02.

10.7K 1.2K 44
                                    

Jihoon menatap bosan pada layar plasma didepan sana.

"Membosankan sekali."

Jihoon melirik jam dinding. Sudah sekitar dua jam yang lalu ia pulang kuliah.

Seseorang menekan password apartemen. Jihoon mengedikkan bahu dan kembali menonton televisi.

"Hey! Aku mau mengambil laptopku."

Jihoon menoleh kearah pintu apartemen.

"Paman Guanlin belum pulang." Jihoon berucap santai.

"Ah maaf, aku kira kau Guanlin."

Orang itu melepas sepatunya dan melangkah menghampiri Jihoon. Ia duduk dengan santai di sofa dekat Jihoon.

"Donghan. Kim Donghan."

Jihoon mengalihkan pandangannya dari televisi.

"Park Jihoon."

~⚫⚫⚫~

Guanlin memasuki apartemen dengan langkah gontai. Ia mengernyit melihat sepasang sepatu asing bertengger di raknya. Guanlin berniat melangkah menuju kamarnya. Tapi netranya menangkap sepasang manusia dengan gender yang sama sedang terlihat bergurau di meja makan.
Guanlin menghampiri mereka dan berdiri tepat di belakang tubuh Donghan.

"Berani sekali kau membawa kekasihmu kesini." Guanlin mendengus kesal.

Jihoon menatap bingung kearahnya.

"Seenaknya. Aku bukan kekasihnya."

Donghan berdiri dan berbalik menghadap Guanlin.

"Aku kesini mau mengambil laptopku." lanjut Donghan.

Guanlin menghela nafas lelah.

"Bersyukurlah ternyata kau bukan kekasihnya. Padahal aku tadi sudah berniat menghabisimu."

"Haha santai saja, kawan. Kau tidak mengingatku dengan baik. Sudah selama apa kita berteman hah? Seharusnya kau bisa mengenaliku sekalipun itu hanya punggungku." Donghan tertawa renyah dan menepuk pundak Guanlin.

Guanlin hanya mengedikkan bahunya.

"Hei bocah, siapkan aku air panas. Aku ingin mandi."
Guanlin melirik sekilas kearah Jihoon.

"Kenapa aku? Kau siapkan saja sendiri!" Jihoon berdecak kesal.

"Ho, kau tidak mau tinggal disini lagi ya?" Guanlin tersenyum meremehkan.

Yang lebih muda mengepalkan tangannya dan melangkah melewati dua manusia tampan yang mulai berbincang masalah pekerjaan. Ia menendang tulang kering sang paman kuat-kuat saking kesalnya.

"Ah! Sakit, sialan!"

Guanlin berteriak mengumpati Jihoon yang langsung berlari kecil menuju kamar Guanlin.
Ia mengusap kakinya yang terkena tendangan maut si manis. Donghan tertawa keras melihat sahabatnya itu.

"Dia, keponakanmu?" tanya Donghan.

Guanlin mengangguk sebagai jawaban.

"Kau sudah ambil laptopmu?" Guanlin melangkahkan kakinya menuju sofa.

"Sudah." Donghan mengekori Guanlin.

"Untuk apa masih disini?" Guanlin menghamburkan tubuhnya diatas sofa.

"Ya sudah, aku pamit. Suka sekali kau mengusirku." Donghan menggeleng heran dan berlalu pergi meninggalkan Guanlin.

⚫⚫⚫

Jihoon keluar dari kamar pamannya. Menolehkan kepalanya mencari sang paman.

"Paman! Air panasmu sudah ku siapkan!" Jihoon berteriak keras namun tak ada yang menjawab.

Jihoon pun melangkah menuju ruang tengah. Dan benar saja, pamannya tergeletak nyaman diatas sofa.

"Dia malah tidur!" kesal Jihoon.

Ia terkekeh kecil melihat wajah tampan sang paman dengan ide jahil di otaknya. Jihoon duduk dibawah menghadap wajah tampan Guanlin dan mendekati telinga pamannya.

"Sayang, bangunlah." Jihoon berucap sembari menahan kekehannya.

"Hm?" guman Guanlin.

"Bangun, sayangku."

Jihoon mengusap pelan pipi Guanlin dengan seringaian tipis di bibirnya. Guanlin meraih tangan halus di pipinya lalu mengecupnya. Sontak membuat Jihoon terbelalak kaget dan bergegas menarik kembali tangannya.
Membuat sang paman bangun dan terkejut melihatnya. Jihoon diam dan Guanlin masih menyadarkan dirinya.

"Maaf, aku tadi hanya berniat mengerjaimu. Maafkan aku." Jihoon menunduk takut dengan jantungnya yang berdegup tidak normal.

"Bodoh." gumam Guanlin.
Ia berdiri dan melangkah menuju kamarnya.

⚫⚫⚫

"Ah bangsat sekali! Apa yang kupikirkan sampai melakukan itu?! Memalukan."

Guanlin meraih kasar handuknya. Menutupi setengah tubuhnya. Ia berniat ke dapur untuk sekedar mengisi perut kosongnya. Saat ia keluar dari kamar, terlihat sepi.

"Kemana anak itu?"

Guanlin melangkah menuju dapur dan matanya tertuju pada kamar Jihoon. Guanlin melangkah dengan ragu. Memutar knop pintu dengan perlahan dan melihat Jihoonnya tertidur lelap.

Tunggu, apa? Jihoon'nya'?

Guanlin menampar halus wajahnya dan kembali menutup pintu kamar keponakannya.

.

Update pagi ehew.

UNCLE GUAN [PANWINK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang