Kebahagian baru yang Aldrich rasakan menular ke semua orang. Thomas yang sudah lama bekerja padanya ikut merasakannya juga. Bagaimana tidak, dirinya dan semua karyawan mendapat makan siang gratis selama tiga hari berturut-turut. Ah, rasanya ia ingin mengucap beribu terimakasih kepada seseorang yang ikut andil dalam perubahan atasannya tersebut.
Tidak hanya itu, Mr. Stanford membuka lowongan kerja untuk calon karyawati. Padahal, ia tahu atasannya sedikit anti terhadap wanita tapi semua terpatahkah mulai hari ini. Karyawan lama sedikit banyak antusias mendapat kabar tersebut. Mereka dengan semangat menanti para karyawati baru yang mungkin akan menjadi penyemangat untuk hari-hari mereka. Maklum, karyawati lama yang bekerja di kantor pusat sedikit banyak bersuami, sisanya hanya bisa dihitung dengan jari.
"Woah.. Aku akan ke barbershop setelah pulang nanti apa kau mau ikut?" ajak Harry, bagian personalia yang tiba-tiba ingin memperbaiki penampilannya.
"Perbaiki saja pola makanmu. Dan, Harry, kau sudah punya kekasih. Tidak perlu tebar pesona. Wanita-wanita itu tidak akan melirikmu mereka masih memiliki CEO yang tampan." sahut Andreas, bagian resepsionis yang sering berkumpul dengan para staff lain.
"Aku yakin, Mr. Stanford sudah ada yang punya. Kau tidak curiga kepada gadis yang sering datang mengatar makan siang ke lantai atas? Dia pasti kekasihnya." ucap Harry pelan.
"Aku tahu, namanya Ms. Allison. Dan celakanya, aku pernah berkhayal menjadi kekasihnya."
Harry tergelak tawa, "lupakan saja, dia milik Mr. Stanford. Lagipula gadis itu terlalu bagus untukmu."
Pembicaraan tersebut sampai ke telinga Aldrich. Biasanya, ia tidak suka karyawan yang bergosip tentangnya namun entah mengapa pembahasan mereka membuat hatinya berseri-seri.
Segera Aldrich melesat cepat menuju kendaraan. Malam ini, Ashley memintanya pulang lebih awal untuk membantunya memasak makan malam spesial. Sebenarnya, ialah yang meminta sebuah perayaan kecil untuk dirinya dan William yang telah berhasil menyelesaikan proyek Milan.
"Dahulukan keselamatan, Seth. Aku tidak sekalut itu merindukannya." sindiran halus itu membuat Seth menurunkan kecepatan kendaraannya.
Seth tertawa kecil, "simpan ponselmu, sebentar lagi kita sampai." balasnya.
Aldrich mendengus kasar, susah payah dirinya bersikap biasa saja. Tetapi Seth tahu gerak-geriknya yang beberapa kali melihat layar ponsel dan sesekali mengirim pesan kepada Ashley kalau dirinya sedang dalam perjalanan. Terlihat sekali siapa yang tidak sabar untuk sampai tujuan.
"Menurutmu dia sedang apa?" tanyanya.
"Bersama Sam." jawaban Seth membuat Aldrich mendengus kembali.
Jawaban itu tidaklah salah karena sudah pasti Ashley sedang bersama Sam. Yang membuatnya sebal, kerlingan mata Seth seolah tengah menggoda dirinya untuk cemburu. Sedikit banyak memang mempengaruhinya tapi- sudahlah, ia percaya dengan kedua remaja itu.
Berbicara tentang Sam, Aldrich teringat akan niatnya memberi sebuah hadiah untuk pemuda itu.
"Seth, apa Sam bercerita padamu kalau dia sedang menginginkan sesuatu?"
"Kau akan menyesal bertanya seperti itu. Dia selalu menginginkan banyak hal darimu. Tapi, belakangan ini dia menginginkan mobil dan motor besar milik kekasihmu, sampai Max bosan mendengar rengekannya."
Aldrich mengangguk paham. Itu barang yang mudah dicari, tidak sulit mendapatkannya. Keinginan Sam tidak sebanding dengan kebahagiaan yang telah ia dapatkan.
Sisa perjalanan, mereka dihabiskan dengan pemikirannya masing-masing. Seth memikirkan pertanyaan Aldrich yang seolah akan memberikan satu diantara barang yang ia sebut tadi. Sedangkan Aldrich memikirkan alasan yang bagus untuk menjawab pertanyaan Sam atas hadiah tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aldrich Ed Stanford (Tersedia di Gramedia)
RomanceALDRICH ED STANFORD, sosok pria dengan kepribadian introvert (tertutup), pengalaman masa lalu menjadikan emosinya bagai buku yang tertutup rapat. Suatu ketika Aldrich bertemu dengan Ashley, seorang gadis berjiwa bebas yang mencintai hidup dengan mem...