"Ambil atau tidak.. " gumamnya, tanpa melepas pandangan barang sedikitpun dari buku tebal sampul hitam itu.
Satu jam yang lalu, Ashley menghabiskan waktu berkeliling di area ujung lorong halaman belakang. Penasaran, dirinya memasuki satu persatu kamar yang berjajar disana lalu ia menyimpulkan bahwa semua kamar itu sudah tidak terpakai dan dulunya mungkin bekas para pelayan disini.
Kini Ashley berada di kamar terakhir lorong tersebut. Kamar ini berbeda dengan kamar sebelumnya yang ia masuki. Karena ruangannya lebih besar serta ranjang terlihat lebih nyaman dan mewah untuk ukuran pelayan biasa. Ah, mungkin pemiliknya kepala pelayan di mansion ini.
Perhatiannya kembali pada buku yang terlihat usang dan tergeletak begitu saja disudut bawah meja rias. Aneh sekali, kamar ini masih lengkap dengan beberapa pakaian di lemari dan barang barang pribadi lainnya. Padahal jika pelayan itu sudah tidak bekerja lagi untuk apa barang barangnya masih tersimpan rapih disini?
Tiba tiba Ashley mendengar suara, 'tunggu apa lagi! Cepat buka dan baca isinya mungkin kau akan mendapat jawaban atas semua pertanyaanmu tentang pemiliknya!' ditelinganya.
'Tidak.. Jangan, Ashley! Kau sudah terlalj bertindak jauh. Lancang sekali jika kau mengambilnya. Itu bukan hakmu.' suara itu kembali terdengar. Ashley menggelengkan kepalanya, guna mengusir bisik bisikan itu. Tidak. Ia tidak akan mengambil buku itu saat dirasa hati dan otaknya tidak sejalan.
"Rasa penasaran bisa membawamu dalam masalah, Ashley!" suara itu bukan berasal darinya.
Ashley memutar tubuhnya, mendapati Sam yang berdiri di ambang pintu dengan bersidekap. Pemuda itu perlahan berjalan kearahnya lalu berhenti tepat di hadapannya. Mata Sam menelisik setiap sudut ruangan, seolah tidak ingin ada yang terlewat. Berbeda dengan Ashley, ia terus melirik buku yang menjadi incarannya sebelum pemuda itu masuk ke sini
'Jangan lihat ke bawah! Jangan. Jangan lihat kesana,' Ashley terus merapalkannya dalam hati berharap pemuda itu tidak melihat dan mengambil buku tersebut sebelum ia membaca isinya.
Namun, cara melihat pandangan Sam. Ashley dapat mengetahui, pemuda itu tidak pernah masuk ke kamar ini atau lebih tepatnya baru pertama kali memasukinya.
"Apa yang kau lakukan disini?" setelah puas menelisik, Sam kembali menatap kearahnya.
"Aku berkeliling, tadi. Lalu tanpa sengaja menemukan kamar ini dan kamar lainnya. Tapi ini tidak sepenuhnya kelancanganku. Aku memasukinya karena semua pintu yang ada di lorong ini tidak terkunci." ia mengendikkan bahunya, "kau baru memasuki kamar ini, Sam?"
Sam tidak menjawab pertanyaannya. Pemuda itu malah merangkul bahu Ashley lalu menuntunnya kearah pintu. Pintu terbuka dan kembali tertutup ketika mereka sudah berada di luar kamar. Dan Ashley hanya pasrah mengikuti langkah pemuda itu dari belakang sampai akhirnya berhenti di dapur.
"Lupakan kamar tadi dan aku pun akan melupakannya." Ashley terlihat tidak setuju dengan perkataan Sam, "tidak, Ashley. Tolong lupakan. Oke!" mau tak mau ia mengangguk.
"Semua ruangan di mansion ini memang tidak pernah di kunci karena Aldrich mempercayakan semuanya pada kami. Tapi kumohon.. Jangan mengulang perbuatanmu tadi. Tidak masalah kau memasuki kamar kami tapi jangan pernah memasuki kamar lainnya. Aku tidak ingin dia memarahimu, walaupun tidak pernah aku melihatnya marah. Jangan rusak kepercayaannya, oke!" Ashley kembali mengangguk, ia tidak tega melihat wajah Sam khawatir seperti itu.
Sam tersenyum, "Bagus!" ia mengacak ngacak rambut Ashley. "Bagaimana jika kau membantuku membuat cemilan? Cemilan semalam yang kau berikan sudah habis."
Ashley berpikir sejenak sebelum menjawab, "Aku setuju denganmu." Sam tersenyum lebar mendengarnya. "Tapi dengan satu syarat!" serunya, memudarkan senyum pemuda itu beberapa detik lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aldrich Ed Stanford (Tersedia di Gramedia)
RomanceALDRICH ED STANFORD, sosok pria dengan kepribadian introvert (tertutup), pengalaman masa lalu menjadikan emosinya bagai buku yang tertutup rapat. Suatu ketika Aldrich bertemu dengan Ashley, seorang gadis berjiwa bebas yang mencintai hidup dengan mem...