05.

9.1K 1K 50
                                    

Jihoon bergerak tidak nyaman diatas tempat tidur Guanlin dengan Guanlin yang mungkin telah menjelajahi mimpi disampingnya. Beberapa kali Jihoon memutar balik tubuhnya menghadap Guanlin dan sesaat kemudian kembali memunggungi Guanlin.

"Kau tidak tidur?"

Suara serak milik Guanlin menghentikan aktivitas Jihoon.

Jihoon memutar tubuhnya menghadap Guanlin. Ia mengangguk sebagai jawaban.

"Lebih tepatnya, aku tidak bisa tidur."

Guanlin tersenyum tipis. Tangannya bergerak mengusap pelan surai yang lebih muda.
Jihoon melesakkan wajahnya pada dada bidang Guanlin. Membuat pergerakan sang paman terhenti beberapa saat. Bibir Guanlin mengukir sebuah senyum tipis dan kembali melanjutkan kegiatannya mengusap lembut surai Jihoon.

Hening menemani mereka.
Guanlin masih setia memainkan surai halus milik Jihoon.

Pergerakan Guanlin terhenti sesaat sampai ia mendorong pelan tubuh Jihoon. Jihoon pun mendongak menatap protes pada wajah tampan sang paman.

Guanlin diam.

Wajahnya mendekat. Jihoon bisa merasakan nafas hangat berhembus mengelus permukaan wajahnya.
Hingga bibir penuh milik sang paman mendarat lembut tepat diatas bibirnya.

Jihoon berjengit kaget. Ia meremat ujung piyama yang dikenakan Guanlin. Hanya ciuman biasa. Hanya bibir yang saling menempel tanpa ada pergerakan berarti.

Wajah Jihoon memerah saat sang paman melepaskan tautan bibir mereka.

"Selamat malam dan terimakasih."

Entah apa yang merasuki mereka malam ini. Guanlin yang bersikap lembut pada Jihoon dan Jihoon yang menjadi sedikit manja. Seperti bukan mereka saja.

"A-aku akan kembali ke kamarku saja."

Jihoon berniat beranjak dari tempat tidur Guanlin. Tetapi pergerakannya terkunci oleh lengan Guanlin yang malah mendekapnya lebih erat.

"Disini saja."

Jihoon bungkam dan memilih menuruti perkataan sang paman.

.

Jihoon mengerjapkan matanya. Ia merasakan beban berat menindih perutnya. Jihoon pun membuka matanya dan melihat sebuah tangan besar melingkar diperutnya. Ia melirik ke samping kanan tubuhnya. Si pemilik tangan itu masih tertidur pulas mengarungi mimpinya.

Pipi Jihoon tiba-tiba memanas saat matanya menangkap bibir sang paman. Ia menyentuh bibirnya sendiri yang malah membuat pipinya semakin bersemu merah.

Jihoon kaget saat merasakan pergerakan dari tubuh yang lebih tua. Guanlin membuka matanya. Melirik Jihoon sekilas dan kembali memejamkan matanya.

"Hei bocah, aku lapar. Buatkan aku makanan." celetuk Guanlin.

Guanlin menarik cepat lengannya dari perut Jihoon.

"Kau sudah bangun?" tanya Jihoon.

"Hm. Cepat buatkan aku makanan."

Jihoon mengernyit.

Ia bingung. Dimana pamannya yang bersikap manis padanya tadi malam? Dimana pamannya yang berani mencium bibirny- lupakan.

Jihoon mendudukkan dirinya dan menempelkan telapak tangannya pada wajah sang paman.

"Badanmu masih agak panas. Apa karena ini sikapmu jadi aneh, paman?"

"Tidak tahu." jawab Guanlin singkat.

.

Guanlin mencoba menetralkan degup jantungnya setelah Jihoon keluar dari kamarnya. Guanlin kaget tentu saja. Karena ketika ia bangun, ada Jihoon disampingnya.
Dan ia memeluk Jihoon.

Memeluk Park Jihoon.

Catat itu.

Guanlin mengusak kasar kepalanya sesaat setelah ia mengingat kejadian tadi malam. Rasanya pria itu ingin mengumpat saja. Guanlin memukul pelan bibirnya.

"Bodoh kau, Lai Guanlin!"

.

Suara bel apartemen mengusik Guanlin yang tengah sibuk menonton film pada layar plasma didepannya. Guanlin berdecak kesal. Ia melangkah malas kearah pintu dan membukanya.

"Kudengar kau sakit."

Guanlin melebarkan matanya kaget.

"Kapan kau pulang?"

Orang yang ditanyai oleh Guanlin terkekeh pelan melihat ekspresi yang ditunjukkan Guanlin.

"Tadi pagi."



⚫⚫⚫

Always slow update wkwk.

UNCLE GUAN [PANWINK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang