Aldrich Ed Stanford | Chapter 4

199K 9.7K 58
                                    

Suasana sunyi dimeja makan membuat mereka semua canggung, hanya dentingan sendok dan garpu yang beradu, tidak ada yang berani membuka suara setelah Aldrich datang dan bergabung untuk makan malam bersama. Sebenarnya, tidak ada yang aneh dengan Aldrich, hanya saja aura yang dibawa pria itu sungguh membuat siapapun merasa tak nyaman dan sedikit menghindar darinya. Mungkin, butuh kerja keras untuk membuat pria itu bisa bersikap santai pada orang disekitarnya. Seperti halnya Sam yang selalu sengaja menarik perhatian Aldrich dan sejauh ini usahanya tak pernah sia sia.

Lihatlah!

"Al-drich.." panggil Sam sedikit ragu dan pelan.

Semua mata melempar tatapan horor dan tajam pada remaja tampan itu, terkecuali William yang nampak biasa saja.

Sudahkah Sam bilang bahwa dirinya sudah terbiasa menerima tatapan semacam itu?

Namun, Sam lebih mementingkan rasa penasarannya dari pada peringatan yang dilempar para pria tua itu.

"Sam.." desis Max, menyikut lengan adiknya dan memberikan tatapan seolah berkata "apa yang kau lakukan?"  Lewat manik hitam miliknya.

Mendengar namanya dipanggil, Aldrich mengalihkan pandangannya dan menatap Sam yang sudah menundukkan kepalanya kembali.

Aldrich mengangkat sebelah alisnya, "biarkan!" ucapnya datar.

Sam mengangkat kepalanya, melirik sekilas pada Max yang mengangguk pelan. Ia mengambil napas sebanyak banyaknya saat kegugupan tiba tiba datang. Bohong, bila dirinya selalu bersikap tenang jika menghadapi Aldrich karena nyatanya Sam sama saja dengan orang diluar sana, hanya ia lebih mengedepankan kepentingan daripada ketakutannya.

"Aldrich, dosen pembimbingku memberi tugas yang sedikit sulit untuk dikerjakan sendiri. Untuk itu, 2 hari kedepan aku ingin menginap di apartemen milik temanku dan mengerjakannya bersama itu pun jika kau menyetujuinya, Aldrich." Jelas Sam.

Aldrich dapat melihat kejujuran dimanik hitam itu, ia berdehem dan meneguk air minumnya.

1 detik

3 detik

5 detik

Sam duduk gelisah, menunggu jawaban yang keluar dari bibir Aldrich. Memang, dirinya tidak pernah meninggalkan Aldrich dan mansion ini barang sedikit pun begitu pula dengan Max, William dan yang lain setelah mereka tinggal bertahun tahun lamanya disini. Mungkin, salah satunya karena mereka tak ingin meninggalkan Aldrich sendirian dimansion sebesar ini. Dan yang terpenting mereka lebih baik hidup bersama Aldrich dari pada sebatang kara dan hidup luntang lantung dijalanan. Walaupun, Sam masih memiliki Max namun hidup bersama jauh lebih baik bagi mereka.

"Pria atau wanita?" Tanya Aldrich.

"Tentu pria, Aldrich. Aku tidak memiliki teman wanita." Sam menggeleng kepalanya cepat, membuat yang lain mendengus geli melihatnya. Tentu saja Sam tidak memiliki teman wanita apalagi seorang kekasih sebelum Aldrich dan para pria tua itu yang lebih dulu memilikinya.

Oh! Sam tidak setega itu melangkahi mereka semua..

Sam bisa mendapat siapapun jika dirinya mau..

"Kembali setelah selesai!" Aldrich bangkit dari duduk dan pergi menuju kamarnya.

Sam membulatkan matanya, " Apa artinya aku boleh menginap, Max?" Tanyanya tak percaya. Ia melihat Max mengelap sudut bibirnya dengan serbet dan membereskan piring piring kotor sebelum menatapnya tajam.

"Bocah ..." Max memukul kepala Sam dengan sendok, sontak remaja itu mengaduh kesakitan.

"Kenapa kau memanggil namanya saja?!" Max menuntut jawaban dari bocah nakal itu. Ia tak menyangka Sam begitu berani dan tidak sopan pada Aldrich.

Sam mendengus kesal, "aku pikir, dia lebih suka jika kita memanggil namanya." Sam mengendikkan bahunya santai. Dirinya merasa tidak bersalah dengan sikapnya barusan, memang sempat ada keraguan saat melakukannya. Namun, setelah menangkap tatapan hangat dari manik abu gelap itu Sam semakin yakin, bahwa Aldrich ingin mereka memanggilnya dengan nama tanpa embel embel Tuan seperti selama ini mereka lakukan.

"Kau benar Sam, mulailah memanggil namanya, dia merasa seperti orang asing disini ." Sebelum Max bicara, William lebih dulu membenarkan ucapan Sam.

"Oh benarkah?? Sudah lama kita bersama bukan?? dan kenapa baru sekarang kau menyadarinya, Sam??" Sahut Georgi, sang juru masak.

Sam mendelik, "hei!! Kau lebih lama tinggal bersamanya Georgi, seharusnya kau dan William yang menyadarinya sebelum aku!" Sindrinya, ia menyeringai melihat pria itu gelagapan membalas ucapannya.

"Oh adikmu Max, adikmu. Dia tidak sopan padaku!" Tegas Georgi meminta dukungan Max.

"Sam, kau ini baru 19 tahun, tapi mulutmu sudah seperti orang dewasa. Jangan mendelik padaku!" Ucap Max.

Sam memutar bola matanya jengah, selalu berujung seperti ini jika mereka sudah berkumpul. Namun, Sam memaklumi semuanya karena mungkin perbedaan usialah yang menjadi faktor utama disini. Dan, jangan lupakan si menyebalkan Georgi yang menjadi faktor selanjutnya. Walau begitu, Sam tidak menyangkal bahwa dirinya lebih dekat dengan pria itu dibanding yang lain. Tapi, jika sikap menjengkelkan pria itu sudah keluar, tentu saja Sam takkan tinggal diam dan menerima begitu saja.

"Oh.. tentu saja aku seperti orang dewasa, Max. Itu karena aku bergaul dengan pria tua seperti kalian." Sindir Sam.

Benar bukan??

Beberapa detik tidak ada yang menimpali sindiran Sam, mungkin mereka sedang berpikir sampai mereka dikejutkan dengan suara tinggi dari Georgi yang merusak gendang telinga.

"DASAR BOCAH..!! Usiaku 30 tahun, aku belum termasuk kategori PRIA TUA.." teriak Georgi, menyusul Sam yang sudah berlari menuju kamarnya.

"KEMARI KAU..!! Akanku racun makananmu nanti!"

"Oke, uncle..!! Aku menunggu makanan lezat darimu"

"Shit! Berhenti memanggilku dengan itu!!"

"Uncle.. uncle!! Oh.. bagaimana ini aku tak bisa berhenti??"

"Akanku poles bibirmu dengan sambal pedas, Sam!!"

"Jangan lupakan ayam goreng lezatmu, uncle!!

"Holly shit!!"

Mereka yang masih berada dimeja makan hanya menggeleng tak percaya melihat tingkah laku Georgi yang lebih mirip seperti bocah dibanding Sam.

William tersenyum tipis melihat kebersamaan mereka yang semakin hari membentuk ikatan keluarga yang kuat. Awalnya, hanya dirinya, Aldrich dan Tn. John yang hidup bersama di mansion sebesar ini. Namun, melihat Aldrich kecil yang masih kesepian dan dirundung duka setelah peristiwa tragis itu, akhirnya Tn. John membawa Max, Sam dan Georgi pada kehidupan Aldrich. Mungkin, tujuannya untuk mengalihkan rasa kesepian dan duka Aldrich, lagi pula mereka berasal dari panti asuhan dan anak yatim piatu. Tn. John sengaja memilih Max dan Georgi karena usia mereka yang sama dengan William dan Aarich mendiang kakak Aldrich, tentang Sam tentu si bocah kecil itu harus ikut dengan Max karena Sam adiknya. Soal Mark dan Seth, Tn. John memperkerjakan mereka setelah Aldrich berusia 20 tahun yang saat itu mulai mengambil alih semua perusahaan keluarganya. William masih ingat, Aldrich kecil sama sekali tidak ingin berbicara dengan siapapun kecuali dirinya. Namun, si kecil Sam terus saja mengganggu Aldrich dan menjahilinya sampai Aldrich mau sedikit demi sedikit menerima mereka dan terbukti sampai sekarang mereka masih hidup bersama sama.

Kami selalu ada untukmu, Aldrich..

* * *

Aldrich Ed Stanford (Tersedia di Gramedia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang