Malam Valentine tiba, Ashley tengah bersiap di kamarnya begitupun dengan Sam. Acara konser itu di selenggarakan di salah satu bar terkenal seantero kota, tapi apa mereka yakin Aldrich akan mengijinkannya?
"Oh ayolah, dia tidak tahu kalau kontesnya akan di selenggarakan disana?" bujuk Ashley.
Ternyata meminta ijin keluar malam sangat sulit ditambah Aldrich yang berubah pikiran setelah tahu kalau acaranya di selenggarakan disebuah bar. Dari mana pria itu tahu? AMB Entertainment mengumumkan beritanya di acara stasiun televisi, media cetak dan media sosial lainnya. Tidak hanya itu, Aldrich dengan mudah mendapat beberapa tiket konser tanpa mereka ketahui.
Ashley mengeratkan mantel tebalnya seraya menghampiri pria itu, "Aldrich, jangan membuat perjuangannya sia-sia. Kau tidak tahu, berapa kali kakinya menginjakku, dahinya membenturku dan- oke.. Itu kemalanganku. Tapi setidaknya hargai usaha- Aldrich!"
Aldrich beranjak dari tempat duduknya, ia akan menginjak anak tangga ketika Ashley meraih tangannya. "Kau akan kemana? Aku belum selesai denganmu.. "
"Pembahasan ini sudah selesai."
"Tidak! Sebelum kau mengijinkan kami pergi.. " tolaknya.
"Lepas!" Ashley menggeleng keras, "Ashley, aku harus bersiap kecuali kalau kalian ingin datang terlambat." gadis itu akhirnya melepaskan pegangannya.
"Apa artinya itu?" Aldrich tidak tahu sejak kapan ia menyukai ekspresi Ashley yang menyelidik kearahnya.
"Kita semua akan pergi kesana, kau senang?" sebelum gadis itu kembali berbicara lagi, ia sudah melanjutkan langkahnya menaiki tangga.
"Yes!!" seru Sam bersamaan dengan Georgi dan Seth. "Apa? Kenapa ekspresi kalian begitu?" dahinya berkerut melihat raut gembira di wajah kedua pria itu.
"Tentu saja kami senang, kapan lagi Valentine day akan seseru tahun ini!" seru Georgi. "Ayo kita bersiap, bro!"
Georgi sudah menghilang di balik pintu kamar begitu pula dengan yang lain sebelum pemuda itu mencerna kata-kata darinya.
Sedangkan, Ashley masih menatap punggung Aldrich yang perlahan mulai menghilang dari pandangannya. Seulas senyum tipis tersungging dibibirnya. Ah.. Pria itu, sungguh penuh kejutan. Ashley jadi mengingat kejadian diruang kerja Aldrich waktu lalu.
"Astaga, Aldrich! Apa kau mulai mencintaiku?" tidak hanya dirinya yang terkejut, pria itu pun membulatkan bola matanya seakan tak percaya dengan asumsinya sendiri.
Aldrich menarik tangan Ashley, sengaja membiarkan gadis itu kehilangan keseimbangan dan jatuh di pangkuannya. "A-apa? Apa yang kau lakukan?" tanya Ashley gugup.
"Cukup, diam." ia mengunci tubuh itu dengan memeluk pinggangnya karena Ashley terus bergerak dalam pangkuan.
Ashley membulatkan bola matanya, jarak mereka sangatlah dekat. Tapi bagaimana lagi? Ia menuruti perintah pria itu untuk berhenti berontak, tak ingin memperpanjang waktu kedekatan mereka yang absurd itu.
"Kau tidak melihatnya?" suara bariton milik Aldrich membuat Ashley merinding karena terlalu dekat, nyaris menyentuh cuping telinganya.
Ashley melotot kaget, "A-apa? Apa yang harus kulihat?!" terlalu panik membuatnya tak sadar dengan nada tinggi suaranya sendiri.
Ashley berusaha memberi jarak di antara mereka dengan menumpukkan tangan di dada Aldrich yang terus merapat padanya. Ya.. Tuhan apa yang terjadi dengan pria itu? Mengapa dia berubah agresif seperti ini?
Aldrich menarik satu alisnya seakan tengah menikmati kegugupan gadis itu. "Ah.. Aku harus menunjukkanya kalau begitu.." bisiknya pelan.
"Apa?!" Ashley tak mengerti, awalnya ia hanya menebak asal tentang perasaan pria itu. Tapi mengapa dirinya yang terjebak disini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Aldrich Ed Stanford (Tersedia di Gramedia)
RomanceALDRICH ED STANFORD, sosok pria dengan kepribadian introvert (tertutup), pengalaman masa lalu menjadikan emosinya bagai buku yang tertutup rapat. Suatu ketika Aldrich bertemu dengan Ashley, seorang gadis berjiwa bebas yang mencintai hidup dengan mem...