38

3.3K 421 10
                                        

Daniel masih setia menemani Luna, bahkan ia tidak beranjak dari ruang rawat Luna sejak pagi tadi.

Ini tepat lima hari Daniel berada disisi Luna. Keadaan nya pun membaik, Luna mulai mendengarkan segala ucapan Daniel.

Mulai dari makan, mengurus diri, bahkan bercengkrama dengan orang-orang lain di luar sana.

"Aku gak gila.."ucap Luna membuka suara. Daniel menatap Luna dengan sendu, ini bukan kali pertama ia mendengar Luna mengatakan hal seperti itu.

Daniel sedikit menerima nya.

Tetapi melihat keadaan nya saat ini, jangankan orang yang mengerti apa itu 'gila', anak kecil saja yang belum mengerti apa itu 'gila' bisa langsung terperanjat saat melihat keadaan Luna sekarang, apalagi sebelum kedatangan Daniel.

Menyedihkan..

Daniel membuang nafasnya kasar, Daniel tidak bisa menjawab 'kamu gila' kecuali ia menjawab 'iya. Kamu gak gila'. Lagipula menurut Daniel walaupun ia berkata 'iya' atau 'tidak' itu sama sekali tidak berpengaruh pada Luna. Sama saja, pada akhirnya ia akan tetap mengacak kamar rawatnya dan menghancurkan semua barang-barang yang bisa di raihnya. Dia memang buta, tetapi dalam menghancurkan barang dia bisa melakukan nya dalam sekejap.

"Iya. Kamu gak gila" ucap Daniel santai.

Luna tersenyum sarkas, ucapan Daniel memang santai, tetapi terdengar ada paksaan disetiap ucapan yang ia katakan.

"Kamu terpaksa ngomongnya.."

"Aku beneran gak gila. Kenapa semua orang bilang aku gila?" Lanjut Luna.

Daniel berdiri dari posisi duduknya, ia duduk di atas ranjang tepat di samping Luna, dan menatap Luna intens.

"Apa aku boleh bilang kalo kamu memang gila?"tanya Daniel. Luna menggeleng pelan.

Daniel memang selalu menganggap Luna gila semenjak kejadian mengerikan itu, semenjak Luna menjalin hubungan 'sesuatu' dengan orang yang paling dekat dengannya,
Semenjak kecelakaan itu terjadi dan saat itu Daniel benar-benar membencinya dan menganggapnya wanita gila.

Luna menolehkan pandangannya berlawanan dengan posisi Daniel saat ini.

Dengan berani, Daniel menarik dagu Luna untuk menghadapnya. Tidak ada perasaan apapun yang menonjol saat Daniel dan Luna bertatapan, yang ada hanya perasaan benci.

Jujur saja, bagi Daniel jika keadaan Luna tidak seperti ini mungkin saat ini Daniel sudah menamparnya mengingat apa yang telah Luna lakukan padanya dan keluarganya.

Mungkin dulu saat ia saling bertatapan dengan Luna jantungnya akan berdetak dua kali lebih cepat, bahkan ia tidak henti-hentinya tersenyum bahkan sampai ia masuk kedalam rumahnya dan memejamkan matanya.

Luna meraba lengan Daniel, ia menemukan apa yang ia cari dengan cepat ia menyembunyikan wajahnya tepat di depan dada Daniel.

Daniel jelas sedikit terganggu, tetapi apa yang bisa ia lakukan. Jika menolak, bisa saja Luna mengamuk saat ini. Kejadian selama ia disini tidak ingin ia ulangi lagi, lima hari berada disini, lima kali juga Luna pindah ruang rawat karena ulahnya.

"Aku takut dan" Suara Luna parau dan ia mulai terisak.

Dan memejamkan matanya sejenak. Dengan ragu ia mengangkat salah tangan nya untuk mengelus rambut Luna bermaksud untuk menenangkan nya.

Entah kenapa, perasaan nya saat ini tidak tentu. Yang ada diotaknya saat ini hanya ada Ara..Ara.. dan Ara.

Ia terlalu merindukan gadis itu.

Langit ; Kang Daniel✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang