Jihoon melangkah gontai menyusuri lorong apartemen, dengan Kenta disampingnya.
"Kau tak apa?"
Jihoon menggeleng untuk menjawab pertanyaan Kenta.
"Hanya sedikit, lelah."
Kenta pun mengangguk paham, walaupun ia sedikit tak yakin dengan jawaban yang Jihoon berikan.
Sejak pulang dari kedai Daniel, Jihoon terus menghela napasnya. Seperti ada beban berat di punggungnya. Karena Jihoon pergi begitu saja dengan tergesa-gesa, tanpa mengatakan sepatah kata pun, meninggalkan Daniel.
"Kalau ada sesuatu atau masalah, kau bisa bercerita padaku. Kalau kau mau."
Jihoon mengangguk, lalu melayangkan sebuah senyuman untuk Kenta.
"Terimakasih."
Langkah Jihoon berhenti tepat di depan pintu unit apartemennya.
"Sampai jumpa."
Jihoon kembali memberikan senyumnya.
"Sampai jumpa."
Setelah melambaikan tangannya pada Kenta, tangan Jihoon beralih menekan beberapa digit angka password untuk membuka pintu apartemen.
Setelah pintu terbuka, Jihoon melangkah masuk.
"Aku pulang!"
Jihoon melangkah sedikit lebih cepat memasuki apartemen, berharap menemukan Guanlin. Karena yang ia inginkan sekarang hanyalah Guanlin, ia membutuhkan dekapan hangat pria itu, untuk menenangkan dirinya.
"Guan-"
Langkah Jihoon berhenti tiba-tiba, berdiri diam dengan mata yang terpaku pada seseorang yang tengah duduk di sofa.
Jantung Jihoon mulai berpacu lebih cepat, dan napasnya tercekat.
"A-ayah."
Pria itu sama sekali tak melepas pandangannya dari Jihoon, sejak Jihoon memasuki apartemen.
"Duduklah."
Suara Mingyu, sang Ayah, terasa sangat menekan pendengarannya. Sudah lama Jihoon tak mendengar suara Ayahnya itu.
Guanlin sebenarnya sedari tadi berada disana, duduk tepat disamping Mingyu. Namun ia hanya diam, tak mengeluarkan sepatah kata pun dari bibirnya. Ia hanya menatap Jihoon, dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Seperti sedang cemas, namun tenang.
Jihoon menyadarkan diri dan menuruti perintah Ayahnya.
Ia duduk berhadapan dengan Ayahnya dan Guanlin, lalu hanya diam setelahnya. Ia tak berani dan tak tahu harus mengatakan apa.
"Aku sudah mendengarnya dari Ibumu."
Suara dan tatapan tajamnya terasa mengintimidasi, membuat suasana menjadi sedikit menakutkan bagi Jihoon.
"Kalian tidak bercanda, bukan?"
Ditatapnya satu persatu, Jihoon, lalu Guanlin. Mencoba mendapatkan jawaban dari mereka.
Namun hening, mereka tak membuka suara sama sekali. Pandangan Guanlin dan Jihoon sama-sama kosong.
Mingyu tersenyum miring, lalu menghela napas.
"Aku bertanya sekali lagi. Kalian tidak bercanda tentang hubungan kalian, bukan? Jawablah sebelum kesabaranku habis."
Guanlin, ia yang bertanggung jawab atas semua ini.
Dengan berani, ia mendongak, menatap kakak iparnya dengan yakin. Lalu menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Aku dan Jihoon, serius. Kami memang memiliki hubungan, yang bukan hanya sebatas paman dan keponakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCLE GUAN [PANWINK]
FanfictionHanya kisah percintaan picisan antara Park Jihoon dengan sang paman, Lai Guanlin. Warning! (15+)