Aldrich Ed Stanford | Chapter 5

165K 9.3K 136
                                    

Aldrich berdiri dibalkon kamarnya. Dia memandang langit malam yang sepertinya akan turun hujan, sudah berkali kali ia menarik napas dan membuangnya. Entah apa yang mengganggu pikirannya saat ini, sangat jelas manik abu gelap itu sedang menerawang jauh kebelakang.

Bukankah memandang langit akan terasa mengingat sesuatu?

"Mom, aku ingin mom membacakan dongeng untukku. Daddy sedang pergi, aku kesepian dan tidak bisa tidur." Rengek anak tampan bermanik abu gelap. Ia bersikeras membujuk Maria agar kali ini mau membacakan buku dongeng miliknya sebelum ia tertidur, seperti biasa daddynya lakukan. Namun, anak itu tidak menduga bahwa dirinya akan mendapat penolakan yang paling menyakitkan.

"Berhenti merengek seperti itu, ALDRICH!! Kau bilang daddymu pergi dan kau kesepian?? Memang. Karena AKU MENGUTUKMU !! Kau akan kesepian dan sendirian seumur hidupmu, PERGI!!!" Suara tinggi dan tajam Maria mampu menggetarkan seluruh penghuni yang tengah tertidur.

Manik abu gelap yang kini berkaca kaca hanya mampu menundukkan kepalanya, Aldrich perlahan mundur dan berlari meninggalkan Maria yang bergeming ditempat.

AKU MENGUTUKMU!!

Kau akan kesepian dan sendirian seumur hidupmu...

Seumur hidupmu..

Aldrich kecil menangis, tak ada yang lebih menyakitkan selain ucapan mommynya sendiri. Ia membenamkan wajahnya kedalam bantal, menahan isak tangis yang tak kunjung berhenti. Aldrich merasakan tangan hangat yang kini membelai lembut rambutnya, tanpa melihat dirinya sudah tahu siapa pemilik tangan itu kalau bukan Aarich, kakaknya sendiri.

"Hei!! Kenapa kau menangis, Ed?" Bisik Aarich, ia melihat Aldrich semakin membenamkan wajahnya dalam dalam. "Berhenti. Kau bisa kehabisan napas!" Ucapnya lagi.

"Aku tidak bisa tidur, Aarich. Dad selalu membacakan dongeng untukku. Tadi aku meminta mom menggantikan dad. Tapi mom malah memarahiku." Bibir Aldrich bergetar menahan isak tangisnya.

Aarich naik keatas ranjang, ia berbaring disamping adiknya. "Kemari.. " pintanya. Aarich menarik lembut tubuh Aldrich dalam dekapan dan menepuk nepuk pelan punggungnya.

"Maafkan aku, Ed. Aku tidak bisa membacakan dongeng untukmu. Kau pasti tahu, aku belum lancar membaca." Jelas Aarich, sontak Aldrich tersenyum kecil dan menghapus air matanya.

"Tentu aku tahu, dad dan aku selalu mengejek dibelakangmu saat kau mengeja huruf. Dad bilang kau seperti bebek merengek." Aldrich tersenyum mengejek, melihat wajah tampan Aarich yang memerah.

"Oh.. jadi kau dan daddy yang selalu terkikik geli dibelakangku." Aarich mengrucutkan bibir mungilnya tak terima. "Bagaimana denganmu, Ed?! Perutmu sering berbunyi saat kau lapar, kupikir seekor gajah yang sedang lompat tali padahal kau yang kelaparan." Balas Aarich.

Aldrich tergelak tawa, ia memegang perutnya sendiri. Aarich tersenyum kecil melihat adiknya yang sudah berhenti menangis.

"Kau mau aku dan daddy berhenti mengejekmu, Aarich?" Aarich mengangguk cepat.

"Kalau begitu, kau harus cepat lancar membaca, Aarich! Dan, segera bacakan dongeng untukku agar aku tidak meminta mommy lagi saat dad tak ada.." ucapnya lirih, manik abu gelap kembali berkaca kaca.

Aarich memeluk erat adiknya dan membelai lembut rambut hitam legam itu. "Aku akan berusaha." Tekadnya.

"Kau tahu, Aarich. Mom mengutukku, dia bilang aku akan kesepian dan sedirian seumur hidupku." Aldrich tak mampu membendung air matanya, ia terisak dipelukan Aarich.

"Tidak, Ed! Ada daddy yang selalu ada untukmu." Jawab Aarich cepat, ia tidak ingin melihat kesedihan adiknya lagi.

"Bagaimana jika dad sedang pergi jauh?" Aldrich menatap manik biru kakaknya.

Aarich mengulum senyum," aku. Aku selalu ada disampingmu, Ed." Bisiknya.

"Lalu bagaimana, jika kau pun sedang tak ada disampingku??" Tanya Aldrich kembali.

"William?!" Aarich diam sesaat," .. William, akan ada untukmu. Anggap dia seperti kakak kedua setelah aku, Ed. Saat dad dan aku tidak ada bersamamu, kau masih memiliki William disampingmu. Dengan itu, kau tak akan pernah kesepian dan sendirian. Ingat itu, Ed!"

Tes

Setitik air jatuh ditangan Aldrich, tidak ada yang tahu apa itu air mata atau langit malam yang saat ini turun hujan.

Malam yang dingin

Aldrich masuk dan menutup pintu balkon, ia tidak tahu sepasang manik coklat sedang melihatnya dari bawah sana dengan tatapannya yang sulit diartikan.

Kau sedang mengingatnya, Aldrich..

* * *

Aldrich Ed Stanford (Tersedia di Gramedia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang