"Sudahku bilang. Kau boleh beristirahat. Aku tidak ingin memesan apapun," suara maskulin itu menggema diruang yang sunyi sejak beberapa saat lalu.
Aldrich, pemilik suara itu berdiri menatap pemandangan kota dari balik dinding kaca ruangannya. Kedua tangannya ia masukkan kesaku celana bahan panjang hitam miliknya. Posisinya tetap memunggungi orang yang telah ia biarkan masuk tanpa melihat lebih dulu siapa orang tersebut. Sampai akhirnya suara lembut yang menyahuti ucapannya membuat punggung kokoh itu menegang dan berbalik sempurna kearah sumber suara.
"Kau membuat perasaan orang lain tidak enak dengan sikapmu, tuan." Sahutnya santai dari sosok gadis yang telah membuat dirinya gusar sejak semalam, Ashley.
Aldrich menatap tajam, "kau!"
"Yes, i am." Tanpa dipersilahkan, ia duduk dikursi yang berhadapan dengan singgasana Aldrich.
Aldrich masih bergeming ditempat tanpa mau mengikuti gadis itu duduk. "Apa yang kau lakukan disini? Bagai-" ia mengeraskan rahangnya ketika kalimatnya dipotong.
"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu padamu. Apa yang kau lakukan?" Aldrich terlihat tidak terima dan akan menimpali perkataan gadis itu. Namun Ashley tidak membiarkannya, "pergi tanpa sarapan dan melewatkan makan siangmu juga, Tn. Aldrich?!" Ashley menatap lurus manik abu gelap itu. Kali ini tidak terselip nada bercanda yang sering kali ia lakukan.
Aldrich mengatupkan mulutnya rapat lalu membuang muka, "bukan urusanmu." Bukan keharusan ia menjawab pertanyaan gadis itu.
Ashley menghela napas, "menjadi urusanku karena kau telah menyinggung perasaaanku dan membuatku datang kemari. Sikapmu tadi pagi membuat orang tersinggung, tuan. Tidak sarapan pagi. Apa itu karena keberadaanku dirumahmu? Atau mungkin, memang sudah menjadi kebiasaan untukmu?" pertanyaan terakhirnya membuat pria itu menatap cepat kearahnya, "orang lain tidak akan tahu itu. Kau juga tidak memberiku kesempatan mengucapkan terimakasih padamu," lanjutnya pelan.
Aldrich memejamkan matanya sejenak lalu membukanya kembali, "jadi maksud kedatanganmu karena kau ingin mengucapkan terimakasih padaku?" ucapnya datar. Sepertinya ia sudah menyerah dan tidak ingin berdebat lagi dengan gadis itu.
Ashley tersenyum lalu mengangguk cepat. Untuk sementara biarlah Aldrich menyimpulkannya begitu.
Aldrich mengangguk sekilas, "baiklah aku menerimanya."
Hening
Aldrich mengangkat sebelah alisnya lalu melempar tatapan seolah berkata, 'apalagi?'
Ashley tersenyum geli menanggapinya, "tapi ucapan terimakasihku berupa makan siang untukmu, tuan."
Aldrich melirik paperbag yang sudah berada diatas mejanya, "tinggalkan itu disini dan kau boleh pergi sekarang," perintahnya.
Ashley berdiri dari duduknya, "bukan begitu caranya. Kau habiskan dulu semua makanannya baru setelah itu aku tahu bahwa kau benar benar telah menerima ucapan terimakasih dariku." Kilahnya menutupi rencana lain dibalik semua itu.
Aldrich menghela napas kasar lalu mengambil paperbag itu dari atas meja. Kakinya melangkah cepat menuju sofa yang terletak disudut ruangan ini diikut Ashley dari belakang. Mereka duduk disofa dengan posisi yang terpisahkan oleh meja kaca.
Aldrich menautkan alisnya, "ini terlalu banyak." Setelah ia mengeluarkan semua kotak makanannya."Padahal aku sudah membaginya dengan Thomas.." Ashley menatap kotak kotak yang sudah memenuhi meja kaca itu.
"Thomas?" Manik abu gelap itu menatap lurus kearah pintu ruangannya.
Ashley menghela napas pelan, "ya.. Dia ada didepan dan hampir saja melewatkan makan siangnya.. seperti dirimu. Kau tidak menyuruhnya memesan maka siang untukmu. Kurasa dia tidak nyaman dengan itu." Aldrich diam seribu bahasa, tatapannya tidak lepas dari pintu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aldrich Ed Stanford (Tersedia di Gramedia)
RomanceALDRICH ED STANFORD, sosok pria dengan kepribadian introvert (tertutup), pengalaman masa lalu menjadikan emosinya bagai buku yang tertutup rapat. Suatu ketika Aldrich bertemu dengan Ashley, seorang gadis berjiwa bebas yang mencintai hidup dengan mem...