08.

8.6K 999 65
                                    

Guanlin mengerjapkan matanya. Sebuah senyum manis terukir di bibir pria itu saat mendapati Jihoon yang masih terlelap disampingnya.

Wajah itu. Mendekati sempurna.
Mata besarnya yang selalu terlihat berkilau. Hidung mancungnya yang menambah kesan cantik pada dirinya. Pipi gembilnya yang terlihat lucu. Dan terakhir, bibirnya.
Guanlin menatap lamat-lamat bibir merekah milik Jihoon. Bibir manis itu mampu membuat Guanlin merasa candu.

Lamunan Guanlin buyar saat merasakan pergerakan pelan dari Jihoon. Guanlin membeku sesaat. Ia beranjak turun dari ranjang Jihoon dengan hati-hati dan berniat melangkah keluar.

"Paman?"

Pergerakan Guanlin terhenti. Ia menoleh kearah Jihoon.

"Y-ya?"

"Kenapa?"

"A-aku berniat membangunkanmu. Tapi tak jadi."

Jihoon mengernyit heran. Ia melirik jam diatas nakas.

"Ini masih terlalu pagi. Lagipula aku tak ada kelas hari ini."

"Oh baiklah. Aku keluar."

Guanlin menghela nafas lega setelah berhasil keluar dari kamar Jihoon. Guanlin bersyukur Jihoon tidak mengingat kejadian tadi malam. Guanlin tak akan membuat Jihoon mengingatnya.

.

Jihoon keluar dari kamarnya dengan rambut yang masih sedikit basah dan handuk yang tersampir di bahunya. Ia mendapati sang paman yang tengah menikmati sarapan.

"Selamat pagi, paman!"

Guanlin hampir tersedak karena kaget. Namun ia kembali bersikap santai.

Jihoon malas sarapan hari ini. Jihoon memutuskan untuk melihat-lihat isi lemari pendingin. Ia mendapatkan satu buah apel dan mengambil satu kotak besar susu.

Jihoon meletakkan keduanya diatas meja makan. Berhadapan dengan sang paman. Guanlin memperhatikan semua pergerakan Jihoon.

Guanlin menelan ludahnya sedikit kasar. Celana selutut. Kaus yang dipenuhi gambar kartun. Dan rambut yang masih basah.

"Paman ke kantor?"

"Hm."

Guanlin meraih kopinya. Meminumnya tanpa mengalihkan pandangan dari Jihoon yang sibuk menggigit apelnya. Jihoon mendudukkan dirinya di hadapan Guanlin.

"Kau tidak sarapan?"

Jihoon menuangkan susu dari kotak besar itu kedalam gelas yang baru saja ia ambil.

"Aku sarapan nanti."

.

Jihoon terlihat tengah serius dengan tontonannya. Kartun. Sudah pasti.

"Jihoon."

"Hm?"

Jihoon menyahut tanpa mengalihkan pandangannya dari layar di depannya.

"Aku berangkat."

"Baiklah."

Guanlin berdecak kesal karena Jihoon tak memperhatikannya. Jihoon berniat beranjak dari sana untuk mengantar pamannya. Namun pergerakannya terhenti dan kembali terduduk di sofa karena Guanlin yang mendorongnya. Ia menatap Guanlin dengan tatapan bingung.

"Keringkan dulu rambutmu."

Tangan besar Guanlin meraih handuk dari pundak Jihoon dan mulai mengusak surai madu Jihoon dengan handuk ditangannya. Jihoon hanya diam dan membiarkan Guanlin mengeringkan rambutnya. Hatinya berdesir hangat.

"Aku berangkat."

Guanlin menyampirkan handuk itu kembali pada bahu Jihoon. Ia melangkah menuju pintu dengan Jihoon yang mengekorinya.

"Jangan terlalu banyak minum."

Jihoon sontak mendongak menatap punggung lelaki itu. Benar saja, dirinya memang minum tadi malam.

"A-apa aku minum terlalu banyak dan mungkin bertingkah aneh tadi malam?"

Guanlin hanya diam tak menjawab pertanyaan Jihoon.
Jihoon tersentak ketika Guanlin tiba-tiba berbalik dan memeluk dirinya.

"P-paman?"

Guanlin melepaskan pelukan itu tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ia berlalu pergi keluar dari apartemen. Meninggalkan Jihoon yang diam terpaku.

.

Guanlin menggenggam erat tas kerjanya sambil berjalan kearah lift. Ia menggelengkan kepalanya berkali-kali. Mencoba menghilangkan Jihoon dari dalam sana.

Sampai saat lift terbuka, Guanlin masih diam disana. Tak berniat memasuki lift dan pergi bekerja.
Langkahnya malah berbalik kembali ke apartemennya.

Ia membuka pintu apartemen dengan kasar dan nafas memburu.

"Park Jihoon!"

Guanlin melangkah cepat memasuki apartemennya. Jihoon tidak lagi menonton kartun. Langkahnya membawa pria itu menuju kamar Jihoon dan mendapati lelaki manis itu baru saja keluar dari sana.

"Ada yang tertinggal?"

Guanlin melepaskan genggamannya pada tas kerjanya. Ia mendekat dan menarik tengkuk lelaki manis di depannya. Ia tak bisa mengabaikan bibir manis itu. Karena itulah, Guanlin kembali untuk menuntaskan semuanya.

. . .

Padahal awalnya sempet buntu ngelanjutinnya wkwk.
Tapi ternyata jadilah seperti ini.
Maapkan hwhw.

UNCLE GUAN [PANWINK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang