10.

8.5K 932 58
                                    

Jihoon menghela nafas lelah. Ia tak tahu kemana lagi harus pergi. Ia tak ingin pulang kalau hanya membuatnya mau tak mau harus betatap muka dengan Guanlin dan Jinyoung.

Terutama, Lai Guanlin.

Jinyoung sempat mengajak Jihoon bergabung dengan keduanya yang berniat menonton film bersama. Yang benar saja, Jihoon sedang benar-benar tak mau melihat wajah Guanlin.

Jihoon tengah duduk di depan sebuah minimarket. Dengan sebotol minuman dingin diatas meja. Setelah lama ia berdiam diri di apartemen Kenta, rasanya juga sepi. Karena Kenta meninggalkan Jihoon sendirian untuk mengurus sesuatu. Tapi tetap saja Jihoon tak mau pulang. Tak peduli Jinyoung masih disana atau tidak. Ia hanya tak ingin bertemu Guanlin.

Jihoon benar-benar bingung harus melakukan apa dan kemana.

Saat ia berniat kembali meneguk minuman dari botolnya, seseorang menginterupsi kegiatannya.

"Park Jihoon?"

Jihoon menurunkan botol yang berniat ia arahkan pada mulutnya. Ia menatap bingung pada lelaki yang kini berdiri di depannya.

"Kau lupa? Aku, Kim Donghan."

Donghan mendudukkan dirinya tepat berhadapan dengan Jihoon.

"Ah, aku ingat!"

"Paman Donghan!"

Donghan mendengus tak suka mendengar panggilan Jihoon untuknya.

"Hei! Cukup Guanlin saja yang kau panggil paman. Aku tak mau. Aku bahkan lebih muda daripada pamanmu itu."

Guanlin lagi. Tak bisakah nama itu hilang untuk sekarang? Jihoon ingin menghapus nama itu sebentar dari kamus hidupnya.

"Kau sedang apa disini?"

Donghan menghentikan lamunan Jihoon.

"Aku? Aku hanya berjalan-jalan. Kau? Apa kau tak bekerja?"

Donghan mengangguk mengerti.

"Direktur sepertinya sedang baik hati, kami dipulangkan saat jam makan siang seperti ini. Aku kesini ingin membeli beberapa bahan makanan untuk persediaanku. Dan, akan pulang setelah dari sini."

"Kau disuruh kekasihmu berbelanja?"

Donghan mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Jihoon. Kemudian terkekeh setelahnya.

"Aku tak punya kekasih. Aku membelinya untuk diriku sendiri."

"Orang setampan kau tak punya kekasih? Kasihan sekali."

Jihoon tertawa mengejek.

"Jadi, menurutmu aku tampan?"

Jihoon mematung seketika. Ia tak sadar mengatakan itu. Donghan menatapnya meminta jawaban. Membuat Jihoon tertawa canggung lalu mengangguk.

"Benar, kan? Aku lebih tampan dari Guanlin, kan?"

Lagi, Guanlin. Bisakah orang-orang tak menyebut nama Guanlin di depan dirinya?

Jihoon mendengus kecil sebelum menjawab.

"Ya. Lebih tampan daripada pamanku."

Donghan menatap Jihoon yang kembali meneguk minumannya dengan senyum sumringah.

"Jihoon, mau menemaniku?"

.

Jihoon berakhir disini. Di dalam rumah minimalis milik seorang pria tampan bernama Kim Donghan.

Donghan menawarkan untuk mengantar Jihoon pulang ke apartemen Guanlin setelah keduanya selesai dengan acara berbelanja. Tapi Jihoon menolak dan ia bilang belum ingin pulang. Jadi, Donghan mengajak lelaki manis itu untuk bertamu ke rumahnya. Dan Jihoon menyetujuinya.

"Sudah pasti kau belum makan siang, kan?"

"Tunggu disini dan lakukan apa saja agar tak bosan. Aku akan membuatkan makanan."

Jihoon mendudukkan dirinya di atas sofa ruang tamu. Tapi saat Donghan ingin meninggalkannya disana, Jihoon menahan tangannya.

"Kau mau memasak? Aku ikut."

.

"Jihoon, bukan seperti itu cara memotongnya."

"Potong memanjang, Park Jihoon. Sudahlah, biar aku saja."

Donghan mendengus kesal. Tercatat oleh Donghan, membiarkan Jihoon membantunya memasak malah akan memperlambat semuanya.

Cengiran lebar terpampang di wajah manis Jihoon. Jari telunjuk dan tengahnya membuat sebuah lambang kedamaian.

Donghan memegang kedua bahu Jihoon dan mendorongnya menuju meja makan. Ia menekan kedua bahu itu, membuat Jihoon terduduk di atas kursi.

"Kau. Duduk manis saja disini. Tunggu sampai aku selesai."

Keduanya tak tahu, jika seorang Lai Guanlin tengah merasa tak karuan di lain tempat.

. . .

Masih pendek? Kalau masih, maapkan wkwk.
Emang lebih sering buntu akutu sekarang. Otak gabisa kompromi :3

UNCLE GUAN [PANWINK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang