18.

7.5K 768 45
                                    

Kelas Jihoon sebentar lagi berakhir. Jihoon tak bisa fokus pada penjelasan dosen di depan sana. Kepalanya terasa berputar dan berat.

Setelah pulang bersama Guanlin tadi pagi, Jihoon memutuskan untuk pergi kuliah setelah Guanlin berangkat kerja. Sebenarnya Guanlin melarangnya, namun Jihoon tetap pada keinginannya.

"Jihoon, kau baik?"

Jihoon sedikit tersentak lalu menoleh pada Kenta disampingnya.

"Ah aku tak apa."

Kenta menatap Jihoon tak yakin, Jihoon hanya membalasnya dengan senyum yang mencoba meyakinkan. Kenta pun menghela napas pelan dan kembali berfokus pada penjelasan di depan sana. Sedangkan Jihoon, ia merasa kepalanya semakin berat saja. Ia pun memilih untuk menjatuhkan kepalanya pada lipatan tangannya di atas meja. Kenta kembali menatapnya khawatir, namun ia mencoba percaya pada Jihoon.

.

Kelas berakhir, namun Jihoon tak kunjung bangun. Kenta panik, ia mengguncang tubuh Jihoon perlahan.

"Jihoon, kau kenapa? Bangunlah!"

Tak ada sahutan. Kenta menepuk pelan pipi Jihoon, namun terhenti.

"Kau demam! Kita harus pulang, ayolah!"

Tetapi tetap tak ada sahutan. Membuat Kenta semakin panik saja.

"Jihoon!"

Kenta bergerak gusar dan tak karuan. Mencoba menggendong Jihoon pun tak bisa. Ia meraih ponsel Jihoon yang tergeletak di atas meja. Mencari dengan tak sabaran kontak Guanlin.

.

Guanlin tengah mengerjakan beberapa hal baru dengan jabatan barunya. Hari semakin sore, ia ingin segera menyelesaikan pekerjaannya untuk pulang dan bertemu Jihoonnya. Namun dering ponsel menginterupsi kegiatannya. Guanlin sedikit mendengus kesal, tetapi tergantikan dengan senyuman sumringah saat melihat nama yang tertera disana. Jihoon, menghubungi dirinya.

Guanlin mengangkat panggilan dari Jihoon dengan senyum yang tak luntur dari wajahnya.

"Hal-"

"Apa?!"

"Aku kesana!"

Guanlin bergegas meraih jasnya dan beranjak pergi meninggalkan ruangannya.

"Kenapa kau tetap pergi kuliah, bodoh!"

Guanlin semakin berdecak kesal karena lupa bahwa mobilnya masih diperbaiki. Ia pun kembali melangkah memasuki gedung kantornya. Mencari keberadaan Donghan, untuk merampas mobil temannya itu.

Guanlin menarik lengan Donghan saat lelaki itu akan memasuki lift.

Donghan menatap Guanlin penuh tanya.

"Pinjam mobilmu."

Donghan mengernyit heran menatap Guanlin.

"Tak bisa, kawan. Aku ada urusan."

Guanlin mengerang dan mengacak gusar surainya.

"Ku mohon, Jihoon membutuhkanku."

. . .

Guanlin berlari cepat menuju kelas yang dikatakan Kenta. Tentu saja dengan Donghan yang mengekorinya.

Saat sampai, Guanlin langsung membuka pintu ruangan itu dengan kasar. Matanya mengedar ke seluruh ruangan, dan dapat. Kenta disana, di tengah ruangan besar itu. Dengan Jihoon disampingnya.

Guanlin bergegas menghampiri Jihoon dan Kenta. Tanpa berkata apapun, Guanlin mengangkat tubuh Jihoon. Kemudian meninggalkan dua manusia yang masih sibuk terdiam.

Kenta mendengus pelan.

"Cepat! Kau mau ditinggal disini?!"

Kenta menyerahkan beberapa barang milik Jihoon, menarik tangan Donghan dan bergegas meninggalkan ruangan.

. . .

Guanlin mendudukkan dirinya di tepi ranjang, memainkan surai madu milik Jihoon. Kemudian mengecup keningnya yang terasa panas.

"Dasar keras kepala."

Guanlin terkekeh menatap wajah manis itu. Tangannya beralih pada tangan lembut Jihoon, menggenggamnya erat. Namun sedikit tersentak saat tangan itu bergerak perlahan.

"Jihoon?"

Guanlin menatap wajah Jihoon. Manik indah pemuda manis itu perlahan membuka, membuat senyum terpatri di wajah Guanlin.

"A-apa yang terjadi?"

"Tak ada. Hanya Park Jihoon yang keras kepala. Yang tetap pergi ke kampusnya meskipun aku sudah melarangnya."

Guanlin terkekeh pelan, sedangkan Jihoon menatapnya tak suka.

"Aku khawatir. Dokter bilang, kau demam tinggi."

Jihoon diam, membiarkan jemari itu mengusap lembut surainya. Namun tangannya bergerak menghentikan jemari itu, membuat sang paman menatapnya dengan tanya. Ia pun menepuk bantal di samping kepalanya. Guanlin tersenyum tipis dan mengangguk.

Guanlin menjatuhkan dirinya tepat di samping Jihoon, dan menghadap Jihoon. Begitu pula dengan yang lebih muda, bergerak untuk berhadapan dengan sang paman.

Jihoon menatap dalam pada Guanlin.

"Maaf membuatmu khawatir."

Guanlin terkekeh kecil, kemudian menarik Jihoon ke dalam rengkuhannya. Menyalurkan kehangatan untuk Jihoon, dan melepaskan rasa khawatirnya.

"Tidurlah. Kau perlu istirahat."

Jihoon mengangguk dalam dekapan Guanlin. Mulai memejamkan matanya dan mengarungi alam mimpinya.

.
.
.

Selamat pagi para bucin:3

Sorry for typo.

UNCLE GUAN [PANWINK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang