52.

2.3K 331 77
                                    

Guanlin mengerjap, menetralkan cahaya yang menusuk matanya, memaksanya untuk terbuka. Berniat meraih seseorang ke dalam pelukan, namun seseorang itu nyatanya tak ada di sampingnya.

Guanlin mengernyit, lalu membuka matanya dan mengedarkan pandangannya untuk mencari Jihoon yang seharusnya berada di sampingnya. Ia tersenyum tipis saat mencium aroma masakan menyusup masuk ke dalam kamar. Saat melirik ke arah jam di atas nakas, Guanlin menyadari sekarang sudah hampir malam.

Jihoon sedang memasak makan malam sepertinya. Guanlin pun memutuskan untuk membersihkan diri terlebih dahulu sebelum menemui lelaki manis itu.

Namun saat baru saja keluar dari kamar mandi, Guanlin dibuat kaget oleh Jihoon yang tiba-tiba memeluk lehernya sambil tertawa kecil.

"Hei, ada apa?"

Pelukan pada lehernya melonggar, kemudian terlepas. Wajah sumringah Jihoon kini berada tepat di depannya.

"Lihat!"

Jihoon mengarahkan pandangannya ke atas, menunjukkan sesuatu yang ia lakukan pada rambutnya sendiri.

Ah, Guanlin baru menyadarinya. Apple hair.

Lelaki itu terkekeh, memberikan kecupan singkat pada pucuk hidung kecil milik Jihoon.

"Kenapa tertawa? Apa ini jelek?"

Mempertahankan senyumnya, Guanlin menggeleng. Tentu saja tidak.

"Tidak, kau menggemaskan. Entah sudah berapa ribu kali aku mengatakannya."

Jihoon menatap Guanlin penuh selidik, dengan sedikit merengut.

"Lalu kenapa tertawa?!"

Astaga, Jihoon yang sekarang adalah perpaduan yang akan membuat Guanlin susah bernapas.

"Aku tertawa karena kau lucu, mengerti?"

"Aku memang lucu."

Lelaki manis itu tertawa kecil setelah memberi pujian pada dirinya sendiri.

Pandangan Guanlin terpaku pada wajah cantik Jihoon yang tengah tertawa, kemudian menemukan sebuah kejanggalan.

"Ji."

Jihoon menatap Guanlin dengan senyuman yang masih terpampang di wajahnya, memandang lelaki itu seolah bertanya.

Guanlin tak mengatakan apapun, karena yang dilakukan olehnya pada detik berikutnya adalah mendaratkan bibirnya pada belah bibir Jihoon.

Sebuah ciuman yang tidak terlalu lembut, ditambah lumatan yang sedikit menuntut.

Jihoon mendorong dada Guanlin, ia hanya merasa terkejut dengan gerakan Guanlin yang tiba-tiba. Ciuman terlepas, kemudian mereka bertukar tatap, sebelum manik gelap Guanlin kembali fokus pada bibir merah itu.

"Kau menggunakan sesuatu?"

Sempat menahan napas, tapi Jihoon kembali mencoba bersikap biasa. Ia mengulum bibirnya agar Guanlin tak terus memperhatikan.

"Tidak."

Jihoon melangkah mundur perlahan, pergerakannya pun tak luput dari pandangan Guanlin.

"Ayo makan, aku sudah memasak sesuatu yang enak."

Berniat segera menjauh, tapi tangannya ditahan oleh Guanlin.

"Bibir merah itu sepertinya lebih menarik untuk menjadi makan malamku."

Jihoon merutuki dirinya sendiri, sepertinya ia terlalu banyak menggunakan benda itu.

"Liptint."

UNCLE GUAN [PANWINK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang