"Apa kubilang, dia tidak mirip denganku." gumamnya pelan sambil memandangi anak laki-laki itu.
Pagi-pagi sekali, Aldrich mendapati dirinya tidur disamping Ashley tanpa anak kecil itu ditengah-tengah mereka. Mengikuti instingnya, Aldrich turun ke bawah dan berjalan menuju dapur.
Benar saja, ia tidak terkejut mendapati keadaan dapur yang berantakan. Aldrich memperhatikan bagaimana anak itu melahap semua makanan sisa semalam tanpa jeda seperti kesetanan. Pun dengan sigap, ia membantu menuangkan segelas air putih dan menyodorkannya saat anak itu tersedak oleh makanannya sendiri.
Air putih itu tandas seperti makanan lainnya. Aldrich menarik sebelah alisnya, ketika mata biru itu masih mencari sesuatu yang bisa dimakan. Sebelum ia bicara, anak itu sudah turun dari kursi untuk membuka lemari es lalu menggapai cemilan ringan yang ada disana. Aldrich membantu menguras isi lemarinya sendiri dengan mengeluarkan semua cimilan ringan yang kebanyakan milik Ashley dan Sam.
"Habiskan saja, mereka harus bertanggung jawab karena sudah mengambilmu dari jalanan." ucapan Aldrich tidak buat anak itu meliriknya atau menghentikan kegiatannya.
"Kau mungkin akan mendapat sedikit masalah tapi indukmu pasti akan membelamu." diakhir kata Aldrich terkekeh kecil mendengar dirinya sendiri menyebut Ashley sebagai induk.
Kemudian senyuman itu lenyap berganti menjadi delikan melihat anak itu beralih dengan menyambar toples berisi cookies dan marshmallow yang berjajar rapih di meja pantry. "Cookies itu buatan kekasihku tapi kau boleh memilikinya." ia membukakan tutupnya lalu memberikannya. "Yang ini, kau tidak boleh memakannya." Aldrich menarik toples marshmallow, tahu kalau itu sangat di agungkan oleh gadisnya.
Anak itu menurut dengan memakan makanan yang sudah dipersembahkan Aldrich kepadanya tanpa mengatakan apapun atau protes. Lama kelamaan Aldrich bosan berbicara sendiri, ia menempatkan dirinya untuk duduk, meneliti garis wajah anak itu.
Tidak seperti anak jalanan lainnya, anak ini lain, ia memiliki cikal bakal wajah yang tampan karena Aldrich akui anak didepannya itu lucu dan menarik. Apa benar Ashley menemukannya dijalanan? Tapi dia kelaparan, kan?
"Oh, Tuhan. Ada apa dengan dapurku?!" teriakan itu membuatnya sontak menunjuk si pelaku. Georgi berjalan cepat menuju mereka lalu menarik kasar kursi samping dekat anak itu.
"Hei, bocah! Kau—" Aldrich menyela kalimat pria itu dengan mengangkat sebelah tangannya.
"Biarkan dia menyelesaikan makannya dulu." ucapnya, tidak tega melihat anak itu cukup terpengaruh dengan kehadiran Georgi. Mulutnya sudah berhenti menguyah lalu memperhatikan mereka dengan wajah polosnya.
"Lanjutkan makanmu." ucapanya kepada anak itu lalu beralih kepada Georgi, "aku akan membantumu membereskannya, kau tenang saja." tidak hanya pria itu yang terkejut, ia pun terkejut mendengar kalimatnya sendiri.
Mereka telah membereskan dapur tepat ketika Ashley muncul dari ambang pintu. Aldrich memutar bola matanya melihat gadis itu berlari kecil kearah anak laki-laki yang duduk santai bukan kearahnya. Dan pemandangan itu tertangkap oleh Georgi yang baru mencuci tangan.
"Ashley, Aldrich membantuku menyelesaikan kekacauan yang dibuat anak itu. Lihat! Pagi-pagi sekali kami sudah berkeringat seperti ini."
Ashley tidak jadi menyapa anak kecil itu, ia beralih memandang kekasihnya lalu menghampiri Aldrich untuk mengucapkan selamat pagi bersamaan dengan memberikan kecupan kecil di kedua pipinya.
Aldrich menyambut baik perhatian Ashley di depan Georgi dan anak laki-laki yang saat ini mendengus kecil melihat pemandangan dirinya. Menarik, anak itu seperti tidak terima Ashley lebih memilihnya. Ia tersenyum devil bersamaan dengan Georgi yang mengajaknya beradu jontos dari jauh. Poor, Georgi..
KAMU SEDANG MEMBACA
Aldrich Ed Stanford (Tersedia di Gramedia)
RomanceALDRICH ED STANFORD, sosok pria dengan kepribadian introvert (tertutup), pengalaman masa lalu menjadikan emosinya bagai buku yang tertutup rapat. Suatu ketika Aldrich bertemu dengan Ashley, seorang gadis berjiwa bebas yang mencintai hidup dengan mem...