Aldrich Ed Stanford | Chapter 11

146K 7.5K 25
                                    

Menjelang pagi. Suasana dapur di kediaman Stanford, sudah di ributkan dengan berbagai bunyi peralatan masak. Seorang pria tengah asyik menuangkan keahliannya dalam bidang memasak, terbukti dari gerakan tangannya yang luwes dan gesit untuk menghidangkan berbagai menu sarapan pagi. Pagi yang menurutnya sedikit berbeda.

Namun, kehadiran sosok yang tak di inginkan, membuat konsentrasinya buyar seketika. Sosok itu telah duduk manis dibalik meja pantry, terlihat sedang menunggu sajian yang lezat darinya.

Mood pagi berubah menjadi buruk bagi pria yang masih berkutat dengan masakannya itu. Beruntung, mood itu tidak mempengaruhi cita rasa masakannya. Dirinya akan menarik kembali kalimat 'sosok yang duduk manis' karena kata'manis' akan hilang jika berkaitan dengannya.

Lihatlah bagaimana sosok itu berhasil merusak mood paginya!

"Tsk.. kau lama sekali, Georgi. Jangan selalu menyalahkan aku. Jika aku suka memanggilmu.. pria tua!" Suara menyebalkan itu kembali menyapa paginya. Georgi, pria yang berkutat dengan masakannya itu melirik tajam kearah sosok yang menekuk wajahnya. Ya. Sosok menyebalkan itu siapa lagi kalau bukan Sam.

Si pengacau pagi, batinnya merutuki pemuda itu.

"Merajuk, huh?! kalau begitu pergi saja sana. Tidak usah menunggu sarapan lezat dariku. Lagipula tidak mungkin tidak ada kantin di kampusmu!" Jawabnya tenang, memunggungi Sam yang mendelik kesal kearahnya. Seakan teringat sesuatu Georgi kembali melanjutkan kalimatnya, "ah.. kalau kau tidak punya uang saku. Kau perlu mempraktekkan apa yang pernah kuajarkan padamu!" Sarannya, diakhiri senyuman jahil tersungging dibibirnya.

Sam mengernyit bingung, pasalnya ia tidak pernah mendapat sesuatu yang berguna dari pria itu. "Apa?" Tanyanya ingin tahu. Sedetik kemudian ia menyesali pertanyaan yang terlontar dari mulutnya.

"Mengedipkan matamu dan tersenyum sexy!" Tidak bukan Georgi yang mejawab. Melainkan suara kompak dari Max dan Seth.

Mereka sudah duduk bergabung dikursi pantry, menghiraukan tatapan jengkel dari pemuda itu. Raut wajah dari keduanya berbeda. Seth, pria yang usianya sama dengan Aldrich dan Mark itu melempar tatapan jahil kearahnya berbeda dengan Max yang memberi tatapan membunuhnya.

"Awas saja kalau kau melakukannya!" Sam memutar bola matanya, tingkah laku mereka sama sekali tidak sesuai dengan usia. Lihatlah siapa yang menuduh siapa disini!

"Jangan samakan aku dengan dirimu, Max!"

Max memicingkan matanya, "maksudmu?" Tanyanya menuntut.

Sam menyeringai tipis, "apa perlu aku ingatkannya lagi, hm..?" Tanyanya mengejek.

".... " Max diam. Pria itu sedang berperang dengan ingatannya.

"Kau bukan.. yang membuatku kewalahan menghadapi kekasih dari dosenku itu?!" Sam menghela napas kasar, ".. Ingat saat aku memintamu mengambil nilai akhir semesterku? Dengan tidak tahu malu, kau.. Max Corner menggoda Ms. Julia lewat tatapan mautmu itu dan berakhir dengan pemuda malang inilah yang harus mendapat 2 pukulan keras di kedua pipinya." Jelasnya dengan satu tarikan napas.

Wajah Max sudah memerah menahan malu, sedangkan Georgi dan Seth sudah tidak tahan lagi menahan tawanya yang meledak ledak. Sam terlihat puas. Sebenarnya ia sudah tidak ingin mengungkit masalah itu, tapi mau bagaimana lagi jika situasinya sudah mendesak seperti ini? Apa boleh buat?

"Astaga! Aku tidak tahu.. kau.. kau menggunakan caraku, Max!" Georgi kembali tertawa terbahak bahak, tangannya memegang perutnya yang terasa sakit.

Suara derap langkah, mengintruksi mereka untuk berhenti bercanda. Tidak perlu melihat siapa yang datang, mereka sudah hafal dengan suara langkah kaki dari para pemilik sepatu itu. Dan benar saja..

Aldrich Ed Stanford (Tersedia di Gramedia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang