"Huh menyebalkan! Aku hanya memintanya untuk membuatkanku makanan. Tapi dia malah menghina masakanku!"
Jihoon melangkah menjauhi minimarket yang tak jauh dari gedung apartemen. Jihoon sudah mengingat beberapa tempat didekat apartemennya dan Guanlin. Ia baru saja membeli beberapa makanan untuk mengisi perut laparnya.
Jihoon melangkah santai memasuki gedung apartemennya.
"Malas sekali aku bertemu dengannya lagi."
Jihoon menghela nafas kasar. Ia menyusuri lorong apartemen itu dengan langkah gontai.
Langkahnya berhenti tepat didepan pintu apartemen sang paman. Matanya melirik kearah seseorang didepan unit apartemen yang bersebelahan dengan milik Guanlin.
Orang itu terlihat kesulitan membawa belanjaannya. Jihoon menghampiri orang itu dan menawarkan diri untuk membantu.
"Permisi, apa aku bisa membantu?"
Jihoon berdiri tepat dibelakang orang itu. Tinggi badannya tak melebihi tinggi badan Jihoon. Orang itu memutar tubuhnya menghadap Jihoon.
"Kenta!"
"Jihoon!"
"Kau tinggal disini?"
Jihoon tersenyum cerah setelah mendapat anggukan dari teman kampusnya itu.
"Aku baru pindah tadi sore. Mau ikut masuk? Tapi maaf kalau masih sedikit berantakan."
Kenta terkekeh kecil dan menekan beberapa digit angka untuk membuka pintu apartemennya.
"Aku ikut!"
Jihoon berseru semangat.
Tangannya meraih salah satu kantong plastik dari tangan Kenta. Ia melangkah masuk mengekori pemuda Jepang itu.
"Kau juga tinggal disini?"
Kenta meletakkan kantung plastik diatas meja ruang tamu dan mendudukkan dirinya pada sofa. Jihoon melakukan hal yang sama dan ia mengangguk menanggapi pertanyaan Kenta.
"Aku membeli banyak makanan. Ayo kita rayakan kedatanganmu!"
Jihoon mengangkat kantung plastik besar miliknya yang masih berada di genggamannya. Kenta tertawa pelan dan mengangguk semangat.
"Call!"
.
Guanlin melirik jam dinding.
"Sudah lewat tengah malam. Kenapa dia belum pulang?"
Guanlin berniat mencari Jihoon sebelum suara bel memasuki pendengaran Guanlin. Ia melangkah menuju pintu dan membukanya.
"Bantu aku! Jihoon berat sekali."
Disana berdiri seorang pemuda yang sedang memapah Jihoon dengan susah payah.
"Apa yang-"
"Tolonglah aku tak sekuat itu untuk menahan tubuh Jihoon!"
Kenta memekik kesal.
Guanlin bergegas meraih dan mengambil alih tubuh Jihoon. Membuat Kenta berhasil menghela nafas lega.
"Aku teman Jihoon dan aku baru saja menempati unit apartemen disampingmu. Jihoon dan aku merayakan kedatanganku. Dia minum terlalu banyak dan berakhir seperti ini. Maafkan aku."
Kenta membungkuk sekilas untuk meminta maaf. Ia terkekeh kecil melihat Jihoon yang bergumam tak jelas. Sedangkan Guanlin menghela nafas beratnya.
"Baiklah. Terimakasih."
Satu tangan Guanlin bergerak menutup pintu apartemen.
.
"Sebanyak apa kau minum?"
Guanlin membuka pintu kamar Jihoon.
"Kenta, beri aku satu botol lagi."
Guanlin menatap heran kearah Jihoon.
"Kurasa kau minum terlalu banyak."
Guanlin mendudukkan tubuh Jihoon ditepi kasur dan melepaskan satu lengan Jihoon yang melingkar di lehernya.
Ia berniat keluar dari kamar itu sebelum tangan Jihoon menarik lengannya dan membuat Guanlin terduduk disamping Jihoon."Apa?"
Guanlin bertanya dan menatap sinis kearah Jihoon.
.
Guanlin menggigit gemas bibir bawah Jihoon dan melepaskan tautan bibirnya dengan Jihoon.
Ia menatap dalam wajah manis itu sebelum kembali memberi kecupan singkat pada bibir Jihoon.
"Aku bisa gila. Park Jihoon."
⚫⚫⚫
Pagi!
Menuju libur panjang wk.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCLE GUAN [PANWINK]
FanfictionHanya kisah percintaan picisan antara Park Jihoon dengan sang paman, Lai Guanlin. Warning! (15+)