41.

3.9K 515 72
                                    

"Ji? Kau sudah siap?"

Guanlin melirik sekilas ke arah pintu kamar Jihoon sebelum kembali merapikan kemejanya.

Tak lama setelah Guanlin memanggilnya, Jihoon keluar dari kamarnya. Ia mengenakan kemeja berwarna putih dilapisi dengan tuxedo berwarna soft blue serta celana bahan dengan warna senada yang membuatnya terlihat sangat manis.

Guanlin berbalik, berniat meminta bantuan pada Jihoon untuk memasang dasinya.

"Ji--"

Guanlin tak sempat melanjutkan perkataannya. Ia terpaku pada tampilan manis Jihoon.

"Ah, kemari."

Guanlin menurut, ia melangkah perlahan menghampiri Jihoon tanpa mengalihkan pandangannya dari lelaki manis itu.

Jihoon meraih dasi hitam yang telah melingkar di kerah kemeja Guanlin, lalu membentuk sebuah simpul dengan dasi itu.

Jihoon mendongak, sedikit mengernyit saat melihat tatapan Guanlin padanya.

"Apa yang kau lihat?"

"Dirimu."

Jihoon tak sempat berkata apapun, bibirnya langsung dihujani kecupan oleh Guanlin.

"Haruskah kita tidak pergi ke pesta Ayahku?"

Kini Jihoon menatap Guanlin dengan tatapan bertanya.

"Aku tak ingin ada banyak orang yang melihat betapa manisnya dirimu."

Jihoon memutar matanya malas, sudah terlalu sering mendengar kata-kata manis yang keluar dari bibir Guanlin.

"Aku ingin bertemu Ibu, jadi kita harus kesana."

"Disana, aku tidak bisa memelukmu. Seperti ini."

Guanlin menarik Jihoon ke dalam pelukannya, lalu membenamkan wajahnya pada ceruk leher Jihoon. Menghirup aroma tubuh Jihoon yang manis dan menyegarkan, kemudian memberikan kecupan-kecupan kecil pada leher putih itu.

"Guanlin, hentikan."

Guanlin tak mendengarkan, bibirnya beralih pada bibir Jihoon. Mengecup singkat, lalu melumat bibir itu perlahan. Tangannya beranjak turun, memeluk pinggang Jihoon.

Jihoon pikir, tak apa jika ia sedikit memanjakan Guanlin kali ini karena memang akhir-akhir ini ia dan Guanlin hanya saling memberi kecupan singkat. Namun, Jihoon mengubah pikirannya saat tangan Guanlin mulai mengusap pinggangnya dan perlahan turun menuju bokongnya.

Jihoon menahan tangan Guanlin, lalu melepaskan tautan bibirnya. Menatap Guanlin dengan memasang wajah marah serta gelengan kepala yang membuatnya terlihat menggemaskan.

"Jangan lakukan hal itu. Itu malah akan membuatku kehilangan kendali. Kau terlalu menggemaskan."

"Sepertinya kau perlu ingat tentang anakmu."

Mata Guanlin membesar, mengingat bahwa Jihoon tengah mengandung. Guanlin menggaruk tengkuknya dan menampilkan sebuah cengiran di wajahnya.

"Maaf, aku lupa."

Guanlin membungkuk, wajahnya tepat berhadapan dengan perut rata Jihoon. Tangannya bergerak mengusap lembut perut Jihoon.

"Kau baik-baik saja didalam sana? Papa ingin sekali mengunjungimu, jadi Papa akan menanyakan hal ini pada dokter nanti."

Sebuah pukulan mendarat tepat di tengkuk Guanlin.

"Pak tua mesum!"

.
.
.

UNCLE GUAN [PANWINK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang