih untuk bersama lelakinya. Karena Ibunya sudah pasti tak akan suka dengan semua ini, membayangkan Ibunya menatapnya dengan wajah sedih ataupun marah. Jihoon pasti akan merasa bersalah.
Disaat seperti itulah Jihoon membutuhkan Guanlin, sebagai pelindungnya dan penenangnya.
.
.
."Apa kau pernah merasa mual? Atau muntah?"
Wanita cantik berjas putih itu menatap Jihoon, meminta jawaban.
Jihoon menggeleng, lalu menatap dokter di depannya dengan tatapan khawatir.
"Apa tidak apa-apa?"
Dokter dengan nametag Wendy Son itu tersenyum maklum. Ia memahami bagaimana perasaan seorang calon Ibu yang baru saja merasakan kehamilan pertama.
"Kau baru memasuki awal kehamilan, wajar saja jika gejala seperti mual dan muntah belum terjadi. Kita bisa memantau untuk beberapa minggu ke depan. Datanglah untuk periksa kehamilanmu selama beberapa waktu hingga waktunya melahirkan. Aku akan membantumu."
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCLE GUAN [PANWINK]
FanfictionHanya kisah percintaan picisan antara Park Jihoon dengan sang paman, Lai Guanlin. Warning! (15+)