06.

8.6K 1K 170
                                    

"Aku pulang!"

Jihoon berseru ceria.

Tangannya menenteng sebuah bungkusan kecil berupa tas kertas. Kakinya melangkah riang memasuki apartemen Guanlin.
Ia sedikit mengernyit karena tak mendapat sahutan dari sang paman. Jihoon mengedikkan bahunya.
Langkahnya terhenti saat melihat pemandangan didepannya. Guanlin disana. Sedang bercanda ria dengan seseorang.

"Oh! Hai!"

Seseorang itu menyapa Jihoon dengan senyum manisnya.

Jihoon mengangguk dan membalas dengan senyum tipis. Guanlin menatapnya dalam diam.

"Aku permisi."

Jihoon melangkah kearah kamarnya dan dengan cepat menghilang dibalik pintu.

"Dia keponakanmu yang kau ceritakan itu?"

Guanlin mengangguk sebagai jawaban. Orang itu tersenyum gemas.

"Wajahnya menggemaskan! Aku ingin berteman dengannya."

Orang itu gemas dengan Jihoon, sedangkan Guanlin gemas dengan orang itu.

"Kau lebih menggemaskan, Bae."

Guanlin mengacak surai Jinyoung. Membuat Jinyoung merengut kesal dan memukul pelan tangan besar Guanlin.

"Rambutku berantakan!"

Guanlin terkekeh melihat tingkah Jinyoung yang sungguh menggemaskan dimatanya.

.

Jihoon keluar dari kamarnya saat hampir tengah malam. Ia merasa perutnya perlu diisi sekarang.

Jihoon melihat pamannya duduk dengan laptop didepannya.

Jihoon melangkah kearah meja makan. Ia menghentikan langkahnya dan duduk berhadapan dengan Guanlin.

"Paman."

Guanlin bergumam pelan tanpa mengalihkan pandangannya dari pekerjaannya.

"Aku lapar."

Guanlin menghentikan aktivitasnya dan menatap Jihoon.

"Buatlah makanan. Buatkan aku juga."

Jihoon menaikkan satu alisnya menatap sang paman.

"Aku ingin dibuatkan olehmu. Kau kan sepertinya juga sudah sembuh. Jadi lebih baik kau yang memasak."

Jihoon menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangannya diatas meja.

"Aku sibuk."

Jawaban Guanlin membuat Jihoon mengangkat kepalanya dan menatap tidak suka kearah Guanlin. Ia lapar dan membutuhkan dengan cepat asupan makanan saat ini.

"Aku kan sudah membuatkanmu tadi pagi. Sekarang giliranmu."

"Itu hanya bubur. Aku bahkan bisa membuat yang lebih dari buatanmu."

Hening.

Hanya terdengar suara jemari Guanlin yang bertabrakan dengan deretan angka dan huruf di keyboard laptopnya.

Wajah Jihoon memerah. Jihoon mengepalkan tangannya. Ia merasa diremehkan dan usahanya tidak dihargai oleh Guanlin.

"Bersyukurlah karena aku mau membuatkannya untukmu! Setidaknya hargai usahaku! Aku memang tidak bisa memasak lalu kau mengharapkan makanan yang seperti apa dariku hah?!"

Jihoon meninggalkan Guanlin memasuki kamarnya dengan menghentakkan kakinya kesal.
Ia mengganti pakaiannya dan berniat melangkah keluar sebelum matanya menangkap bungkusan kecil diatas nakas. Ia meraih bungkusan itu dengan kasar dan keluar dari kamarnya.

.

Guanlin melihat itu.
Jihoon meletakkan sebuah bungkusan kecil diatas meja makan dan berlalu meninggalkan apartemen tanpa berucap sepatah katapun.

Guanlin menghela nafas berat.

"Apa aku terlalu berlebihan?"

Guanlin meraih tas kertas itu dan membukanya perlahan.

"Apa ini?"

Guanlin sedikit mengernyit mengetahui isi dari tas kertas itu. Terdapat satu kotak kecil kue.

"Tiramisu?"

Guanlin mengeluarkan kotak berisi kue itu dan beranjak. Ia kembali dengan sebuah sendok kecil ditangannya. Ia memasukkan satu suapan kue itu kedalam mulutnya.

"Mocca."

"Darimana dia tahu?"

. . .

Pagi panwink shipper wk.

Saya pecinta baejin mau seme mau uke terserah. Yang penting baejin ehe.

UNCLE GUAN [PANWINK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang