Aldrich Ed Stanford | Chapter 21

116K 7.2K 136
                                    

"Maafkan aku. Aku-" Ashley sudah kembali berdiri, ia melihat pria itu menatap dingin kearahnya sebelum melenggang pergi begitu saja tanpa mendengar penjelasan darinya.

Ashley mendesah pasrah. Seharusnya ia menyambut kepulangan Aldrich dengan benar bukan membuat pria itu semakin tidak suka dengan keberadaannya. Jemarinya menyisir surai hitam yang bercampur tepung lalu menepuk nepuknya pelan, membuat tepung itu berjatuhan.

Ashley menghela napas kasar, "keluar, Sam! Aku tahu kau disana." tak lama pemuda itu keluar dari balik tangga dengan wajah pucat.

Ada apa dengan wajahnya? 

Sam menatapnya bersalah, "maafkan aku, Ashley. Aku tidak tahu Aldrich akan ke dapur. Jika aku tahu.. Aku pasti mencegahnya," ucapnya pelan.

Tidak ada gunanya menyalahkan pemuda itu. Semua sudah terjadi. "Tidak apa apa. Lebih baik kau bereskan kekacauan ini. Biar aku yang membereskan dia." Ashley tersenyum menyenangkan untuk menenangkan pemuda itu.

Sam mengangguk setuju, "ya.. Lebih cepat lebih baik. Tunggu apalagi, cepat kejar dia, Ashley!" ucapnya menggebu-gebu.

Ashley mendelik kearahnya, "lihatlah! Siapa yang bersalah sebenarnya." ia kembali menepuk nepuk tepung yang menempel sedikit di dressnya setelah sebelumnya melepas apron lalu pergi meninggalkan pemuda itu sendiri disana.

Sam menatap horor kekacauan sekitarnya, "apa ini mainanku sekarang?" ucapnya lebih kepada dirinya sendiri.

Aldrich membanting pintu kamarnya lalu berjalan menuju cermin dan mematut dirinya disana. Saat ini, ia bisa melihat penampilan terburuk dalam hidupnya. Kotor. Ia benci kata itu. Semua akan baik baik saja jika dirinya tidak membutuhkan air minum untuk melepas dahaganya dan bertemu gadis itu disana. Rasanya ada sedikit penyesalan telah menerima Ashley tinggal disini. Tapi.. Tidak! Ia tidak pernah menyesali keputusan yang telah ia ambil. Itu sama sekali bukan dirinya.

Tap.. Tap!

Aldrich merasakan derap langkah seseorang tengah mendekati pintu kamarnya, tak lama kemudian pintu itu terbuka menampilkan wajah seseorang yang baru saja ia pikirkan. Dan dirinya tidak sadar bahwa sedikit demi sedikit gadis itu telah menyelinap masuk dalam pikirannya tanpa di sengaja.

Bukan tanpa alasan, Aldrich membiarkan Ashley masuk ke kamarnya. Ia hanya ingin tahu apa yang dapat di perbuat gadis itu untuk menghilangkan kekesalannya saat ini.

Ashley berjalan pelan kearahnya lalu berdiri tepat dihadapannya, "aku tidak sengaja, tuan. Sungguh! Kukira itu sam bukan dirimu. Kami sedang menyiapkan perayaan untuk nanti malam jadi dapurmu kami pakai dan-" Aldrich mengangkat tangannya untuk menghentikan kalimat gadis itu.

Ashley menggelengkan kepalanya, "tidak! Kau harus mendengarku dulu. Itu tidak di sengaja dan kami akan segera membereskan semua kekacauan itu," termasuk membereskan dirimu.

Aldrich tidak bicara apapun, ia hendak pergi ke kamar mandi sebelum tangan mungil menahan pergelangan tangannya. Terpaksa, ia memutar kembali tubuhnya menghadap Ashley lalu menaikkan alisnya melihat gadis itu semakin mendekat kearahnya.

Aldrich membulatkan bola matanya, "kau-" ia tidak dapat menyelesaikan kalimatnya ketika hembusan napas hangat menerpa wajahnya.

Ashley berjinjit untuk mensejajarkan wajahnya dengan pria itu. Posisi keduanya sangat menarik dipandang mata jika saja ada seseorang yang menyaksikan kedekatan mereka detik itu.

Ashley mencoba menggapai surai Aldrich karena tubuh pria itu masih terlalu tinggi meski dirinya sudah berjinjit. Begitu menyentuhnya, ia langsung menyisir surai itu dengan jemari tangan. Ia dapat merasakan tubuh tegap itu menegang sesaat ketika sebelah tangannya memegang bahu Aldrich sebagai tumpuan. Namun Ashley tetap melanjutkan, menyisirnya sampai tepung itu berjatuhan ke bahu lalu menepuknya. Setelah selesai ia kembali menjauhkan tubuhnya untuk melihat hasil kenekatannya tadi.

Aldrich Ed Stanford (Tersedia di Gramedia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang