Kedua sudut bibir Guanlin tertarik, membuat sebuah senyuman. Guanlin tersenyum, mendapati Jihoon berada di dalam pelukannya.
Guanlin mengeratkan rengkuhannya, kemudian melesakkan wajahnya pada ceruk leher Jihoon. Menghirup dalam aroma tubuh manisnya itu.
"Terimakasih telah menerimaku. Maafkan aku, aku tak bermaksud melakukan semua ini. Aku tahu sebenarnya kita tak boleh seperti ini. Tapi sungguh, aku tak bisa menolak perasaanku. Aku-
-memang mencintaimu."
Guanlin mengecup pundak putih Jihoon. Ia tak berharap Jihoon mendengarnya, namun ternyata kini Jihoon berbalik menghadap dirinya.
"Kau sudah bangun?"
Jihoon mengangguk, menatap wajah Guanlin.
"Selamat pa--"
"Aku juga mencintaimu."
Guanlin terpaku, benar dugaannya. Sudah pasti Jihoon mendengarnya.
Lelaki manis itu kini menunduk, dengan wajahnya yang memerah. Guanlin tersadar dan tersenyum geli.
"Mau ke pantai hari ini?"
Jihoon mendongak dengan mata berbinar. Ia mengangguk semangat.
"Tapi, apa kau tidak bekerja?"
Gunlin mengecup pipi gembil manisnya itu.
"Hari ini? Tidak."
Sebuah senyuman lebar terukir di wajah Jihoon. Ia senang, kali ini bisa menghabiskan waktunya disini dengan Guanlin.
"Tapi, Jinyoung?"
Guanlin terdiam, ia melupakan tentang Jinyoung yang juga datang bersama mereka.
"Biarkan Jinyoung ikut."
Guanlin menatap protes pada Jihoon, membuat lelaki manis itu terkekeh meliat reaksi sang paman.
"Lalu kau mau apakan dia? Tak apa, dia bisa ikut."
Guanlin menghela napas berat sebelum menyetujui perkataan Jihoon.
"Baiklah."
.
"Ini semua salahmu!"
"Baiklah baiklah maafkan aku."
Guanlin dan Jihoon tengah berdebat, dengan Jihoon berada di gendongan belakang Guanlin.
"Bagaimana aku bisa bermain air nantinya? Menyebalkan!"
Saat Guanlin ingin membuka suaranya, pintu yang ada di depan mereka terbuka. Menampakkan Jinyoung disana.
"Hei, aku tadi malam mencarimu. Kemana saja kau?"
"A-aku? Aku bersama Jihoon."
Guanlin memaksakan senyumnya, begitu pula Jihoon.
"Kenapa kau menggendong Jihoon seperti itu?"
"Ah! Tadi malam aku terpeleset dan bokongku jadi sasaran sakitnya. Paman Guanlin membantuku tadi malam."
Jinyoung mengangguk mengerti kemudian tersenyum.
"Kau mau kemana?"
Pandangan Jinyoung kembali tertuju pada Guanlin.
"Aku ingin pergi ke bawah untuk sarapan. Ada apa?"
"Aku akan ke pantai bersama Jihoon. Kau ingin ikut?"
Sungguh, Guanlin berharap Jinyoung menolak ajakannya. Dan benar saja, lelaki berwajah kecil itu menggeleng dengan senyuman tipis di wajahnya.
"Tidak. Sehabis sarapan aku akan kembali."
Guanlin mengernyit, sedangkan Jihoon mencoba untuk turun dari gendongan Guanlin.
"Maksudmu?"
"Ayahku ingin bertemu denganku. Keadaan ayahku memburuk, Lin."
Jinyoung kembali tersenyum, namun terlihat sedikit terpaksa. Guanlin diam, ia tak tahu ingin berkata apa. Ia membiarkan Jihoon turun dari gendongannya.
"Kalau begitu, kita semua pulang saja."
Suara Jihoon terdengar, lelaki manis itu kini berdiri di samping Guanlin.
"Tidak bisa, Ji. Masih ada pekerjaan yang harus di urus disini. Hanya aku yang akan pulang, dan Guanlin mengurus semuanya disini. Kau mengerti, Lin?"
Guanlin mengangguk paham. Bagaimana pun juga, Jinyoung adalah atasannya jika dalam urusan pekerjaan.
"Ji, kau mau sarapan dulu?"
Jihoon mengangguk sebagai jawaban untuk pertanyaan Guanlin.
"Baiklah. Kami akan sarapan bersamamu."
. . .
Jihoon menatap Guanlin yang kini terlihat sedang menjawab panggilan seseorang dari teleponnya. Gurat wajahnya terlihat cemas, Jihoon ingin tahu tentang apa yang dibicarakan Guanlin dengan seseorang di seberang sana.
Jihoon mengalihkan pandangannya dari Guanlin dan kembali bermain dengan pasir halus di tepi pantai itu saat Guanlin menutup teleponnya. Guanlin melangkah menghampiri Jihoon.
"Jihoon."
Guanlin menatap dalam wajah manis Jihoon saat lelaki itu mendongak, menatap dirinya dengan tatapan bertanya.
"Kita sudah terlalu lama bermain disini, gantilah pakaianmu dan tunggu aku di kamarmu."
"Kau mau kemana?"
"Nanti aku jelaskan. Aku pergi dulu."
Guanlin melangkah cepat meninggalkan Jihoon di tepi pantai itu dengan pertanyaan yang memenuhi kepalanya.
"Ada apa memangnya?"
.
Guanlin berlari cepat memasuki area rumah sakit. Dengan napasnya yang tak beraturan, ia bertanya pada seorang perawat yang berlalu di depannya.
"Pasien yang baru saja kecelakaan mobil. Dimana dia?"
"Ah, apakah anda keluarganya? Mari, saya antarkan."
Guanlin mengangguk cepat, mengikuti langkah perawat yang akan mengantarkannya ke ruangan Jinyoung.
"Aku harap kau baik-baik saja."
Guanlin bergumam pelan, dengan rasa khawatir yang menguasai dirinya.
. . .
Selamat pagi!
Maaf ya kemaren ga up soalnya aku ada urusan:')
Happy weekend semuaaa:3
Sorry for typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCLE GUAN [PANWINK]
FanfictionHanya kisah percintaan picisan antara Park Jihoon dengan sang paman, Lai Guanlin. Warning! (15+)