Aldrich Ed Stanford | Chapter 7

157K 9K 126
                                    

"Dia gadis tercantik yang pernah aku lihat, Georgi!" Ungkapnya dengan senyum tipis yang mampu melumpuhkan hati wanita.

Georgi memutar bola matanya jengah, sudah berapa kali ia mendengar kalimat itu sepanjang hari ini. Mungkin, telinganya sudah memerah padam sekarang.

"Matanya secerah langit biru dan aku memcium aroma menyenangkan saat berada dekat dengannya semacam anggur. Aku akan percaya jika ternyata dia seorang Lady. Ah.. bukankah asalnya dari London, Georgi?"

Georgi akui, dirinya cukup penasaran dengan gadis yang dipuja si bodoh Sam. Sepanjang dirinya mengenal pemuda itu, baru kali ini ia mendengar Sam bercerita tentang gadis yang mampu membuatnya tertarik.

Ashley, gadis yang ditemui Sam kemarin sore, saat dirinya menyuruh pemuda itu belanja bahan makan bulanan. Namun, siapa sangka Sam akan bertemu  gadis impiannya dan berakhir dengan kepalanya terasa mau pecah mendengar kalimat yang terus berulang ulang.

Georgi berdecak kesal, "berhenti bodoh! Atau kau ingin makan malam kita terlambat, huh?! Kepalaku sakit dan telingaku panas mendengar omong kosongmu!" Makinya.

Sam mendelik tidak terima, "semua yang kukatakan bukan omong kosong, pria tua!" Protesnya kesal. Ia pergi meninggalkan Georgi sendiri dapur.

"Shit !! Kau apakan dapurku, Sam?!" Teriak Georgi.

* * *

Malam dingin, suasana sunyi sudah menjadi biasa untuk mereka. Dentingan sendok dan garpu terdengar sampai makan malam mereka berakhir.

Ting tong

Bel berbunyi pertanda ada orang diluar sana yang menunggu pintu dibuka, mereka mengurungkan niatnya untuk kembali ke kamar dengan tetap diam dan menajamkan indra pendengarannya.

Apa tidak salah dengar?

Seseorang berkunjung kemari??

Siapa??

Mereka menyimpan rasa penasaran yang membuncah dihati, agar terlihat biasa saja dihadapan Aldrich. Kuatkan mereka untuk tidak menerjang pintu utama saat ini juga.

Sam terlebih dulu bangkit dari duduknya, "biar aku!" Ucapnya antusias saat Mark akan pergi membuka pintu.

Mark mengangguk lesu, padahal dirinya sudah berada diambang penasaran tingkat dewa.

Dengan gerakan cepat Sam membuka pintu. Mendadak napasnya tercekat dan tubuhnya mematung kaku sulit untuk digerakkan, ketika manik hitamnya beradu pandang dengan manik biru yang secerah langit.

Entah dirinya harus senang dengan pertemuannya yang kedua kali atau ia merasa cemas mendapat kunjungan tidak terduga seperti ini.

Hening

Sam sibuk mengutuk dirinya sendiri, berbagai umpatan telah terucap dalam hati. Bagaimana pun semua salahnya secara sengaja ia memancing rasa penasaran seseorang agar berani untuk datang kemari.

Keringat Sam mengalir melebihi musim panas berbanding terbalik dengan suasana dingin malam saat ini.

Lalu sekarang bagaimana?

Apa dirinya harus mempersilahkan tamunya masuk?

"Siapa, Sam?" Sam terlonjak ditempatnya berdiri, tubuhnya masih menghalangi pintu. Ia tidak berani berbalik walau telinganya mendengar suara William dari arah dibelakang.

Semua orang yang berada diruang makan tampaknya sudah tidak sabar melihat tamu yang datang. Mereka segera menyusul William bersama Aldrich yang berada paling belakang.

Aldrich Ed Stanford (Tersedia di Gramedia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang