Chapter ini terdapat konten dewasa, jadi mohon kebijaksanaan dalam membaca. Saya memperingati, tapi kembali pada diri dan kebijakan membaca masing-masing.
Happy reading!...
Guanlin melepaskan tautan bibirnya dengan bibir Jihoon, menatap dalam wajah manis Jihoon.
"Aku kesini untuk meminta maaf. Tentang perkataanku sebelum aku pergi rapat. Sungguh, aku tidak bermaksud mengungkit hal itu. Maafkan aku."
Jihoon hanya diam dengan wajah datar.
"Kau--"
Guanlin tak mengalihkan pandangannya dari Jihoon yang mulai bersuara.
"--juga membuatku mengingatnya."
Jihoon menunduk dengan wajah yang mulai memerah. Keduanya saling terdiam.
Namun tak perlu waktu lama bagi Guanlin jika terbuang hanya untuk saling terhanyut dalam keheningan. Tangan besar Guanlin terangkat, menangkup kedua pipi gembil milik Jihoon. Sempat menatap dalam manik berbinar milik lelaki manis itu sebelum kembali meraup bibirnya, membawa bibir itu untuk saling terhanyut.
Guanlin melumat lembut bibir manis Jihoon, mencoba mengajak manisnya itu untuk menikmati alur yang dibuatnya. Dan berhasil. Jihoon mendekatkan diri, mengalungkan kedua tangannya pada leher sang paman. Jihoon pun mulai membalas pergerakan bibir Guanlin.
Tangan Guanlin bergerak turun, memeluk pinggang Jihoon. Sedangkan tautan bibir mereka semakin beradu, saling menginginkan posisi sebagai pemimpin ciuman itu.
"Hng--"
Sebuah lenguhan tertahan lolos dari belah bibir Jihoon kala Guanlin menggigit bibirnya. Jemari Jihoon merambat naik, meremas surai legam milik sang paman. Tangan Guanlin mulai menerobos masuk ke dalam piyama tidur yang Jihoon kenakan, mengusap pelan daerah punggung milik manisnya itu.
Jihoon mendorong bahu lebar sang paman, saat dirinya merasa kehabisan oksigen. Saling bertatapan untuk beberapa saat sebelum Guanlin mulai menjatuhkan kecupan pada rahangnya, dan bergerak perlahan menyusuri leher jenjangnya. Guanlin bermain dengan leher putih itu. Mengecup dan menggigit kecil leher Jihoon.
Jihoon berusaha menahan suaranya dengan menggigit bibirnya dan meremas surai pada tengkuk Guanlin.
"Uhh-"
Suara itu berhasil lolos dari bibir Jihoon saat Guanlin menggigit lehernya lebih keras, membuat sebuah tanda kepemilikan pada leher itu.
Guanlin mendorong perlahan tubuh Jihoon, membawanya untuk bergerak mendekat ke arah ranjang tidur milik pemuda manis itu sendiri. Tubuh Jihoon terhempas ke atas ranjang, dengan Guanlin yang mengungkungnya.
Kedua mata Jihoon yang sedari tadi terpejam kini membuka, menyadari bahwa dirinya kini telah dikuasai oleh pesona seorang Lai Guanlin.
Jihoon dan Guanlin bertukar tatap, saling mencari tahu tentang perasaan masing-masing melewati tatapan itu."Eunghh"
Jihoon memutus pandangannya dengan Guanlin, menggigit bibirnya setelah bibir itu tak sengaja kembali mengeluarkan sebuah suara yang mungkin saja membuat hormon Guanlin semakin tidak stabil. Guanlin sendiri kini menyeringai, baru saja ia bermain dengan sesuatu dibalik piyama Jihoon.
"Jangan menahannya."
Jihoon membuka maniknya perlahan. Namun saat matanya terbuka sepenuhnya, Guanlin kembali menyerang bibirnya yang sudah terlihat membengkak. Jihoon merasakannya, ciuman Guanlin sedikit berbeda sekarang. Terkesan seperti tergesa-gesa, namun berhati-hati.
Jihoon kembali terhanyut dalam ciuman memabukkan Guanlin. Tanpa menyadari kini kedua tangan Guanlin membuka kasar kancing piyama miliknya. Guanlin menyingkirkan asal piyama itu agar tak menghalangi kegiatannya. Setelan formal miliknya kini terlihat berantakan. Tangannya menarik paksa dasi hitam yang melingkari lehernya, melepaskan jasnya, membuka satu persatu kancing kemeja putih yang membalut tubuhnya dengan tidak sabaran. Guanlin, tak ingin membuat Jihoonnya menunggu.
Kancing kemeja Guanlin terbuka sepenuhnya, namun Guanlin tak menyingkirkan kemeja itu dari tubuhnya. Kecupannya turun menyusuri tubuh bagian atas Jihoon. Berhenti saat menemukan sebuah tonjolan pada bagian dada manisnya, Guanlin tak memerlukan waktu untuk menyia-nyiakan benda itu.
Guanlin mengecupnya, memberikan sensasi geli bagi Jihoon.
"K-kumohon--"
Guanlin mulai menghisap, ia merasakan remasan tangan Jihoon pada surainya menguat. Sungguh, sekarang Guanlin sangat menginginkan Jihoon.
"Jihoon."
Suara rendah dan serak itu terdengar. Jihoon membuka matanya, mendapati sang paman kini menatapnya. Guanlin ingin meminta persetujuan Jihoon, tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Jihoon yang mengerti pun menganggukkan kepalanya, membuat Guanlin tersenyum lalu mengecup sekilas bibirnya.
"Gigit bahuku jika itu sakit."
Jihoon mengangguk mengerti. Guanlin pun mencium kedua manik Jihoon. Tangannya mulai menanggalkan sisa pakaian yang Jihoon kenakan, dan menyingkirkan semua hal yang membalut tubuhnya sendiri.
Guanlin kembali menatap Jihoon di bawahnya, mengisyaratkan bahwa dirinya akan segera masuk. Saat milik Guanlin mulai menerobos, Jihoon menggigit kuat bibirnya dan mencengkeram pundak Guanlin.
"Ahh!"
Jihoon menjerit saat milik Guanlin berhasil masuk seluruhnya, ia merasa penuh. Benda itu terasa seperti mengoyak dirinya. Napas keduanya memburu, saling bersahutan.
"Kau tahu, kan? Aku tak akan berhenti dan membiarkanmu tidur lebih awal malam ini."
"Y-ya, aku tahu."
. . .
"Kau tidak mengantuk?"
Jihoon menggeleng, maniknya masih sibuk menatap banyaknya bintang yang menghiasi langit. Ia sekarang berdiri di depan jendela kaca di kamar itu. Dengan Guanlin di belakangnya, memeluk tubuhnya dengan sebuah selimut lebar. Terlihat lucu, tapi memang Guanlin lah yang melakukannya seperti itu. Keduanya memang sama-sama tak mengenakan apapun dibalik selimut itu.
Guanlin menghirup aroma manis dari surai madu milik Jihoon.
"Mau mendengar pengakuanku?"
Jihoon mengernyit, namun mengangguk.
"Baiklah, aku dengarkan."
Guanlin mengeratkan pelukannya, menarik Jihoon lebih dekat dibalik selimut itu.
"Aku mencintaimu."
Jihoon menahan napasnya, terkejut dengan pengakuan yang Guanlin ucapkan. Belum sempat Jihoon membuka suaranya, Guanlin kembali berucap.
"Aku mencintaimu, Park Jihoon. Jadilah milikku."
. . .
Gaes hadu aku modar:')
Maap adegannya tida sampe akhir, aku takut kena report:')
Nah untuk mengantisipasi, makanya aku ga bikin adegannya sampe akhir. Tapi itu udah di usahain sedikit sampe bagian itu kok. Maaf ya semuaaa.Sorry for typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCLE GUAN [PANWINK]
FanfictionHanya kisah percintaan picisan antara Park Jihoon dengan sang paman, Lai Guanlin. Warning! (15+)