"Sudah ku katakan, aku tidak akan pernah menuruti kemauan Ayah tentang itu."
Guanlin mencoba meredam sedikit emosinya dengan tangan yang mengepal erat.
"Lin, bantulah Ayah."
Jieqiong mengusap punggung lebar Guanlin, mencoba menenangkan sekaligus membujuk adiknya.
"Aku mengambil keputusan untuk tidak menuruti kemauan Ayah lagi sejak beberapa tahun yang lalu, setelah itu Ayah tak peduli lagi padaku. Ayah membuangku. Lalu sekarang? Ayah selalu memaksaku untuk menikah dengan wanita itu. Sudah kukatakan, aku tak bisa membantu apapun."
"Kau bisa membantuku jika kau menuruti perintahku."
Guanlin menatap Ayahnya dengan senyum mengejek.
"Aku tak akan menuruti perintahmu."
Ayah Guanlin menghela napas kasar, cukup kewalahan menghadapi Guanlin yang menurutnya sangat keras kepala.
"Kau tidak mempunyai kekasih, usiamu sudah lebih dari cukup untuk membangun sebuah keluarga. Jadi, dimana masalahnya?"
Guanlin muak dengan semua ini. Jadi ia memutuskan-
"Ya, memang usiaku sudah lebih dari cukup untuk berkeluarga. Maka dari itu, aku sudah membangunnya sendiri. Sesuai dengan kehendakku, tanpa paksaan sedikitpun."
-untuk mengatakan yang sebenarnya.
Jieqiong yang berdiri tepat disampingnya, menatapnya penuh tanya.
"Membangunnya sendiri?"
Saat Guanlin akan membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan Jieqiong, pintu kamar yang tak jauh di belakang tubuhnya terbuka. Jihoon keluar dari sana.
Guanlin menghampiri Jihoon, lalu menggenggam erat tangan lelaki manis itu.
"Park Jihoon. Benar, dia keponakanku. Tapi sayangnya, hubunganku dengannya tak sesederhana itu, Jie. Dia milikku, dan aku miliknya. Kurasa kalian mengerti maksudku."
Hening, tak ada yang berbicara. Jieqiong masih mencerna maksud perkataan Guanlin. Sedangkan Jihoon masih bingung dengan apa yang sedang terjadi.
"Ji, kita pulang."
Baru saja Guanlin mulai melangkah dengan tangan yang menarik Jihoon, sebuah kepalan tangan mendarat di wajahnya.
Tentu saja, Ayahnya lah pelakunya.
"Brengsek."
Jihoon kaget tentu saja, pukulan itu cukup keras hingga mampu membuat sudut bibir Guanlin terluka.
"Apa kau tahu? Jihoon adalah cucu kesayanganku! Dan kau adalah anakku! Kenapa kau malah menjalin hubungan yang seperti itu dengannya?"
Ayah Guanlin sudah tak dapat menahan amarahnya. Namun Guanlin tak peduli, sesakit apapun dan berapa kali pun pukulan Ayahnya, ia akan tetap mempertahankan Jihoon.
Ayah Guanlin menghela napas berat, mencoba meredam sedikit amarahnya.
"Hentikan semua ini, hentikan hubungan kalian. Jangan melangkah lebih jauh."
Jihoon yang telah memahami situasi pun menggeleng cepat, menatap kakeknya dengan tatapan memohon. Tangannya semakin menggenggam erat tangan Guanlin.
Ia tak ingin berpisah dengan Guanlin. Dengan satu nyawa yang kini berada di perutnya, Jihoon tentu semakin tak mau berpisah dengan lelaki itu.
Jieqiong menatap tak percaya pada puteranya.
"Park Jihoon!"
Sebuah tamparan keras mendarat tepat di pipi Jihoon. Jieqiong lah yang melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCLE GUAN [PANWINK]
FanfictionHanya kisah percintaan picisan antara Park Jihoon dengan sang paman, Lai Guanlin. Warning! (15+)