Aldrich Ed Stanford | Chapter 10

151K 8.1K 69
                                    

Disinilah dirinya berada. Ashley berbaring, posisi terlentang diatas ranjang yang terasa nyaman dan lembut. Namun, bukan itu point pentingnya. Melainkan perasaan dalam dirinya yang kini tengah membuncah bahagia. Kebahagiaan ini melebihi ketika dirinya menemukan suatu objek besar yang langka untuk proyek baru lukisannya. Berlebihan memang tapi..

Bagaimana tidak? Ashley telah berhasil menginap di kediaman Stanford. Dirinya harus mengucap beribu terimakasih untuk pria bermanik coklat itu. Ya. Jika bukan karena William, ia tidak mungkin bisa berada di kamar yang di dominasi warna white and tosca ini. Dan untuk malam ini, ia terbebas dari rasa takut dan khawatir akan aura tetangga barunya.

Hanya malam ini..

Ashley memejamkan matanya. Bayangan manik abu gelap yang berkilat marah, tidak terima saat dirinya dengan tidak tahu malu meminta menginap disini terus terbayang dibenaknya. Terlihat sekali. Pria itu tidak ingin dirinya berada disini. Tapi anehnya, saat William setuju dengan permohonannya. Aldrich, pria itu seolah pasrah dan mau tidak mau menerima dirinya. Walau tidak dengan tangan terbuka.

Berbagai pertanyaan tiba tiba muncul dibenaknya,

Mansion ini tentu milik Aldrich, bukan? Lalu kenapa pria itu tak berkutik jika William sudah angkat bicara? Jelas tidak ada ikatan apapun yang terjalin diantara mereka. Karena keduanya memiliki clan keluarga yang berbeda. Lantas mengapa Aldrich mau menuruti perkataan William? Dilihat dari kepribadiannya. Pria itu memiliki kebribadian arogant, pemerintah dan bertingkah sesuai kehendaknya. Tentu atas sikapnya malam ini sangatlah bukan dirinya. Walau sepertinya tidak ada yang menyadari sikap penurutnya terhadap William. Bahkan William sekalipun.

Ah, entahlah. Terlalu rumit jika berkaitan dengan pria bernama Aldrich itu. Dirinya tidak akan ambil pusing untuk kejadian malam ini. Biarlah untuk sementara, ia menyimpulkan bahwa Aldrich sudah menganggap William seperti kakaknya sendiri.

Ya. Berhenti sampai disitu, Ashley!

Namun, pertanyaan lagi lagi mengganggunya.

Mengapa tidak ada maid satupun disini? Mengapa hanya kaum pria saja yang tinggal di Mansion sebesar ini? Ah, mengenai pria. Ashley sangat penasaran bagaimana awal pertemuan diantara mereka? Sehingga mereka semua bisa hidup berdampingan sudah sekian lama. Yang terpenting dari semuanya. Mengapa Aldrich bisa menjadi pria yang seperti sekarang? Dingin, kaku dan kesepian. Sangat aneh bukan? ketika pria itu memiliki banyak orang yang berada disampingnya. Sorot mata Aldrich tetap menyiratkan bahwa dirinya masih merasa kesepian.

Apa yang membuat pria itu tetap terlihat kesepian?

Ah. Tentu saja keluarga, Ashley! Ia merutuki otaknya yang telat berpikir. Sorot luka dan kesepian itu pasti dampak peristiwa tragis yang telah menimpa dirinya 20 tahun lalu. Jangan tanya ia mengetahuinya darimana? Media selalu menjadi jawaban atas semua pengetahuannya. Ya. Walaupun tidak semuanya..

Terlalu banyak pertanyaan yang memenuhi kepala, membuat dirinya lelah dan mengantuk. Baru beberapa menit matanya tertutup. Ashley mengerang frustasi. Tidurnya kembali terganggu karena tenggorokkannya tiba tiba meminta dirinya untuk bangun dan mengambil minum. Ia turun dari ranjang setelah melihat tidak ada air minum diatas nakas. Mungkin Ashley perlu turun kebawah setelahnya mencari letak dapur di mansion ini.

Melelahkan..

Kakinya melangkah gontai saat menemukan tangga panjang yang melingkar. Ia membuang napas kasar, sebelum memutar kembali tubuhnya menuju kamar. Kamar tamu memang terletak dilantai 2 dan dirinya mengutuk untuk itu.

Saat tangannya menyentuh gagang pintu. Ashley mengurungkan niatnya kembali. Kakinya lebih tertarik berjalan kearah kamar yang berada paling ujung lorong ini. Jaraknya hanya terhalang oleh 2 buah kamar, memisahkan antara kamar itu dengan kamar yang ditempatinya. Karena posisi kamarnya berada paling dekat dengan tangga.

Aldrich Ed Stanford (Tersedia di Gramedia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang