Malam ini mungkin menjadi yang terindah dari malam-malam sebelumnya. Sebagian dari mereka tidak dapat menyembunyikan rasa bahagianya dan sebagian lagi merasa jengkel melihat pemandangan yang menurutnya sangat berlebihan. Tidak bisakah wajah konyol itu menghilang dari hadapannya saja.
Sam mendelik kesal, "bisakah wajah kalian biasa saja seperti William? Aku tahu kalian bahagia tapi itu berlebihan sekali."
"Minta maaf! Kau lupa kami ini-"
Sam mengangkat tangannya, "maafkan aku kakak tapi bisakah kalian berhenti tersenyum dan bertingkah aneh." Georgi dan Max mendengus kasar menanggapi pemuda itu.
Seulas senyum tersungging di bibir Aldrich bersamaan dengan Ashley yang menatap kearahnya. Gadis itu mengedipkan sebelah matanya dan memberi senyuman lebar yang membuatnya terpaku beberapa detik.
"Permisi. Aku akan tidur lebih dulu, selamat malam." suara Ashley membuat semua pasang mata menatap kearahnya sebelum membalasnya dengan anggukan sekilas.
Sampai di kamar Ashley tidak langsung tidur karena tadi ia hanya beralasan untuk menyiapkan diri berbicara dengan William malam ini. William, pria yang sulit ia dekati setelah Aldrich atau malah lebih sulit di dekati. Pria itu selalu menghindar dengan teratur jika dirinya tanpa sengaja berpapasan dengannya.
Cukup lama berperang dengan pikirannya sendiri. Ashley keluar dari kamarnya untuk menghampiri William yang kemungkinan sudah berada di kamarnya karena jam sudah menunjukan pukul tengah malam. Sungguh tidak sopan memasuki kamar pria malam-malam namun ia tidak hanya membawa dirinya saja. Anjingnya ikut menemani Ashley meski dirinya dengan tega membangunkan Tory dari tidur cantiknya.
"Kau boleh melanjutkan kembali tidurmu setelah aku bicara dengannya nanti.. " ia mengusap lembut kepala Tory yang menelusup ke perutnya.
Tok! tok! tok!
Ashley mengetuk pintu itu dengan hati hati penuh kewaspadaan. Ia tidak ingin ada yang memergokinya sedang membicarakan Aldrich karena bagaimana pun pembicaraan mereka nantinya mungkin sedikit sensitif.
Pintu terbuka, menampilkan sosok William dengan wajah segar khas orang yang sulit tidur atau memang sedang menunggu dirinya. Ashley berdecak sebal dalam hati, mana mungkin pria itu menantikan dirinya? Percaya diri sekali kau!
Terkadang Ashley bertanya-tanya mengapa William sedikit mirip dengan Aldrich? Apa karena mereka terlalu lama bersama? Tapi mana mungkin kebersamaan bisa memunculkan kesamaan karena kemiripan mereka tercetak di wajah tampannya. Sekilas ia dapat menemukan sesuatu yang mirip Aldrich di lekukan wajah pria itu tapi..
William berdehem pelan membuyarkan lamunan gadis di depannya. Ia sedikit tidak enak di tatap penuh penelitian oleh manik biru itu. "Ini sudah malam. Apa kau tidak bisa menundanya sampai besok pagi?" sarannya.
"Tidak ada waktu lagi.." Ashley sedikit meringis karena sedikit memaksa pria itu.
William menutup pintu kamarnya, ia memberi kode untuk mengikuti langkahnya yang membawa mereka menuju ruangan yang ia tahu ruang kerja. Ternyata tidak hanya Aldrich yang memiliki ruang kerja di dalam kamar. Pria itu mempersilakan Ashley duduk di sofa sebelum dirinya.
Suasana berubah canggung di antara mereka karena keduanya tidak pernah terlibat dalam pembicaraan yang serius seperti ini. Beberapa kali helaan napas keluar dari mulut Ashley tanpa disadarinya gadis itu gugup.
William menatap lurus kearahnya, "terimakasih sudah menjaganya selama aku pergi. Apa terjadi sesuatu yang membuatmu mendatangi kamarku dan mengajakku berbicara?"
"Sudah pasti terjadi sesuatu maka dari itu aku memberanikan diri seperti yang kau lihat saat ini," pria itu mengangguk sekilas tanpa merubah raut wajah datarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aldrich Ed Stanford (Tersedia di Gramedia)
RomanceALDRICH ED STANFORD, sosok pria dengan kepribadian introvert (tertutup), pengalaman masa lalu menjadikan emosinya bagai buku yang tertutup rapat. Suatu ketika Aldrich bertemu dengan Ashley, seorang gadis berjiwa bebas yang mencintai hidup dengan mem...