Aldrich Ed Stanford | Chapter 44

103K 6.7K 199
                                    

Hubungan yang terjalin erat bisa renggang bila di dalamnya tak lagi menemukan kesamaan. Dan Ashley harus menerima kenyataan berat itu. Dua hari terakhir, ia tidak lagi bertemu dengan Aldrich maupun yang lain. Hubungan mereka menjadi renggang begitu saja setelah keputusannya yang bersikukuh menolak perasaan Aldrich meskipun Sam dan yang lain sudah membujuknya. Mereka kecewa..

Ashley masih berada di kediaman Stanford, hanya saja ia sudah beralih tempat di lantai tiga, ruang lukis. Semua ia lakukan untuk kenyamanan Aldrich yang mungkin merasa terganggu karena kamar mereka yang bersebelahan, maka dari itu ia memilih pindah.

Sebenarnya, Ashley sudah tidak menemukan kenyamanan lagi di mansion ini karena semua orang mengabaikan keberadaannya. Makan pagi, siang dan malam pun Ashley membelinya diluar karena ia masih memiliki perasaan untuk duduk bersama-sama di meja makan. Apalagi bila harus mengganggu selera makan mereka terutama Aldrich.

Tidak tahu apa lagi yang dilakukannya di mansion ini, bukankah seharusnya Ashley kembali pulang ke negaranya? Waktu 3 bulan telah habis, tetapi ia merasa enggan pergi dari sini apalagi setelah Aldrich mengatakan kalau dirinya tidak akan pernah diterima lagi setelah ia menginjakkan kakinya keluar. Hal itu semakin membuatnya takut untuk meninggalkan mansion ini meskipun Kevin sudah berteriak di telepon agar dirinya kembali ke London.

Menyesalkah dirinya menolak Aldrich? Ya, setelah penolakan itu hatinya merasa kosong dan nyeri. Terkadang, Ashley menangis kesal dengan keputusannya sendiri yang tidak selaras dengan hatinya.

Bunyi ponsel yang berdering membuat lamunannya buyar, Ashley mengerutkan dahinya begitu melihat nama Sam yang tertera disana. Pemuda itu pasti tidak tahu kalau dirinya sedang berada di lantai tiga sekarang. Dengan cepat, ia menerima panggilan itu.

"Ashley, bisakah kau pulang sekarang?!" benar, Sam tidak tahu dimana keberadaannya.

"K-kenapa?" ia sedikit gugup setelah kembali bicara dengan pemuda itu efek dua hari di musuhi.

"Kumohon pulanglah sekarang, aku tidak bisa menceritakannya di telepon. Cepatlah, Ashley!" sambungan terputus sebelum ia menanyakan apa yang terjadi.

Sesuatu telah terjadi, Ashley yakin itu. Sam tidak pernah sepanik tadi. Tapi apa? Sial! Mendadak hatinya teringat Aldrich..

Ashley berlari menuju tangga, ia mengabaikan anjingnya yang menggonggong lirih. Hatinya mengatakan kalau telepon tadi berhubungan dengan Aldrich maka dari itu ia berlari menuju kamar pria itu setelah menapaki lantai dua.

Pemandangan pertama yang di lihatnya, Sam tengah berbicara dengan Georgi yang duduk di lantai seraya menyenderkan tubuhnya di dinding. Terlihat sekali ketegangan di wajah keduanya, begitu ia mendekat Georgi yang pertama melihat dirinya langsung berjalan cepat kearahnya.

Setelah itu cerita mengalir cepat, Georgi menceritakan kalau Aldrich mengamuk di dalam kamarnya yang terkunci. Mereka khawatir, bunyi pecahan kaca dan barang pecah lainnya memperkuat dugaan kalau pria itu tidak dalam keadaan baik-baik saja. Mereka masih belum menemukan penyebabnya tapi saat pandangan mata Ashley bertemu dengan manik coklat milik William. Ia pun tahu kepada siapa ia bertanya.

William mematung di depan pintu kamar Aldrich, terlihat jelas kecemasan dan ketakutan di wajahnya begitu Ashley berdiri di samping pria itu.

"Apa yang terjadi?" ucapnya pelan seraya memandang pintu kamar di depannya.

William menundukkan kepala, meremas buku hitam yang berada di genggamannya dan semua tak luput dari pandangannya.

Deg!

Ashley terpaku. Ia mengenal buku itu, buku yang pernah ia temukan di kamar belakang. Mungkinkah itu penyebabnya?

"Apa karena itu?" Ashley menunjuk buku tersebut.

Aldrich Ed Stanford (Tersedia di Gramedia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang