34

3.2K 439 9
                                    

Ara membuang nafas nya kasar sebelum ia memasuki rumah Daniel.

Ia harus siap dengan apapun yang terjadi setelah ini.

Ia akan bertemu Mama Daniel.

Bertemu Ayah Arga.

Bahkan mungkin ia akan bertemu dengan Arga.

Yang harus ia lakukan saat ini adalah berpura-pura tersenyum didepan mereka, memberi isyarat jika dirinya baik-baik saja. Hatinya baik-baik saja.

Pada nyata nya..

Ia sedang menahan air matanya yang bisa jatuh saat ini.

Mungkin..

Ini terakhir kali nya ia menginjakkan kaki dirumah Daniel.

"Mama sama Ayah nya Arga gak ada dirumah. Jadi lo gak perlu pura-pura bahagia" ucap Daniel seolah-olah ia tahu isi hati Ara saat ini.

Ara tidak mengindahkan ucapan Daniel, ia berdecak kesal sambil melangkahkan kaki nya dengan gusar mendahului Daniel.

Hanya dengan tingkah laku nya yang seperti itu berhasil membuat Daniel mengulaskan senyumannya.

"Kamar gue disana" ucap Daniel. Tangannya menunjuk ke arah pintu yang jaraknya tidak begitu jauh dari posisi nya dan Ara saat ini.

Ara menghentikan langkahnya.

Ia memutarkan tubuhnya untuk saling berhadapan dengan Daniel.

"Kenapa berenti? Gue mau ngajak lo kekamar gue" ucap Daniel santai.

Ara terdiam.

Secepat ini kata 'kamu' dan 'Aku' berubah menjadi 'gue' dan 'lo'.

Ara tersenyum sarkas. Hati nya sakit, bahkan merasa lebih sakit karena melihat ekspresi Daniel yang biasa saja. Ekspresi nya yang tanpa ada rasa bersalah sedikitpun.

"Apa?" Tanya Ara singkat.

Daniel mengerutkan Dahi nya.

Sedetik kemudian ia tersenyum.

"Gak enak ya pake lo gue lo gue?" Tanya Daniel.

Ara menarik nafas nya panjang, kemudian membuangnya dengan kasar.

"Gue mau balik!" Nada bicara Ara sedikit meninggi.

Daniel mengacak rambut Ara pelan.

Dengan satu gerakan, Ara segera menjauhkan tangan Daniel dari kepalanya.

Saat itu juga, wajah Daniel berubah drastis. Yang sebelumnya tersenyun senang, kini ia tidak memberikan ekspresi apapun.

"Aku kira setelah aku ngajak kamu kesini. Marah kamu bakalan ilang" ucap Daniel, ia tersenyum kesut.

Ara masih menahan air matanya yang siap menetes.

"Ada sesuatu yang mau aku tunjukin. Dan mungkin.." Daniel menggantungkan ucapannya.

Ia membuang nafasnya kasar.

Sesak..

Itu yang mereka rasakan saat ini.

"Untuk yang terakhir kali nya. Sebelum kamu bener-bener mutusin buat pergi dari aku" ucap Daniel sambil memaksakan senyumannya.

Ara menatap langit-langit rumah Daniel. Tanggannya mengepal dengan kuat.

Tidak dapat dipungkiri, ia memang mencintai pria yang ada dihadapannya ini.

Tanpa perduli rasa sakit nya.

Langit ; Kang Daniel✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang