Dua puluh tahun yang lalu....
William mengulum senyumnya, memperhatikan anak laki-laki tampan yang sedang menatut dirinya di cermin. Padahal malam ini Aarich yang berulang tahun, bukan anak laki-laki yang sudah menghabiskan waktunya berdiri di depan cermin tersebut. William akui anak laki-laki itu begitu memukau dengan setelan jas hitam mahalnya, berbeda dengan dirinya yang hanya memakai setelan jas biasa.
"Kau sudah tampan, Ed. Apa yang membuatmu tidak percaya diri? Penampilanmu sudah oke.." pujiannya membuat anak laki-laki itu menatap kearahnya.
Aldrich menggembungkan pipinya, "kau yakin?" sekali lagi ia menyugar surainya, membenarkan kembali tatanan rambutnya yang sudah rapi.
William terkekeh pelan, gerakan itu sering dirinya, Aldrich dan Aarich lakukan saat kepercayaan diri mereka berkurang. "Sangat yakin. Ngomong-ngomong hadiah apa yang kau berikan untuknya?"
"Rahasia. Tahun ini saja, aku tidak ingin ada yang tahu." Aldrich tersenyum lebar, memperlihatkan deretan giginya yang rapih.
William ikut tersenyum, hadiah yang Aldrich berikan selalu istimewa. Tahun lalu saja Aldrich memberikan sepasang sepatu yang mahal, sangat di minati oleh anak-anak kalangan atas seperti mereka dengan hasil jerih payah tabungannya sendiri, meski sedikit bantuan uang darinya.
"Jangan melihatku begitu, aku tidak akan lupa dengan harimu juga. Kalian berdua sangat istimewa untukku.. " begitulah Aldrich, William merasa beruntung memiliki teman sepertinya. Walaupun ibunya sudah beberapa kali mengingatkan untuk memanggil 'tuan muda' sebanyak itu pula Aldrich menolak memanggilnya dengan embel-embel itu.
"Malam ini aku akan membawakan sebuah instrumen untuknya, bagaimana menurutmu?" tanya Aldrich seraya berjalan keluar meninggalkan kamarnya.
William yang menyusulnya dibelakang menjawab, "pasti akan sangat—" kalimatnya terhenti karena mendadak Aldrich menghentikan langkahnya.
Suara letusan senjata api terdengar dari lantai satu, Aldrich dan William yang saat ini berada di lantai dua sangat terkejut mendengar suara mengerikan itu. Tidak mau terus terpaku disana, dirinya menarik Aldrich untuk segera turun ke bawah, melihat situasi yang terjadi.
Betapa terkejutnya, William melihat semua orang ribut berhamburan keluar dari kediaman mereka. Aarich yang entah datang dari mana tiba-tiba merenggut tangan Aldrich dan dirinya yang masih bingung dengan apa yang terjadi.
"Ada apa, Aarich? Kenapa pestanya kacau begini?" Aldrich mengencangkan pegangannya ke tangan Aarich dan William.
Aarich menghentikan pencahariannya, ia memutar tubuhnya lalu berlutut, mensejajarkan diri dengan tubuh adiknya. "Kau lihat.. " tangannya menunjuk kearah ayah dan ibunya yang sedang berdiri di sudut sana, "dad dan mom memberikan kejutan spesial untukku. Pria yang berpakaian hitam-hitam itu mencari anak bernama Aldrich dan aku akan mengaku sebagai dirimu, sepertinya pria itu tahu kalau aku menyukai hal berbau mafia dan action. Dia sedang membuat pertunjukan yang menantang untukku." jelasnya cepat, tak ingin membuang waktu.
William yang melihat keanehan raut wajah Aarich seketika angkat bicara, "pertunjukan? Kenapa pria itu sampai membawa senjata, Aarich? Dan kenapa hanya ada keluarga kita yang berada disini?" ia tidak bodoh untuk menyadari ketegangan antara Tn. Adam, Ny. Maria dan pria berpakaian hitam-hitam itu.
Seketika Aarich menatapnya tajam, "orang tuaku sedang membuat kejutan untukku, aku harap kau tidak bertanya lebih, Will." penekanan kata yang Aarich ucapkan tidak membuat William takut padanya.
"Lalu kenapa dia mencari Aldrich?" tanyanya lagi.
"Dia mengira pesta ini ulang tahunnya." jawab Aarich seraya melirik adiknya yang menatapnya menyelidik dan berkaca-kaca seakan baru menyadari kalau sesuatu yang buruk telah terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aldrich Ed Stanford (Tersedia di Gramedia)
RomanceALDRICH ED STANFORD, sosok pria dengan kepribadian introvert (tertutup), pengalaman masa lalu menjadikan emosinya bagai buku yang tertutup rapat. Suatu ketika Aldrich bertemu dengan Ashley, seorang gadis berjiwa bebas yang mencintai hidup dengan mem...