Aldrich Ed Stanford | Chapter 1

448K 14.4K 184
                                    

Segera selesaikan bacaan sebelum cerita diterbitkan 😁

Jangan lupa ikut PO-nya juga ya nanti, Versi buku akan lebih rapih, seru dan ada yang tidak boleh pembaca Aldrich lewatkan

Sebuah mansion mewah, elegant bergaya khas Eropa berdiri kokoh di kota New York, Amerika. Sayang, sepertinya sang pemilik enggan berbagi keindahan mansion, terlihat dari tempat yang jauh dari pemukiman penduduk sekitar.

Mansion terlihat sepi, hanya segelintir orang yang berada di depan halaman. Seorang pria yang membersihkan taman, dua pria berjas rapi yang duduk bermain catur dipagi ini.

See! Tidak ada yang menarik bukan?

Tidak ada maid wanita yang sibuk mempersiapkan kebutuhan tuannya, seperti biasa kita jumpa dimansion pada umumnya. Nyatanya, saat kita lihat kedalamnya terlihat pria yang sibuk memasak sarapan dan seorang pria lain berjas rapi yang melekat ditubuh kekarnya, tengah duduk dibalik kursi meja makan dengan koran ditangannya.

Penghuni mansion memang memiliki kebebasan melakukan apa saja yang diinginkan. Tuannya tidak membatasi aktifitas mereka selama tidak mengganggu ketenangannya.

Pria bermanik coklat itu menutup koran yang dibaca, melihat jam tangan yang melingkar dipergelangan. Seperti biasa saat waktu menunjukan pukul 6 tepat, ia harus membangunkan tuannya. Bangun dari duduknya pria itu berjalan melewati ruang tamu yang luas dan elegant.

Indah dan terawat namun sayang, tidak pernah ada tamu yang berkunjung, begitu pikirnya.

Kaki panjangnya menaiki undakan tangga yang melingkar untuk sampai di lantai 2. Sebuah lorong panjang dan luas menjadi pemandangan utama, guci besar yang berjajar, beberapa lukisan klasik terpanjang di dinding dan vas bunga indah menghias tiap kamar yang berjajar rapi. Langkahnya sampai pada lorong yang paling ujung, terlihat sebuah pintu besar dengan ukiran berwarna gold disana. Salah satu kamar yang berpenghuni dilantai 2 ini.

Dengan sangat hati hati ia mengetuk pintu dan masuk setelah terdengar sahutan didalamnya.

Terlihat kamar berukuran paling besar yang ada dimansion ini, dengan nuansa klasik dan warna gold menyempurnakan kemewahan yang ada.

Pria bersurai coklat itu membuka tirai jendela besar, terpampanglah pemandangan kolam renang luas dan indah di manik coklatnya. Ia menghirup udara segar sebanyak banyak sebelum berbalik.

"Selamat pagi tuan, saatnya anda bangun dan memulai hari senin anda." Ucapnya

Mata abu gelap itu terbuka saat menangkap sinar yang mengganggu, ia bangun menyisir surai hitam legamnya dengan jemari. Tangannya menyibakkan selimut yang membungkus di tubuhnya, pria itu tidak dapat menyembunyikan dada bidang dan pahatan tubuh yang sempurna miliknya. Bertelanjang dada memang kebiasaannya sebelum tidur. Semua wanita akan menahan napas melihat pemandangan indah setiap pagi yang ada dikamar itu.

Manik abu gelap yang selalu mengintimidasi lawan bisnisnya itu, melihat asisten pribadi yang selama ini mengabdi sepanjang hidupnya berdiri tegak disamping ranjang king size miliknya. Sebelum masuk kamar mandi pria itu menghentikan langkahnya.

"Kau bisa makan sarapanmu William." Suara parau khas bangun tidur itu membuat William menatap kearahnya.

"Baik tuan. Apa anda ingin bergabung dengan kami?" William berharap kali ini pria itu mau menerima tawarannya.

"Tidak." Jawabnya singkat

William menatap sendu punggung pria yang menghilang di balik pintu. Tidak banyak yang bisa ia lakukan, pria itu selalu menutup diri pada siapa saja termasuk dirinya setelah kebersamaan mereka selama bertahun tahun pun tidak ada kemajuan dan perubah sama sekali.

Peristiwa tragis yang mereka alami menjadi penyebab utama disini. William mengatur napas menenangkan hati yang tiba tiba terbawa emosi saat mengingat peristiwa kelam itu. Ia berharap Tuhan mau berbaik hati memberi sedikit kebahagiaan untuk pria yang selama ini telah hidup bersamanya.

William Parker asisten pribadi dengan perawakan tinggi, kekar dan berwajah tampan. Usianya yang sudah menginjak 30 tahun itu, ia telah mengabdikan hidupannya di mansion ini dan besar bersama tuannya. Banyak rintangan yang mereka alami dan selalu mereka selesaikan bersama. Namun bukan berarti mereka bisa saling terbuka satu sama lain.

Beberapa minggu lalu semua penghuni mansion ini baru saja kehilangan sosok pria tua penyayang yang selama ini sudah menjaga dan membesarkan mereka layaknya seorang cucu. Ia meninggal diusianya yang ke 65 tahun karena penyakit jantung yang sudah lama dideritanya.

Waktu itu William masih ingat saat berada di pemakaman Tn. John Carver, tuannya hanya diam mematung menatap lurus pada batu nisan disana. Tidak ada kesedihan dan kehilangan diwajah tampannya, seolah tidak peduli pada sosok yang selama ini merawatnya telah terkubur kaku disana. Melihat semua itu, William seakan ada tangan tak kasat mata yang menamparnya keras pada sebuah kenyataan.

Pria itu

Tuannya....

Telah benar benar menjadi pria tanpa emosi dan pria yang sulit. Sulit bagi siapapun memahami apa yang sebenarnya pria itu rasakan.

William mau melakukan apapun untuk melihat dan merasakan semua emosi itu, agar dapat ia pahami dan atasi tanpa harus memutar keras otaknya.

****

Untuk visual para tokoh kalian bisa intip di sini 👇🏻

Untuk visual para tokoh kalian bisa intip di sini 👇🏻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aldrich Ed Stanford (Tersedia di Gramedia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang