Aldrich mengerutkan dahinya. Ashley terlihat gelisah ketika berbicara dengan Sam. Dari sini, ia bisa melihat gadisnya beberapa kali memijat pelipis seperti tengah berpikir keras lalu beradu pandang cukup lama sebelum pergi meninggalkan Sam yang mengacak-acak rambutnya sendiri. Ada apa?
Siang ini pun, Ashley sedikit terlambat mengantarkan bekal makan siang. Gadis itu seperti kurang sehat karena Aldrich beberapa kali mendapatinya memejamkan mata dan terlihat tak fokus menimpali perkataannya, kadang ia tidak mendapat respon apapun ketika dirinya bertanya.
Aldrich menutup kotak makan siangnya, "ada masalah?" ia mengusap surai panjang itu.
Ashley mengerutkan dahinya, "kau sudah menghabiskan makanannya?" tanyanya balik.
Aldrich menghela napas panjang sebelum membawa tubuh gadisnya ke dalam dekapan. "Aku sudah menghabiskannya sejak tadi. Apa kau sakit? Lebih baik pulang dan istirahat, tunggu sampai aku kembali."
"Aku baik-baik saja. Hanya kepalaku sedikit pusing." jawab Ashley, membenamkan wajahnya di kehangatan dada pria itu. "Jason.. " kalimatnya terhenti seperti tengah berpikir.
"Ada apa dengan anak itu?" Aldrich menundukkan kepala untuk melihat wajah kekasihnya yang berubah murung.
Ashley balas menatapnya, "bagaimana jika dia ternyata memiliki keluarga dan keluarganya itu tidak menginginkannya? Apa kau mau menerimanya, membiayai sekolahnya dan mengijinkan dia tetap tinggal bersamamu? Aku tahu permintaanku terlalu banyak tapi maukah kau melakukan itu, Aldrich? Bukan untukku tapi untuk Jason." ia menautkan jemarinya dengan jari milik pria itu.
Aldrich diam, ia menatap wajah cantik kekasihnya cukup lama sebelum menjawab. "Apa kau menyembunyikan sesuatu dariku?"
Ashley terhenyak mendapat pertanyaan itu, tak bisa di cegah matanya berkaca-kaca saat menatap wajah terkasihnya. Ia melarikan tangan untuk memeluk leher Aldrich, "kakekku sakit.. Dan aku harus berada disana, mendampinginya."
Jawaban itu membuat tangan Aldrich menggantung di udara, ia menghentikan niatnya untuk memeluk Ashley. Tidak tahu mengapa, jantungnya bereaksi hebat seakan tengah beradu adrenalin. Perasaan takut kehilangan membuat dirinya melepaskan pelukan itu lalu menangkup kedua sisi wajah cantik kekasihnya.
"Kau akan pergi.. " lirihnya.
Ashley menggeleng cepat, ia menghapus kerutan didahi Aldrich lalu mengecupnya sekilas. "Hanya sampai kakekku sembuh dan ini kesempatanku menceritakan semua tentangmu. Kau tenang saja dia orang yang baik, dia akan menyukaimu."
"Bagaimana jika kau berubah pikiran setelah disana? Kau lebih memilih keluargamu dibanding kembali padaku." suara seraknya membuat Aldrich semakin terlihat menyedihkan.
"Tidak akan, aku pasti kembali padamu. Kau alasan terbesarku kembali, Jason tanggung jawabku yang baru dan mana mungkin aku melupakan Sam dan yang lainnya." Ashley menyatukan dahi mereka, berharap pria itu mau menerima kepergiannya.
Kata-kata tidak cukup kuat untuk membuktikan bahwa gadisnya akan kembali. Semua terasa tidak cukup, Aldrich belum tenang dan ikhlas melepas kepergian Ashley walau gadis itu sudah menyakinkan dirinya berkali-kali. Seperti saat ini, Ashley kembali membujuknya dengan mendatangi kamarnya lalu menemani dirinya sampai terlelap.
Namun, mana mungkin Aldrich bisa tertidur lelap dengan pikirannya yang bercabang kemana-mana. Ia takut ketika buka mata Ashley sudah tidak berada di sampingnya. Ketakutan mengalahkan segala rasa kantuknya saat ini.
Aldrich menahan tangan Ashley yang akan berajak pergi dari kamarnya. "Berapa usianya?" tanyanya pelan.
Ashley terkejut mendapati Aldrich masih terjaga. Ia pun mendudukkan dirinya kembali di sisi ranjang, berhadapan dengan pria itu. "Usianya 72 tahun?" jawabnya dengan tatapan bertanya. Kakeknya, kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Aldrich Ed Stanford (Tersedia di Gramedia)
RomanceALDRICH ED STANFORD, sosok pria dengan kepribadian introvert (tertutup), pengalaman masa lalu menjadikan emosinya bagai buku yang tertutup rapat. Suatu ketika Aldrich bertemu dengan Ashley, seorang gadis berjiwa bebas yang mencintai hidup dengan mem...