"Selamat pagi, Papa."
Jihoon terkekeh pelan setelah berbisik tepat di telinga Guanlin, membuat lelaki itu mengerutkan keningnya karena merasa terganggu.
"Papa, lapar."
Satu kecupan kilat kemudian Jihoon dapatkan di bibirnya. Jihoon kaget, tentu saja. Ia kira Guanlin masih belum mau bangun.
"Teruslah panggil aku seperti itu. Aku menyukainya."
Dengan mata yang kembali terpejam, Guanlin melingkarkan tangannya pada pinggang Jihoon. Lalu membenamkan wajahnya pada dada lelaki manis itu, menghirup aroma manis yang menguar dari tubuh Jihoon.
"Selamat pagi, Mama."
Wajah Jihoon sedikit memerah, merasa belum terbiasa dengan panggilan itu. Padahal ia sendiri suka memanggil Guanlin dengan sebutan 'Papa'.
Guanlin mendongak, menatap wajah manis Jihoon.
"Berikan aku ciuman selamat pagi."
Jihoon menangkup kedua pipi Guanlin, menatap bibir lelaki itu.
"Apa masih sakit?"
Guanlin tahu yang Jihoon maksud. Luka di sudut bibirnya, bekas pukulan Ayahnya.
"Ini tak seberapa."
Wajah Jihoon mendekat, lalu mendaratkan bibirnya pada bibir tebal Guanlin.
Setelah kecupan singkat Guanlin dapatkan, mereka diam, tak mengatakan apapun. Hanya saling menatap satu sama lain.
"Maaf membuatmu terluka, Papa. Kami menyayangimu."
Perasaan senang sekaligus gemas memenuhi dada Guanlin. Jihoon terus memanggilnya 'Papa'. Dan kalimat singkat yang Jihoon katakan sangat manis, ditambah dengan wajah menggemaskan pemuda itu saat mengatakannya.
Guanlin lalu naik, mensejajarkan wajahnya dengan wajah Jihoon. Dan tanpa mengatakan apapun, ia kembali mendaratkan bibirnya pada bibir Jihoon. Melumatnya lembut, tanpa tersirat nafsu sedikitpun.
Sungguh, Guanlin tak bisa mengungkapkan apa yang ia rasakan sekarang.
Ia sangat, bahagia.
Walaupun semua kejadian ini sangat ditentang oleh keluarganya, ia tak peduli.
Karena Jihoon ada bersamanya, dan ia mencintai Jihoon. Baginya hal itu sudah lebih dari cukup menjadi warna dalam hidupnya.
.
.
.Jihoon masih sedikit kesal dengan Guanlin, karena lelaki itu tak mengizinkannya untuk pergi ke kampus tadi pagi. Tapi bukan Jihoon namanya jika ia tak berhasil melakukan segala cara agar keinginannya terpenuhi.
Dengan mengatakan pada Guanlin bahwa ia akan terus bersama Kenta saat di kampus, lelaki itu pun akhirnya mau tak mau memberi izin dengan helaan napas berat.
"Memangnya kau anak kecil yang akan menangis jika terluka sedikit? Sampai-sampai aku diminta menjagamu baik-baik. Pamanmu itu ada-ada saja."
Jihoon mengangguk setuju dengan perkataan Kenta.
"Aku setuju."
Hening beberapa saat, sebelum Kenta menghela napas berat.
"Aku sedang kesal sekarang."
Kini Jihoon menatapnya bingung.
"Ada apa?"
Raut wajah Kenta terlihat sangat tidak bersahabat.
"Kau tahu? Kim Donghan. Dia bilang, dia menyukaiku, beberapa hari yang lalu. Tapi sekarang dia malah menghilang tanpa kabar."
Jihoon sedikit kaget sebenarnya, ia tak mengira bahwa Donghan benar-benar menyukai Kenta.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCLE GUAN [PANWINK]
FanfictionHanya kisah percintaan picisan antara Park Jihoon dengan sang paman, Lai Guanlin. Warning! (15+)