Aldrich Ed Stanford | Chapter 3

217K 10.6K 116
                                    

"New York ?" Suara maskulin itu membuat gadis bersurai hitam menegakkan tubuhnya.

Pria bermanik biru yang sedang menyimpul dasi dilehernya, mengulang kata itu dengan baik dan memastikan kembali pendengarannya yang mungkin salah.

Gadis bersurai hitam melompat dari ranjang king sizenya dan mengangguk cepat setelah berdiri didepan pria itu.

Pria bermanik biru menghentikan simpul dasinya, menatap tajam gadis yang kini dihadapannya.

"Tidak. Tidak. Tidak!!" Jawab pria itu dengan penekanan disetiap katanya.

Gadis itu mendengus kesal, "oh ayolah Kevin, kau sudah berjanji padaku!!" Jeritnya kesal.

Kevin, pria bermanik biru itu mengacak rambut hitamnya frustasi. "Saat itu aku tidak tahu kau meminta ini, princess. Bagaimana kalau aku rindu padamu?" Kevin memasang wajah sendunya untuk menarik simpati gadis itu.

Semoga berhasil, Kevin

"No. Kevin. No! Hentikan ekspresi bodohmu itu, aku tetap akan kesana!" Tekadnya, kini tubuh mungil gadis itu memeluk manja tubuh tegap Kevin.

Oh SHIT !

Bila sudah begini, Kevin akan sulit menolaknya.

"Berikan alasan yang tepat untukku, Ashley!" Suara dingin dan rendah, membuat gadis itu melepas pelukannya.

Deg!

Kevin dan emosinya yang berubah ubah

Ashley tahu bila pria itu sudah memanggil nama, kevin sedang serius padanya atau mungkin marah saat ini.

Ashley menarik napas panjang, menenangkan jantungnya yang berdegup kencang, ia mencoba mengabaikan tatapan intimidasi itu.

"Berlibur dan mencari objek baruku, Kevin.." dengan mata berbinar "..pria tampan, mungkin." Gunamnya pelan. Namun masih terdengar ditelinga Kevin.

Kevin mengerang frustasi, "bukankah wajah tampanku selalu menjadi objek kesayanganmu, princess?" Bibir Kevin mengerucut lucu, Ashley mengecup gemas bibir sexy idaman para wanita luar sana.

Siapapun yang melihat Ashley saat ini, mereka akan menjerit histeris.

"Kevin, kau tetap objek tampan dan sexy untukku hanya saja.. mungkin disana aku menemukan yang baru." Ashley mengedipkan sebelah matanya.

Kevin pasrah, bagaimana pun  semua salahnya mungkin jika dia menanyakan lebih dulu permintaan gadis itu, semua takkan seperti ini.

Ulang tahun, sialan!

Oke! Kevin hanya perlu meminta beberapa orang kepercayaannya untuk mengawasi gadisnya dari jauh.

Tidak buruk bukan?

Kevin menghembuskan napas kasar, "ya. Aku mengabulkan permintaanmu, princess! Walaupun aku yakin, kau takkan menemukan pria yang lebih tampan dariku." Kevin tersenyum geli melihat Ashley mendengus padanya.

Sedetik kemudian Ashley membulatkan mata birunya setelah mencerna ucapan kevin sebelumnya.

Kevin mengabulkannya???

Ashley meloncat, menerjang tubuh Kevin. Untungnya, Kevin dengan sigap menangkap tubuh mungil gadis itu sebelum terjatuh. Ashley mengecup seluruh wajah tampan Kevin sampai tak ada yang tersisa membuat pria itu tergelak tertawa.

"Tapi ada syaratnya! Jika aku memintamu kembali ke London, kau harus pulang. Mengerti?!" Suara tegas dan ancaman Kevin mau tak mau membuat Ashley mengangguk cepat.

"Baik, my lord"

"Dan.." Ashley memutar bola matanya mendengar syarat lagi "..aku akan menghubungimu 6 kali sehari! Jangan mendelik Ashley, ini demi ketenanganku. Tidak ada night club apalagi alkohol saat aku tidak denganmu, jangan memutar bola mata!!" Kevin menatap tajam manik biru Ashley, agar gadis itu tak menggapnya sedang bercanda.

"Baik Kevin. Baik." Ashley mengangkat kedua tangannya pasrah.

"Aku yang akan menyiapkan apartemen untukmu, tiket pesawat.. atau kau memakai jet pribadiku!" Ucap Kevin cepat.

"Kevin..." panggil Ashley

"Bawa Pedro denganmu dan soal pria tua itu aku yang mengurusnya." Ucap Kevin semakin cepat.

Ashley tersenyum geli melihat Kevin mirip hot daddy yang cerewet, tak memberikan celah sedikit pun untuk Ashley protes.

"Baik. Semua keberangkatanku kau yang mengurus my lord. Dan soal pria tua yang kau sebut tadi.. demi Tuhan dia grandpa, Kevin."

Ashley menutup pembicaraan ini dengan mengecup lembut kedua pipi Kevin.

Oh Tuhan, terimakasih. Kau telah membuatku merasa lebih dari cukup dengan pria ini dihidupku, batin Ashley dalam hati.

Ashley turun dari tubuh Kevin, ia merapihkan kembali penampilan pria tampan itu sebelum menyuruhnya berangkat berkerja.

"Kevin, terimakasih telah menjagaku selama ini. Aku gadis pembangkang, nakal dan selalu menyusahkanmu." Ashley menundukkan kepala saat matanya berkaca kaca.

Ashley sadar, selama ini Kevin selalu bersabar menghadapinya. Pernah sekali ia mengabaikan perintah Kevin untuk tidak keluar malam sendiri saat pria itu sedang bekerja. Dan perbuatan Ashley itu berakhir dengan Kevin yang harus dirawat beberapa hari dirumah sakit, karena mendapat luka serius saat menghajar 10 preman jalanan yang mengganggu Ashley. Sungguh ia takkan mau berada diposisi itu lagi.

Kevin mengangkat dagu Ashley, air mata mengalir dipipi lembutnya, ia menghapus dan mengecup kedua mata gadis kecilnya.

"Apapun untukmu, princess.  Asal kau bahagia dan selalu ada disampingku. Jangan melupakanku, selalu menghubungiku jika sesuatu terjadi disana." Bisik Kevin

Ashley mengangguk pelan, menatap lurus manik biru yang sama dengannya.

"Aku tidak mungkin melupakanmu, my lord." Ashley tersenyum manis untuk Kevin. Dan jika ada pria manapun yang melihat senyum Ashley saat ini, mereka takkan biarkan matanya beralih pandang barang sedikitpun walau hanya untuk berkedip.

Ashley dan senyumannya

"Oh hentikan senyum manismu itu, atau aku akan berubah pikiran untuk melepasmu pergi." Kevin menaikkan sebelah alisnya, guna menggoda Ashley.

"Kevin.. ayo cepat berangkat sebelum kau terlambat!" Desak Ashley mengalihkan. Ia mendorong pelan tubuh kokoh itu.

"Tunggu.. tunggu! Kau melupakan sesuatu, princess!" Kevin menghentikan langkahnya saat akan masuk kedalam mobil.

"Apalagi, my lord!" Ashley bingung membuat Kevin gemas melihatnya.

"Ini..." Kevin menunjuk bibir sexynya.

Oh.. Kevin dan sikap manjanya

Ashley mengerti, ia mendekat dan mengecup lembut bibir Kevin. Melambaikan tangan sebelum mobil Kevin menghilang.

Ashley tak masalah dengan sikap Kevin seperti itu padanya. Begini lebih baik, daripada ia harus melihat Kevin yang menghukum dirinya sendiri.


****

Aldrich Ed Stanford (Tersedia di Gramedia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang