7

4.8K 576 1
                                    

Ara membuang nafasnya kasar. Bosan, jelas. Ia menghabiskan waktunya empat jam dikelas, hanya ditemani rubik yang sampai sekarang belum bisa ia satukan warna nya.

"Keluar gak..keluar gak.." Ara berdecak kesal. Ia mengacak rambutnya frustasi.

"Makin banyak aja itu cewe yang ngedeketin Daniel" Ara melihat Daniel yang sibuk dengan siswi lain, sekedar mengobrol. Bukan rahasia lagi jika Daniel adalah pria yang gampang tertawa. Receh. Selera humornya berbanding terbaik dengan Ara.

"Laper" Ara mengusap perutnya yang terus berbunyi. Berteriak meminta bagiannya. Ara membuang nafasnya kasar, ia berdiri dari duduknya lalu melangkahkan kakinya keluar.

Disepanjang perjalanan menuju kantin, Ia bernyanyi riang.

So beautiful..beautiful..

Kaki Ara berhenti melangkah. Begitu juga dengan nyanyiannya. Pandangannya terkunci pada Seorang pria yang keluar dari ruang kepala sekolah, dengan jaket putih, celana jeans hitam dan topi hitam yang ia kenakan.

"Arga!"

Sang pemilik nama menatap Ara intens. Buru-buru Ara menghampiri Arga yang salah tingkah.

Ara mengangkat sebelah alisnya. Ia melihat Arga dari atas sampai bawah, memang tidak ada yang aneh. Tetapi, kenapa Arga memakai pakaian seperti ini, keluar dari ruang kepala sekolah diam-diam, ditambah lagi..ia membawa map berwarna hijau.

"Ngapain?" Tanya Ara penasaran. Arga menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Ketua osis mah basing Ra"ucap Arga. Ara mengunci pandangannya pada wajah Arga, sedetik kemudian ia tersenyum.

"Ngapain diem-diem?" Tanya Ara. Arga membuang nafasnya kasar, ia mengangkat tangannya untuk menyentuh dahi Ara.

"Sakit ya?.." tanya Arga. Ara terdiam, cepat-cepat ia menjauhkan tangan Arga dari dahinya.

"Sakit jiwa!" Lanjut Arga. Ara membulatkan matanya mendengar ucapan Arga.

"Lo yang sakit jiwa! Heran gue, ada aja siswa yang pilih lo sebagai ketua osis" ucap Ara sambil melipatkan kedua tangannya didepan dada. Ara memutarkan kedua bola matanya kesal.

"Karena gue ganteng. Masa lo gak ngerasa sih ganteng nya gue, padahal kita kenal dari smp" Ucap Arga percaya diri.

"Mending lo pergi. Nih nih pake" lanjut Arga sambil melepas topi nya dan memakaikannya pada Ara. Setelah itu, Arga buru-buru pergi dari hadapan Ara.

"Ganteng? Haha..gantengan cowo gue kemana-mana" ucap Ara sambil melihat Arga yang mulai menjauh dari pandangannya.

"Ini apalagi?" Ara mengambil topi yang ada diatas kepalanya. Membaca tulisan yang ada di topi itu dengan seksama.

"Arga ganteng" ucapnya.

"Amit-amit!!" Ara menggerakkan bahunya, lalu buru-buru ia pergi.

Arga Dirgantara, ketua osis SMA Harapan. Ganteng, Penuh Pesona, dan siswa siswi bilang Arga itu cocoknya masuk Geng Daniel. Tapi sampai sekarang, tidak ada tanda-tanda, jamgankan bergabung, siswa siswi tidak pernah sekalipun melihat Daniel dan Arga mengobrol atau tegur sapa. Ara dan Arga memang sudah saling kenal sejak lama, mereka berada dikelas yang sama saat SMP selama tiga tahun berturut-turut. Hobinya dengan motor, selalu menjadi penengah siswa saat bertengkar, berani melawan pada guru yang salah, itu kelebihannya. Selain itu, ia memiliki selera humor yang payah.

☆☆☆☆

Gue duduk disudut kantin, minuman dan makanan yang gue pesen belum gue makan sedikitpun. Gue masih mikirin tingkah laku Arga yang menurut gue Aneh.

"Araa!!" Teriak Cindy membuat lamunan gue buyar. Tunggu, satu..dua..tiga.. Cindy gak dateng sendiri, tapi sama Arya, Daniel, dan Alex.

Gue buru buru ngalihin pandangan gue ke jus jeruk, dan buru-buru minumnya. Gugup, Daniel tiba-tiba senyum ke gue dan duduk disamping gue. Bukannya apa, kalo siswa lain curiga kan jadi gimana.

"Topi siapa tuh?" Tanya Cindy sambil menunjuk kearah topi yang ada dikepala gue.

"Arga ganteng?" Tanya Alex. Gue tertawa renyah. Tunggu, Astaga..ini topi yang gue pake kan ada tulisannya. Buru-buru gue lepas topi. Terus ngeliat Daniel yang ngeliat gue intens.

"Tadi gue ketemu Arga. Terus dia ngasih ini" gue coba jujur,mata gue masih ngeliat Daniel yang mungkin keheranan dengan ucapan gue.

"Lo ketemu Arga? Dimana?" Ucap Alex.

"Dia bilangnya gak bisa dateng" lanjut Cindy.

"Perlu gue hajar itu bocah" ucap Arya.

Gue terdiam. Yang pasti gue udah salah ngomong. Bakal ribet kalo kayak gini.

"Kamu ketemu Arga?" Tanya Daniel. Gue gatau harus jawab apa, gue takut.. Arga bakal kena masalah karena gue.

"Ohh..iya. tadi ketemu didepan kepala sekolah. Kayaknya dia sibuk" kata gue. Gue kenal Arga cukup lama, dan tentunya gue tau gerak-gerik dia saat dia nyembunyiin sesuatu dari gue atau yang lainnya. Gue harus nyari tau, Arga terlalu banyak nolongin orang termasuk gue, dia perduli sebanyak apa dia nolong orang, sedangkan dia gak perduli sebanyak apa orang yang perduli sama dia.

"Kamu ngapain marah-marah? Arga juga udah izin kan?" Tanya Cindy ke Arya. Arya tidak menjawab, dia lebih milih minum jus Mangga dari pada dengerin omongan Cindy.

"Udah makan?"tanya Daniel. Gue menggelengkan kepala pelan. Memang kenyataannya gue belum makan, mie ayam yang ada dihadapan gue masih utuh.

"Arga gak ngapa-ngapain kamu kan?" Tanya Daniel. Wajahnya keliatan Khawatir. Gue ngangkat alis gue, kenapa Daniel tiba-tiba tanya gitu, emangnya Arga pernah ngelakuin hal jahat sama orang, kan engga. Tapi, wajar aja Daniel ngomong gitu, mungkin dia khawatir kalo gue kenapa-kenapa.

"Ngga. Arga sama aku kenal lama, jadi mana mungkin dia nyakitin aku" kata gue santai. Daniel tersenyum, dan gue suka. Iya, Daniel tau kalo gue sama Arga kenal udah lama.

"Duh.. sialan banget si Arga!" Diana yang baru datang buru-buru duduk didepan gue. Gue ngeliat tumpukan kertas yang dibawa diana.

"Cuma lo yang bilang dia gitu haha" Alex tertawa.

"Kenapa Di?" Tanya Cindy.

"Proposal gue yang ngerjain. Belum lagi tugas kelompok gue yang ngerjain" Diana menggerutu kesal.

"Gak biasanya" ucap Cindy. Gue cuma diem merhatiin ucapan mereka. Setau gue, Arga cowo yang paling tanggung jawab, semua anggota osis yang gue kenal juga bilang gitu.

"Eh ngomong-ngomong.. kalian tau gossip pak Lian?" Tanya Diana. Gue ngangkat sebelah alis gue, iya.. gue gatau apa-apa tentang Pak Lian, guru super duper baik menurut gue. Gue ngeliatin temen temen gue satu persatu.

"Ngegelapin duit sekolah? Basi!" Alex mengibaskan tangan didepan wajahnya.

"Percaya lo? Pak lian mana mungkin ngelakuin itu" Daniel buka suara. Gue shock banget ngedengernya. Ngegelapin duit sekolah? Mana mungkin, setau gue, pak lian guru paling jujur. Gue masih inget waktu dompet gue ilang dikelas, pak lian yang nemuinnya dan isi dompet gue gaada yang diambil sama sekali.

"Bener?" Tanya gue hati-hati.

"Semua manusia pasti gak luput dari khilaf" jawab Alex. Gue mandang Daniel yang tertawa mendengar ucapan Alex.

Langit ; Kang Daniel✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang