45.

3.5K 512 95
                                    

"Aku menikah, dengan Jieqiong. Awalnya kami merasa senang dan baik-baik saja, sampai beberapa tahun kemudian, kami tak kunjung memiliki keturunan. Kau tahu itu kan, Guanlin?"

Guanlin tengah sibuk merintih, karena Jihoon mengobati lukanya tanpa perasaan.

"Aku bahkan tak tahu bahwa Jie hamil dan melahirkan! Jahat sekali."

Mingyu tertawa.

"Akh! Pelan, Ji!"

Jihoon menatap prihatin pada sudut bibir Guanlin yang tengah ia obati.

"Maaf, tak sengaja."

Mingyu terkekeh kecil melihat interaksi sepasang paman dan keponakan itu.

"Lin, kau tak tahu tentang semua itu karena memang semuanya terjadi mendadak."

Guanlin dan Jihoon lalu menatap bingung pada Mingyu.

"Jieqiong, ia tidak hamil-

-dan tidak pernah melahirkan."

Jihoon semakin tak mengerti dengan maksud perkataan Ayahnya.

"Lalu aku?"

Mingyu menarik napas, bersiap menceritakan segala yang terjadi.

.
.
.

Flashback

Jieqiong dengan cepat meninggalkan rumah, bergegas pergi ke hotel tempat pertemuan Mingyu dengan rekan kerjanya.

Jieqiong turun dari taksi, lalu berlari mendekat ke arah gedung dengan asap hitam yang mengepul itu.

Jantungnya berpacu cepat, napasnya tak beraturan.

"Permisi, jangan terlalu mendekati gedung!"

Jieqiong peduli? Tentu tidak.

Pikirannya memang telah kalut, sesaat setelah melihat siaran berita televisi tentang kebakaran besar yang terjadi di gedung hotel, tempat dimana suaminya menghadiri rapat penting.

"Mingyu, kumohon!"

.

Di sisi lain, di dalam gedung, Mingyu mencari berbagai cara dan jalan untuk keluar. Namun saat melewati salah satu kamar hotel, ia mendengar suara tangisan keras dari bayi.

Ia ingin berlalu begitu saja dan melanjutkan rencananya untuk keluar. Tapi sungguh ia tak tega mendengar tangisan bayi itu, yang kian lama semakin keras dan pilu.

Mingyu pun akhirnya memilih untuk menerobos masuk ke dalam kamar, sumber suara bayi itu. Untungnya, bayi itu berada tak jauh dari pintu kamar.

Dengan cepat Mingyu meraih bayi itu, lalu membawanya berlari keluar, menyusuri lorong yang mulai dipenuhi kobaran api.

Ia melangkah cepat menuruni tangga darurat. Untunglah ruang rapatnya hanya berada di lantai dua, jadi tak terlalu jauh untuk turun.

Napasnya terengah, namun ia tetap melanjutkan larinya.

Ia mendekap erat bayi yang masih merengek itu, mencoba melindungi sang bayi dari panasnya hawa di dalam gedung.

Saat berhasil keluar, semua orang terlihat kaget.

"Lihat! Ada yang keluar!"

Mingyu tak peduli.

Yang jelas, ia harus sesegera mungkin menjauh dari gedung ini.

Mingyu diarahkan ke mobil ambulance, ia mengatakan kalau dirinya baik-baik saja. Namun ia meminta tolong, untuk memeriksa keadaan bayi itu.

UNCLE GUAN [PANWINK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang